Cerita Sekolah Hantu

Di pagi hari yang cerah... aku terbangun layaknya seorang tuan putri yang baru saja bangun dari ranjang yang mewah. Meregangkan tubuhku yang kecapekan setelah seharian sakit. Membuka jendela kamarku dan melihat halaman luar rumah di balik jendela sambil bersenandung.

Brak! aku terjatuh saat hendak keluar dari kamarku karena terselandung sesuatu di kakiku. Hah... padahal aku ingin melakukan kegiatan yang menyenangkan, baru bangun saja sudah seperti ini, pasti ke depannya akan lebih buruk lagi seperti biasanya. Begitu aku menengok ke belakang benda apa yang membuatku terjatuh.

Ternyata itu adalah badan Merie yang sedang tidur di lantai. Aku baru ingat kalau dia tidur di kamarku malam ini setelah memasakkan ku sebuah sup yang enak. Tapi apakah sikapnya harus sampai seperti ini? sebelumnya dia tidur di kasur dan sekarang dia tidur di lantai. Orang ini benar-benar tidak bisa tenang sedikit pun bahkan saat tidur, dasar anak pecicilan.

"Hmm... hoaaaam... kau sudah bangun Lisa?" ucap Merie yang terbangun karena aku jatuh.

"Sudah... ayo cepat pulang ke rumahmu" ucapku yang berniat mengusirnya, karena mengusirnya sama saja menghilangkan satu masalah hari ini.

"Hoaaaam... aku masih mengantuk, nanti saja aku pulang" ucap Merie yang masih terkantuk-kantuk dan pergi ke kasur ku untuk melanjutkan tidur pagi. Aku benar-benar sudah tidak tahan, ini adalah hari libur, aku harus menikmati hari liburku!.

Kemudian aku menghampirinya dan menyeretnya dengan paksa, "Cepat pulang ke rumahmu! kau bisa tidur di rumahmu yang bersebelahan dengan rumahku!" ucapku sambil menarik kedua tangan Merie turun dari ranjangku.

"Kalau aku pulang nanti rasa kantuknya hilang, mumpung aku sedang ngantuk seharusnya kau biarkan aku tidur" ucap Merie yang sedang di seret olehku keluar dari kamar dan dia malah menikmatinya saat sedang di seret olehku.

Prang! seseorang menjatuhkan piring dan membuatnya pecah, "Astaga! apa yang terjadi pada Merie!? dia tampak tidak sehat" ucap ibuku yang khawatir dan segera menghampiri Merie.

"Tidak Bu, ibu hanya salah paham..." ucapku yang seketika ibu langsung menggendong Merie kembali ke kamarku untuk menidurkannya kembali. Benar-benar hari yang sangat menyebalkan sekali, rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya hingga membuatku gila.

Benarkan apa yang ku katakan, apa yang di ingin kan oleh Merie pasti terkabul, sialan. Hah... lebih baik aku menyerah saja, dan ada hal yang harus kulakukan pagi ini. Kemudian aku menghampiri ayahku yang sedang duduk di teras sambil menikmati teh hangat yang ibu buat dan membaca sebuah buku.

Aku datang menghampiri ayahku untuk membicarakan tentang kemana SMA yang akan ku tempati nanti. Aku tersenyum-senyum sendiri saat menghampiri ayah, memikirkan saat ayahku setuju dengan SMA pilihanku. Rasanya semua beban yang melelahkan yang baru saja terjadi hilang di pikiran ku.

"Ayah..." ucapku dengan sopan dan meletakan tanganku di belakang.

"Ya ada apa nak?" ucap ayahku tanpa menoleh sedikitpun kepadaku dan tetap fokus membaca buku yang ia pegang. Seperti inilah sikap ayahku saat sedang fokus terhadap sesuatu, pandangannya pasti akan tertuju kepada apa yang sedang dia lakukan.

"Tentang SMA..." ucapku yang seketika ayah langsung memotong pembicaraanku.

"Oh SMA mu? tenang saja, ayah dan ibumu sudah mendaftarkan kamu lebih dulu di SMA yang dekat dengan rumah kita. Selamat ya anakku! kau sudah lulus SMP dan sudah waktunya untuk menempuh pendidikan barumu di SMA barumu nanti!" ucap ayahku yang membuatku syok sampai tak bisa berkata-kata dan diam membeku.

"A-ayah... apa boleh kalau Lisa sendiri yang milih mau lanjut SMA dimana?" ucapku sambil menunjukkan wajah cemberut agar ayahku terpancing meski ini adalah perbuatan yang sangat licik.

"Memangnya kamu mau sekolah di SMA mana? lagi pula ayah dan ibumu sudah mendaftarkan kamu di sekolah dekat rumah" ucap ayahku yang sama sekali tak terpengaruh oleh wajah cemberut ku. Padahal jika ibu yang melakukannya, pasti akan berubah pikiran, tapi kenapa saat aku yang melakukannya tidak terjadi!?.

"Ta-tapi ayah... Lisa mau sekolah di..." ucapku yang lagi-lagi pembicaraan ku di potong oleh ayahku.

"Sudahlah nak, kamu sekolah di SMA dekat rumah saja. Lagi pula hanya SMA itu yang satu-satunya dekat rumah kita dan hanya ada disini. Ayah tidak ingin kamu jauh dari ayah..." ucap ayahku yang membalas serangan ku dengan menunjukkan wajah sedih jika aku pergi ke SMA yang jauh dari rumah, yang artinya aku harus menginap di kos-kosan.

Aku benar-benar kesal sekali karena ayah tak memperbolehkan aku sekolah di SMA yang ku inginkan. Lagi pula kenapa ayah dan ibu langsung mendaftarkan aku di sekolah itu tanpa memberitahu ku lebih dulu. Argh! aku benar-benar ingin berteriak dan memaksa ayahku untuk menyekolahkan ku di sekolah yang ku inginkan.

Kemudian ibuku datang dan menghampiri kami yang sedang serius mengobrol, "Kalian sedang membicarakan apa? kenapa serius sekali?" ucap ibuku yang baru saja datang. Seketika aku langsung melihat secercah harapan untuk membujuk ayahku.

Jadi aku harus memanfaatkan momen ini, aku segera menjawab pertanyaan ibu sebelum ayah yang menjawabnya terlebih dahulu, "Ibu, bolehkan aku melanjutkan sekolah ku di SMA yang ku inginkan" ucapku dengan tersenyum.

"Tapi ayah dan ibu sudah mendaftarkan kamu di sekolah yang dekat rumah, Lisa. Lagi pula lebih baik kamu sekolah saja di SMA itu, tempatnya bagus kok." ucap ibuku yang seketika secercah harapan itu menghilang dan membuatku terbengong.

"Benar Lisa, lagi pula kenapa kamu tidak mau sekolah disitu? Padahal sekolahnya bagus sekali loh" ucap ayahku yang memberiku dorongan agar menerima kenyataan.

"Tapi ayah, ibu... kata orang-orang sini, sekolah itu angker sampai-sampai ada yang melihat hantu yang berkeliaran disekolah yang menggunakan seragam sekolah" ucapku yang mendengar cerita seram itu dari teman-teman komplek ku walaupun aku sendiri belum pernah melihatnya. Tapi mendengarnya saja sudah membuatku merinding ketakutan.

Ini semua salah paman Davich yang selalu menceritakan cerita seram sewaktu aku kecil setiap kali ia berkunjung ke rumahku. Karena hal itu sampai sekarang pun aku jadi penakut, bahkan kalau mau berkeliaran di rumah pada malam hari aku harus membangunkan ibuku.

"Ada-ada saja anak ayah yang satu ini, masa anak hebat sepintar kamu percaya sama yang namanya hantu" ucap ayahku sambil tertawa kecil di depanku.

"Tapi cerita itu sepertinya tidak dibuat-buat ayah" ucapku yang memperjelas tentang sekolah yang katanya berhantu itu.

"Jangan mengada-ngada Lisa, pokoknya kamu harus sekolah disitu titik" ucap ibuku yang kembali masuk ke dalam untuk memasakkan kami sarapan pagi.

Sepertinya aku sudah menemukan jalan buntu untuk keluar dari SMA pilihan ayah dan ibuku. Aku benar-benar sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membujuk mereka agar menuruti kemauan ku. Hingga akhirnya aku kembali ke kamarku dan menyerahkan diri tentang SMA impianku kepada tuhan.

Kemudian aku membuka ponselku untuk mencari-cari buku pelajaran yang lengkap di internet. Aku harus mempersiapkan diri untuk memahami materi di SMA lebih dulu sebelum aku masuk, jadi aku menggunakan waktu liburku untuk belajar. Ini adalah hal yang biasa aku lakukan ketika hari libur sekolah tiba, tak ada hal lain yang ku lakukan selain mempersiapkan diri untuk memahami materinya lebih dulu.

"Ada apa dengan wajahmu? kenapa kau terlihat cemberut?" ucap Merie yang sedari tadi memperhatikan ku.

"Akh! bikin kaget saja... huft... aku ingin membeli buku-buku ini di toko buku yang ada di dekat rumah" ucapku yang kemudian pergi mengambil pakaian di lemari pakaian ku.

"Aku ikut!" teriak Merie yang langsung loncat dari ranjangku dan semangatnya tiba-tiba muncul begitu saja.

"Baiklah, tapi jangan mengacau" ucapku sambil mengenakan pakaian yang formal.

"Baiklah aku akan cuci muka dulu" ucap Merie yang berlari ke arah dapur.

Setelah semuanya sudah siap berpakaian, kami pamit dan pergi ke toko buku yang jaraknya tidak jauh dari rumah kami. Aku sudah membawa uang yang cukup banyak untuk membeli beberapa buku di dompetku. Semoga saja buku yang ku lihat di internet tersedia di toko buku itu.

Tapi... astaga aku lupa kalau jalan untuk pergi ke toko buku itu harus melewati gang yang berada tepat di samping sekolah itu. Gangnya tidak menyeramkan akan tetapi suasana di sampingnya itu membuatku ketakutan. Tapi syukurlah aku membawa alat yang berguna (Merie) agar aku tidak ketakutan saat melewati gang ini. Karena biasanya juga kalau aku ingin melewati gang ini aku harus mengajak seseorang untuk menemaniku sepanjang perjalanan di gang ini.

Brak! tiba-tiba saja ada suara yang muncul dari balik tembok sekolah yang menghalangi pandangan kami dari gang ini. Temboknya sangat tinggi sampai kami tidak tahu suara apa yang baru saja terdengar itu. Aku langsung ketakutan dan berjongkok sambil menundukkan kepalaku ke bawah.

"Su-suara apa itu!?" ucapku sambil ketakutan.

"Sudahlah jangan takut, sepertinya itu hanya suara kucing yang terjatuh dari pohon" ucap Merie yang membujukku agar tidak takut. Merie membantuku berdiri dan membuatku merasa aman di dekatnya. Dia benar-benar orang yang dapat di andalkan, tapi... brak! suara itu terjadi dua kali!.

Lantas aku segera berlari dengan kencang meninggalkan Merie di belakang ku yang sedang menyusul ku. Merie berteriak memanggil namaku tapi aku tak mendengarnya karena aku sudah sangat ketakutan. Aku terus berlari hingga akhirnya kami berdua selamat dari suara aneh itu setelah keluar gang dan melihat teriknya panas matahari.

Syukurlah! aku selamat dan berhasil keluar dari jalur neraka itu! aku benar-benar merasa lega. Tapi begitu keadaan kembali tenang, tiba-tiba saja aku merasa kelelahan yang amat luar biasa. Padahal sebelumnya aku tak merasakan kecapekan, tapi sekarang rasanya kakiku lemas. Mungkin itulah yang di sebut adrenalin, saat ketakutan dan berlari dengan kencang hormon adrenalin ku muncul dan membuat tubuhku tak bisa merasa kelelahan ataupun sakit untuk sementara waktu sampai kesadaran ku kembali normal.

Hal ini biasanya terjadi pada orang-orang yang sudah mencapai ambang kematian. Saat itulah adrenalin muncul dan membangkitkan 100 persen kekuatan yang dimiliki tubuh untuk keluar dari zona bahaya. Karena saking takutnya aku terhadap hantu, jadi hal ini juga berlaku.

"Penjelasannya singkat saja" ucap Merie yang dirinya juga kelelahan karena mengejar ku.

"Maaf, karena aku meninggalkan mu" ucapku yang merasa bersalah.

"Sudahlah tidak apa... kalau begitu ayo kita menyebrang untuk sampai di toko buku yang ada di depan kita" ucap Merie.

"Tunggu!" ucapku sambil menarik tangan Merie yang ingin menyebrang.

"Kenapa?"

"Lebih baik... kita beristirahat dulu di bangku itu" ucapku yang masih kecapekan. Kemudian akhirnya kami beristirahat sebentar di situ untuk melepas penat. Setelah beberapa menit beristirahat akhirnya kami pergi menyebrang dan masuk ke toko buku yang ada di sebrang jalan itu.

"Aku akan menunggumu di luar, aku ingin membeli minum di sana" ucap Merie.

Kemudian akhirnya aku masuk dan pergi melihat lihat rak yang di penuhi dengan buku-buku yang masih baru. Aku berjalan mondar-mandir sambil memegang ponselku untuk mencari buku yang sama persis seperti yang kulihat di ponselku. Daftar buku yang ingin ku beli hari ini sekitar lima buku dulu, untuk buku lainnya mungkin nanti saja.

karena aku tak membawa uang lebih.

Kemudian akhirnya aku menemukan buku pertama dari daftar buku yang ingin ku beli. Yaitu buku fisika, aku menemukan bukunya karena berada di paling depan dari buku lain dan sampulnya terlihat sangat menarik jika dibandingkan dengan buku yang lainnya yang di pajang sejajar dengan buku-buku di sampingnya.

"Oke satu sudah di dapatkan, waktunya beralih untuk mencari buku lainnya" gumamku yang merasa bersemangat sendiri.

Setelah mengitari rak buku yang ada di balik buku fisika yang kutemukan tadi. Akhirnya aku menemukan buku kimia yang termasuk dalam daftar buku yang ingin ku beli hari ini. Aku segera mengambil buku itu, namun di saat yang bersamaan ada seseorang yang ingin mengambil buku itu juga. Hingga akhirnya tangan kami bersentuhan, orang yang ingin mengambil buku itu, entah kenapa aku merasakan aura yang tidak asing sebelum melihat wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!