Hentikan Kakak!

Apakah ini adalah takdirku? apakah takdirku harus seperti ini. Mengapa lagi-lagi aku selalu menemui masalah setiap kali aku ingin keluar dari masalah ku. Aku malah menemukan masalah lainnya di saat diriku akan keluar dari suatu masalah. Tapi ini bukan cerita sedih atau seorang anak yang sedang pubertas, hentikan kata-kata yang menggelikan ini.

"Kau!?..." ucapku yang terkejut sampai tak bisa berkata-kata saat melihat kalau orang yang ingin mengambil buku yang sama denganku adalah Fred Wilson.

"Ah!?... umm..." ucap Fred yang kemudian langsung berlari pergi meninggalkanku sambil menutup wajahnya. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan anak itu, untuk apa dia. menutup wajahnya padahal aku mengenalnya. Dasar kian hari orang-orang di sekelilingku semakin aneh saja.

Aku tak mengejar Fred Wilson dan tak mempedulikannya karena lebih baik aku mencari daftar buku lainnya saja dibandingkan mengikuti nya. Karena aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya padaku, ya... pastinya sebuah masalah akan terjadi padaku jika aku mengejarnya.

Setelahnya aku menemukan semua buku yang ada di daftar list buku yang ingin ku beli hari ini. Aku segera membayarnya dan keluar dari toko dan menemui Merie yang sedang makan es krim di bangku depan toko buku. Saat aku ingin duduk seketika mataku tertuju kepada seseorang yang sedang mengumpat di balik tong sampah umum.

Apa dia bodoh? apa dia berpikir kalau aku tak bisa melihatnya saat dirinya mengumpat di balik tong sampah itu?. Anak itu Fred semakin aneh saja, sebenarnya apa yang terjadi sih. Deg! deg! seketika jantungku berdegup kencang lagi.

"Ada apa denganmu? kenapa wajahmu merah?" ucap Merie yang memperhatikan ku sambil makan es krim.

"Ah!? ti-tidak ada... ehem... baiklah kalau begitu ayo kita segera pulang" ucapku yang berjalan lebih dulu untuk menyebrang jalan. Begitu sampai di sebrang jalan aku menunggu Merie untuk masuk ke dalam gang terlebih dahulu karena aku takut.

"Kau ini penakut sekali... cepat masuk" ucap Merie yang masuk ke dalam gang sambil menarik tanganku yang gemetaran. Kemudian kami masuk berdua ke dalam gang itu, seketika semua ingatan buruk saat melewati gang ini muncul kembali dan itu membuat kakiku lemas.

Aku terus memejamkan mataku dengan rapat-rapat selama perjalanan di gang itu hingga akhirnya kami keluar bersama dengan selamat. Aku merasa lega dan beruntung karena bisa melewati gang ini tanpa terjadi sesuatu yang mengerikan lagi seperti sebelumnya.

Setelahnya, kami pulang ke rumah masing-masing dan berpisah walau rumah kami sebelahan bagiku itu bukan sebuah perpisahan. Kemudian aku melepas sepatuku dan masuk ke dalam rumah untuk menaruh buku-buku yang ku beli di rak buku yang ada di dalam kamarku.

Aku mencium aroma masakan ibuku yang tak kalah lezat dari masakan Merie. Aku segera pergi bersiap-siap untuk pergi ke meja makan dan berkumpul bersama keluargaku untuk makan bersama. Kreet! aku menarik bangku makan dan duduk di samping kiri ibuku yang sedang menyiapkan nasi untuk semua orang.

Kreet! seseorang datang menarik bangku makan yang ada di samping kiri ku lalu duduk. Aku merasa cemas dan khawatir kalau orang itu duduk di sebelah ku. Karena dia adalah orang yang bermasalah bagiku di keluarga ini. Dia adalah kakakku, Josh Hutcherson, sepertinya sebentar lagi dia akan...

..., "Eh... adikku yang manis keliatan gendutan. Kau sepertinya makan banyak sekali akhir-akhir ini..." ucap kakakku yang mengejekku sambil tertawa kecil.

"Josh, jangan mengganggu adikmu lagi..." ucap ibuku yang baru saja duduk setelah menyiapkan nasi untuk semua orang.

"Baik Bu, hehe" ucap kakakku yang tersenyum menyeringai kepadaku. Tapi aku berusaha untuk tidak memperdulikannya dan menunjukkan wajah dingin kepadanya. Tapi sebenarnya yang ada di dalam hatiku saat ini adalah kemarahan yang besar! argh! aku ingin membanting tubuh kakakku sekarang juga.

Kakakku lahir dua tahun lebih tua dariku, yang artinya dia juga masih SMA saat ini. Dia sekarang sudah naik kelas 3 SMA tapi yang lebih menguntungkannya lagi, kakakku tidak satu SMA denganku karena SMA kami berbeda. Haha! rasakan itu... eh... tapi ngomong-ngomong kenapa kakak diperbolehkan bersekolah di luar kota dan kenapa aku tidak boleh!? argh! ini curang!.

"Lisa jangan pikirkan kata-kata kakakmu. Lagi pula gendutan itu tidak masalah untukmu kok, kamu tetap putri ibu yang cantik" ucap ibuku yang termakan kata-kata kakakku.

"Ibu aku tidak gendutan tahu!" ucapku dengan wajah datar yang sebenarnya sangat kesal.

"Sebagai kakakmu satu-satunya dan yang paling baik sedunia. Kakak akan memberikan mu dua centong nasi lagi... di makan ya adik kecilku yang manis" ucap kakakku yang mengambilkan ku nasi dari penanak nasi yang ada di atas meja kalau ada yang ingin nambah.

Aku hanya bisa bengong melihat kehidupan ku yang menyedihkan. Ini benar-benar sudah keterlaluan, aku sangat kesal sekali. Padahal aku sama sekali tidak gendutan, malah aku lebih kurusan karena kemarin sakit. Aku benar-benar sudah muak dan ingin hilang saja dari dunia ini untuk selamanya.

Begitulah kehidupan ku selama di meja makan, aku terus di ganggu oleh kakakku dan kesalahpahaman ibuku karena pengaruh kata-kata kakakku. Mau makan saja aku harus menghadapi ujian seperti ini, bisa-bisa aku akan mati kalau seperti ini terus.

Benar-benar hari yang melelahkan dan tidak pernah berjalan lurus seperti apa yang ku bayangkan. Begitu selesai makan aku langsung kembali ke kamarku. Brak! reflek membanting pintu begitu aku masuk ke kamar, kalau begini kakakku pasti sedang cekikikan sekarang.

"Hah... lebih baik aku membaca buku saja, karena hanya ini satu-satunya yang membuat hidupku menjadi lebih bermakna" gumamku kepada diri sendiri dan mulai membuka buku-buku baru yang baru saja ku beli tadi. Mulai dari buku biologi yang berupa hapalan, kemudian fisika yang menghitung-hitung, dan kimia yang menyelesaikan masalah.

Aku terus menghabiskan waktu liburku untuk membaca semua buku itu tanpa mengenal lelah. Karena ini adalah satu-satunya yang membuatku merasa damai, sungguh. Terkadang Merie datang ke rumahku namun aku menolaknya dan menyuruhnya pulang kembali. Tapi kalian tahu sendiri apa yang akan terjadi setelahnya, yah... aku harus menerima kenyataan dari keinginannya.

Terus membaca buku adalah satu-satunya jalan hidupku. Karena aku memiliki masa depan yang cerah, yaitu menjadi sukses dan pergi jauh dari orang-orang yang menyebalkan disini. Dengan begitu masa depan yang damai yang aku idamkan selama ini pasti akan terwujud.

"Akhirnya! aku menyelesaikan semua buku ini! hahaha!" tawaku dengan bahagia setelah membaca semua buku pelajaran yang ku beli waktu itu. Aku sudah memahami semua materi pembelajaran materi di kelas satu SMA saat ini, dengan begitu aku tak perlu mempelajari ulang lagi materi yang baru ku pelajari saat di sekolah. Karena aku sudah mengetahui semuanya sekarang.

"Gila! dasar maniak buku! tidak salah jika seseorang menyebut mu kutu buku" ucap Merie yang terkejut melihat apa yang kulakukan selama ini.

"Haha! waktunya tidur, cepat kau pulang sama. Aku akan memuaskan diri untuk tidur besok!" ucapku yang segera mengusir Merie yang sedang berbaring di ranjangku.

"Baiklah, baiklah... tapi apa kau tidak tahu kalau besok sudah mulai masuk sekolah?" ucap Merie yang membuatku diam membeku.

"Kau serius, memangnya sudah tanggal berapa ini... ukh!" ucapku begitu aku melihat tanggal di ponsel ku kalau perkataan Merie benar. Besok aku sudah harus sekolah, sial! padahal aku sudah berniat untuk tidur seharian besok!.

"Baiklah aku pulang dulu, dadah!" ucap Merie sambil melambaikan tangan dan keluar dari kamarku. Begitu memikirkan kalau aku akan bersekolah disitu, seketika semua mimpi buruk datang menghampiri ku. Yah, walaupun Merie juga mendaftarkan diri untuk bersekolah di SMA yang sama karena ku, tetap saja pasti aku akan ketakutan.

Lagi pula tentang Merie yang bersekolah di SMA yang sama denganku, itu karena aku memaksanya untuk sekolah disitu. Dengan beralasan kalau aku takut jika tidak ada dirinya, dan alhasil dengan ajaib dia langsung merasa kasihan padaku dan memberitahu orang tuanya untuk satu SMA denganku. Kemudian karena kita adalah sahabat sejak kecil, orang tuanya pun menyetujui untuk menyekolahkan anaknya satu SMA denganku.

Begitu ceritanya, tapi yang terpenting aku harus menghadapi ketakutan hari esok. Aku benar-benar tak yakin kalau aku akan merasa aman sepanjang waktu saat di sekolah. Aku mencoba untuk tidak memikirkannya dan pergi tidur untuk bersiap hari esok untuk memulai hari baruku di sekolah baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!