Hari Pertama Sekolah

Aku sedang berjalan sendirian di lapangan sekolah, suasananya sangat sepi bahkan lebih tepatnya tidak ada siapapun di sana selain diriku. Aku berdiri di tengah lapangan futsal pada malam hari. Aku tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini secara tiba-tiba, ini sungguh aneh sekali. Sampai akhirnya ada seseorang yang menghampiri ku dari depanku.

Seorang laki-laki yang mengenakan seragam sekolah SMA yang sangat lusuh. Dia terlihat seperti seorang berandalan, rambutnya gondrong dan pandangannya terus menatap ke bawah sepanjang ia berjalan. Hingga akhirnya dia sampai di depanku, dan saat itu aku melihat wajahnya...

"Aaaaaaaaa!" teriakku yang langsung bangun dari ranjangku.

"Kyaaaa!... hah!? ada apa denganmu!?" ucap Merie yang berada di depan ranjangku dengan wajah terkejut karena aku mengagetkan nya. Wajahku masih terlihat panik dan berkeringat dingin karena mimpi buruk tadi. Aku benar-benar tak menyangka kalau yang tadi itu hanyalah sebuah mimpi.

"Huft... syukurlah yang tadi itu hanyalah mimpi" gumamku sambil *******-***** kepalaku.

"Apa kau baik-baik saja Lisa? wajahmu pucat" ucap Merie yang terlihat khawatir padaku. Kemudian aku memperhatikan Merie dengan tajam karena sepertinya ada yang berbeda dengan dirinya hari ini. Hingga akhirnya aku sadar setelah Merie yang datang ke rumahku pagi-pagi sekali dengan menggunakan seragam SMA dan tas di pundaknya.

Aku segera berlari tanpa basa-basi setelah melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarku. Aku segera mandi dengan cepat sekali dan memakai seragam SMA baru yang ku susun di lemari pakaian ku. Kemudian berdandan di depan cermin untuk merapikan rambutku yang lurus berwarna coklat.

Karena waktu untuk sekolah tinggal sebentar lagi, sekitar dua menit lagi. Aku hanya mengambil sebuah roti yang ada di meja makan dan segera berangkat. Sebelum itu aku berpamitan terlebih dahulu kepada kedua orang tuaku kecuali kakakku. Kami berdua berlari mengejar waktu untuk sampai di sekolah tepat waktu.

Ini adalah hal yang belum pernah terjadi dalam hidupku. Aku tidak pernah telat sekolah selama ini dan selalu bangun awal. Selama perjalanan aku sembari berpikir apa yang membuat diriku berbeda kali ini. Padahal aku mengalami hari yang sama seperti biasanya, seperti merasa kesal, marah, ngamuk dan... lainnya.

"Tunggu pak satpam!" teriak Merie kepada satpam sekolah yang menjaga gerbang depan sekolah yang akan menutup gerbangnya karena sudah lewat dari waktu sekolah yang di tetapkan.

Tak! tak! tak! lari kami semakin kencang untuk menggapai garis finish sebelum waktu habis. Hingga akhirnya kami berhasil! kami berhasil di hukum di luar sekolah karena telat masuk sekolah. Aku hanya bisa diam dan meratapi nasib buruk seorang murid baru di hari pertama dia sekolah tapi datangnya telat.

Sepertinya hanya ada aku dan Merie saja yang telat sekolah hari ini. Yah, lagi pula tidak mungkin akan ada orang lain yang datangnya telat, apalagi murid baru seperti kami. Kami di suruh menunggu 1 jam pelajaran di depan gerbang sekolah sampai kami di izinkan masuk, itu adalah hukuman yang harus kami terima karena telah melanggar aturan sekolah yang sangat ketat ini.

Tap! tap! suara langkah kaki seseorang.

"Kalian juga telat? sepertinya kalian murid baru juga ya" ucap seorang anak laki-laki yang baru saja tiba dan menemani kami berdua untuk menunggu di depan gerbang sekolah.

Orang ini tampaknya tipe-tipe orang yang sok kenal dan sok akrab dan aku juga sedang pusing saat ini karena telat masuk sekolah di hari pertamaku bersekolah di sini, jadi aku mengabaikan orang itu dan terus melamun. Hingga akhirnya dia menghampiriku dan duduk jongkok di depanku.

"Kau mengabaikan ku?" ucap orang itu dengan wajah datar.

"Apa masalahmu?" ucapku membalasnya dengan dingin. Yang sebenarnya tanganku sudah greget ingin menampar wajahnya yang mendekat ke arahku.

"Kau benar-benar murid baru yang buruk dengan sikapmu yang buruk, di tambah kau telat di hari pertamamu" ucap orang itu yang tak sadar diri dengan perkataanya. Dia benar-benar semakin menjengkelkan dan itu membuatku melototi nya.

"Apa kau tak sadar diri dengan ucapan mu itu!?" ucapku dengan nada yang sedikit keras.

"Kalau kau terus seperti ini, pasti hidup mu tidak akan lama" ucap orang itu yang kemudian dia pergi meninggalkanku dan masuk ke gerbang sekolah. Yang anehnya saat dia hendak masuk ke dalam, pak satpam yang menjaga gerbang bersikap sopan padanya dan membukakan gerbang untuknya agar bisa masuk. Aku hanya bisa menatap bengong kepada anak itu.

"Eh!? bagaimana cara dia bisa masuk!?" ucap Merie yang mencoba Melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan anak tadi. Namun pak satpam itu tak membuka gerbang sekolah dan menyuruh Merie kembali untuk menunggu di luar.

"Kalian tidak boleh masuk sampai bel jam pelajaran kedua berbunyi" ucap pak satpam itu dengan tegas.

"A-apa!? tapi kenapa anak tadi oleh masuk begitu saja dan tidak menunggu seperti kami!" ucap Merie dengan kesal karena pak satpam tidak menjawab pertanyaan. Kemudian satu-satunya cara agar kami bisa masuk sekolah hanya satu, yaitu menunggu di luar sampai jam pelajaran pertama telah usai.

Kami telah menunggu untuk waktu yang lama hingga akhirnya terdengar suara bel sekolah yang menandakan jam pelajaran pertama telah usai. Kemudian pak satpam membuka gerbangnya dan membiarkan kami masuk dengan tenang.

Aku berjalan masuk ke dalam sekolah sambil menggandeng tangan Merie karena aku masih takut dengan kejadian kemaren. Sampai pada akhirnya aku membuka mataku dan melihat sekeliling sekolah ini. Ternyata sekolah ini sama sekali tidak seperti apa yang ku pikirkan. Sekolah ini sangat luas bahkan memiliki 4 lapangan, yaitu lapangan futsal, lapangan basket, lapangan voli, dan terakhir lapangan kosong.

Yang sepertinya lapangan kosong itu di buat untuk olahraga lari, tenis, dan semacamnya. Kemudian dengan bunga-bunga taman yang tertata rapih dan bersih. Ini benar-benar tidak seperti apa yang ku bayangkan tentang sekolah yang ada di dekat rumah. Sekolah ini sungguh luar biasa dan tak terlihat menyeramkan lagi begitu aku berada di dalamnya, bahkan ini sangat luar biasa.

Sampai akhirnya kami masuk ke dalam sekolah dan berjalan di lorong sekolah yang temanya cukup unik dan membuatku terkesan. Tataan sekolah ini memiliki tema seperti ala-ala sekolah Eropa. Begitu modern dan terlihat menakjubkan dan akhirnya kami sampai di depan kelas kami. Yaitu kelas 1-6, yang artinya kami kelas satu SMA dari total 15 kelas di satu angkatan.

Kami masuk ke dalam kelas dan ternyata keadaan kelas tampak sunyi. Ini disebabkan karena mereka masih terasa asing di tempat baru mereka. Lalu karena mereka masih merasa canggung karena belum pernah bertemu satu sama lain. Entah kenapa kelasnya terasa suram sekali, padahal tidak ada guru hari ini. Karena dari yang ku tahu dari grup wa kelas, wali kelas kami yang bernama William Henry yang mengajar pelajaran IPA. Hari ini tidak ada waktu pembelajaran agar semua murid bisa saling mengenal satu sama lain dengan tenang disini.

Yah, karena aku bukan orang yang terlalu suka bersosialisasi. Jadi aku memutuskan untuk menggambar saja di buku kosong ku. Aku pergi bersama Merie untuk mencari kursi kosong, dan kebetulan sekali ada dua bangku yang bersebelahan tidak di tempati. Jadi aku dan Merie duduk berdua dan bersebelahan dengannya, hal ini sudah lama terjadi sejak kami berteman di TK.

Tatapan semua orang tertuju malu-malu kepada kami, yang hendak ingin berkenalan dengan kami. Karena hanya aku dan Merie saja disini yang memiliki kenalan. Suasana di kelas ini semakin canggung, dan itu membuatku merasa tidak enak. Huft! apa boleh buat kalau sudah seperti ini, sepertinya ada yang harus kulakukan saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!