Suasana alun-alun begitu syahdu dengan alunan musik dangdut keliling di seberang jalan, persis bersebelahan dekat tukang martabak. Si Abang yang jualan malah kelayapan, bukannya melayani pembeli, eh malah pembelinya ditinggal. Godaan biduan dangdut memang maut, sampe lupa kalau gerobak si Abang oleng juga. Oh ternyata ...!! Bautnya lepas pula!
"Wkwkwkwkw ... Aneh banget sih, sumpah garing!"
Tepuk-tepuk sedikit, sudah kebiasaan sejak orok tangan ini tak bisa diam kalau sedang tertawa. Ya namanya wanita, 100 persen kalau tertawa pasti suka mukul. Kalo nangis palingan kayang doang, aku aku.
"Ehmm ..."
"Bwahh??!" terkejut bukan main, ini mas antara meringis kesakitan atau apa dah?! wajahnya senyum tapi sorotnya bagai di cubit habis-habisan.
"So-sorry mas ... Aduh maaf mas!"
Makkk ...!
Putrimu ini tidak bisa anggun!
Mas Juan sudah menahan diri dari amukan lima jemariku yang ternyata gatal. Apa dia akan menganggapku aneh atau gila atau sedikit geser? Yang pasti kulitnya yang putih mulus sekarang ternoda bekas merah akibat tamparanku, hiks! Gimana nanti kalau dia minta ganti rugi buat oplas di Korea Selatan sana??
"Sumpah maaf sekali mas ..." Ucapku dengan wajah disedih-sedihkan.
"Tidak apa-apa Min. Wajar kalau wanita suka begitu."
"Min?"
Kenapa otakku menjadi Travelling karena di panggil Min? Min itu bukan Mimin kan? Mimin, bekantan pak Slamet yang tetanggaan sama si Arin? Kalau benar, sungguh terlalu kau mas Jiny!
"Mina ... Aramina." Jawabnya dengan senyum manis.
"Ah ... Mianhae ..."
"Kau ceria sekali yah, tetapi bagus berteman dengan anak seperti itu."
"Kenapa mas? Memangnya mas pendiam yah?"
"Bisa dikatakan sih cukup introvert. Tapi, setelah bertemu Mina aku menjadi suka keramaian."
Maaf mas. Apa yang kau katakan itu betulan tidak sih? Mendadak pipiku panas, bibirku bergetar dan hanya bisa terbelalak memandang lurus ke depan sana. Di samping tukang martabak yang lagi joget ashoy, seseorang nampak berjalan santai celingukan mencari sesuatu entah apa. Dari model dengkul dan perutnya yang sedikit buncit macam pernah lihat. Tidak asing, seperti tontonan sehari-hari, tetapi siapa?
"Mas ..." Sontak aku terbata.
"Apa boleh nanti kita bertemu lagi?"
"Mas ..." Mulut ini masih kaku.
"Ya Min?"
Aishhhh!!!
Jangan panggil Mimin dong! Sudah tahu itu nama bekantan pak Slamet!
Pria yang berjalan tadi semakin mendekat, kemudian berjongkok di samping gerobak martabak ... Oo ternyata mau beli karedok.
Pantas!
"Ada apa?" Tanya mas Juan.
"Tidak apa-apa ma-s ..." seketika pemuda itu menunjukkan sisi penuh wajahnya melihat tukang martabak berjoget ria tak karuan. orang sawerannya seribuan doang, tapi numpang goyang berjam-jam. Hadeuh!
Oh tidak! Itu kan si Abang! Gawatt!!!
Langsung kutarik tangan si mas Jiny oh Jiny ke balik semak-semak dekat kursi tempat kami duduk. Sebelum akhirnya kulihat Arin dan Jun melambaikan tangan dan berjalan cepat. Masa iya mataku bermasalah? Itu bukan berjalan wahai! Itu kayak ngambang dan cepat, tapi aneh, Arin dan Jun kan bukan jurig, malah seperti terlihat duduk santai dan di depannya Juan sedang fokus ...
Itu namanya naik motor Mina bodoh!
Bisa-bisanya dua orang tak tahu diuntung itu kabur bersama disaat keadaanku lagi kejepit. Kalau si Abang melihatku dengan mas Jiny di sini bagaimana nasibku? Pliss aku belum mau kawiiiin ...
"A-ada apa?" Mas Jin masih terkejut, ikut mengalihkan pandang ke arah mataku membelalak.
Tolong jangan berpikiran lain soalku mas, ini demi keselamatanmu juga. Abang itu jelmaan king kong kalau marah, suka memukul-mukul dada bahkan sampai bisa mengeluarkan asap dari hidungnya. Menyeramkan.
"Dia abangku mas."
"Lalu kenapa? Kau tidak dibolehkan dekat dengan lelaki?"
"Tidak, sebelum predikat pengangguranku lepas."
"Apa dia akan sangat marah?"
"Sangat. Ahhh jinjja!!!! Masa kita harus pulang jalan kaki?"
"Arin bilang kalian datang pakai sepeda kan?"
Sepeda? Maksudnya sepeda buluk yang kukayuh dengan gengsi tadi bersama Arin? Bukankah sekarang dia bisa tertawa karena bisa mengendarai tempat duduk empuk, bukan besi yang dilapisi kertas karton punyaku. Mau ditaruh di mana ini muka ya tuhan ...
"Itu ... Sebenarnya hehe bukan apa-apa mas."
"Ini kan?" tunjuknya pada stang besi yang tiba-tiba menyembul akibat semak bergoyang oleh angin.
Busyeett!
Kenapa itu sepeda ada di belakang kami?
Astaga Mina!!!! Bukannya sebelum kelihatan banyak orang tadi kau memutuskan untuk mendorong sepeda ontel itu ke dalam semak-semak biar tidak nampak? Kau juga yang membuka jalan agar orang lain melihatnya, dan itu adalah Juan! Juan!!!
Sudahlah! Pasrah saja.
"Ayo naik!"
Gimana tidak lebih terkejut coba? Tiba-tiba mas Jiny sudah anteng mengolah kemudi dan hanya tinggal menunggu Upik abu ini naik di boncengan. Semua ini gara-gara Abang! Tumben sekali keluar cuma buat beli karedok, Biasanya mangkal aja di warung kopi pak Slamet kan!
Akhirnya dengan tak enak hati, kunaiki saja dengan cepat. Biar mas Juan mengayuh, kadang-kadang giginya itu bisa macet dan percayalah, butuh tenaga ekstra besar memulainya.
"Pegagangan!"
"Su-sudah mas."
"Pegangan yang benar, nanti kau bisa jatuh dek."
Adek lagi, hehe ... Mau mas Juan aku berpegangan seperti apa? Tidak mungkin kan , itu, ah ... Seperti sinetron saja!
Tiba-tiba mas menarik tanganku melingkar di pinggangnya, jangan tanya bagaimana tidak grogi, sungguh rasanya gemetar plus mules karena ini benar-benar di luar ekspektasi!
Bagaimana nanti kalau aku khilaf, hiks!!!
"Dek?"
"I-iya mas?"
"Sebelumnya tidak pernah bertemu pacarmu di sana yah?"
Rambutku jadi gatal, bukan karena kutu yah! tapi bingung harus menjawab apa. Kalau aku bilang, eonni cantik ini belum pernah pacaran sama sekali setelah putus cinta 12 tahun lalu, apa ia mas akan percaya?
"Anu mas ... itu sudah lama."
"Sudah lama pacarannya yah?"
"Bu-bukan. Maksudnya terakhir pacaran sudah sangat lama."
"Oo jadi sekarang kamu sedang tidak dalam relationship apa pun begitu?"
"Iya mas, aku mau menunggu oppaku datang dengan sendirinya saja, hehehe ..."
"Berapa lama kamu terakhir berpacaran dek?" tanya mas Juan lagi, pengen rasanya bilang, "Kamu nanyeaa??? kamu bertanyea-tanyea??" biar ala-ala. Setelah kenal sebentar kok sepertinya mas bukan tipe introvert seperti yang dia bilang yah? malah lebih banyak cakapnya daripada aku yang dia bilang gadis ceria.
"Se-sekitar 12 tahun lalu mas?" (malu-malu ala cewek kue)
"12 tahun? lama sekali. Tapi ... bukannya ketika itu kamu masih sekolah dasar?"
Lah memang iya mas! aku ini pacaran pertama dan terakhir pas SD. Berkat ulah si Arin juga ini semua. Kirim surat pada seorang anak bernama si Dylan. Awalnya itu gombalan dari Arin buat dia, karena gadis itu yang suka, bukan aku. Eh waktu itu malah nulis di buku tulis yang sudah kunamai semua sampai ke lembar akhir. Alhasil, si Dylan itu menyangkanya dari Aramina. Dan fix lah kami jadian karena insiden salah tulis. 2 hari Arin tak mau bicara denganku, katanya yang usaha dia kok malah nempelnya di aku. Kamu nanyeaa???
"Hahaha ..." mas Juan tertawa keras.
"Kenapa mas?"
"Cinta monyet yah, jadi belom pernah merasakan cinta betulan?" ucapnya tanpa ragu. Pelan-pelan aku meneguk ludah sendiri, pahit sekali kenyataan yang kuhadapi tuhan.
"A-aku masih normal mas."
"Hahaha ... kau memang spesial dek."
Tolong jangan buat hatiku berasumsi apa-apa, hatiku ini lemah digodain mas doang tahu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments