Oh, Hai!

Aiden Sebastian seorang CEO dari perusahaan trading yang cukup terkenal. Saat ini ia sedang menemani teman-temannya bermain di pantai.

"Hei, Aiden! Bergabunglah bersama kami," ajak salah seorang temannya.

Aiden menggelengkan kepala. "Aku tidak tertarik," jawab Aiden.

Bukan tanpa alasan seorang Aiden membenci laut atau pantai. Trauma masa lalunya yang mengerikan terkadang masih menjadi mimpi buruk untuknya.

Entah makhluk apa yang ingin memakannya saat itu, yang ia ingat makhluk itu berwajah aneh tapi sangat cantik akan tetapi ia mempunyai ekor yang panjang, besar dan menyeramkan.

Jika Aiden teringat makhluk itu, tubuhnya akan bereaksi dengan hebat. Bulu kuduknya berdiri dan ia merasa makhluk itu terus mengikutinya.

10 tahun yang lalu,

Hari itu sebelum matahari muncul, Aiden sedang berlari kecil di pinggir pantai. Sejak kecil, Aiden memang senang sekali bermain di pantai walaupun ia tidak bisa berenang.

Pagi itu sambil bersenandung kecil, ia berdiri di tepi pantai dan melakukan peregangan. Setelah itu Aiden kembali berlari. Ia menghirup dalam-dalam udara pantai yang masih sangat sepi itu. Hanya ada beberapa kapal yang terlihat sangat kecil di ujung sana.

Setelah lelah berlari, Aiden duduk di atas batu-batu karang yang berjajar di tepi pantai sebagai pemecah ombak. Ia menikmati waktu berkualitasnya seorang diri.

Tak lama, ia memberanikan diri untuk menurunkan kakinya ke air. Aiden senang sekali begitu kakinya masuk ke dalam air lebih dalam. Ia berjalan lagi lebih ke tengah pantai, dan ia masih dapat berdiri stabil ketika ombak menerpa tubuhnya. Ia berjalan, dan terus berjalan. Kali ini sampai ke tengah pantai.

Namun, ia tidak mengira akan ada ombak besar yang datang. Ombak itu datang bergulung-gulung dan karena Aiden berada di tengah pantai, ia tidak mempunyai apa pun untuk menahan dirinya supaya tidak terjatuh.

Byur!

Begitu ombak besar menerpa Aiden, Aiden kehilangan keseimbangan dan ia pun terjatuh ke dalam air. Dengan cepat, arus pantai menyeretnya lebih ke tengah.

"Tolong! Tolong!" ia melambai-lambaikan tangannya meminta tolong. Berharap ada kapal laut atau perahu layar yang lewat atau ada seseorang yang melihatnya.

"To-, tolong! Tolong! Tolong aku!" Aiden terus berteriak dan tak berhenti mengharapkan pertolongan.

'Aku tidak boleh mati! Aku tidak mau mati! Aku masih mau hidup!' begitu pikirnya dalam hati. Dengan pikiran seperti itu, rasa lelah dan nyeri di kakinya tak ia hiraukan dan Aiden pun berusaha menggerakkan kedua tangannya, berusaha untuk berenang ke tepian. Namun, ia justru terseret semakin jauh.

"Tolong! Tolong!" teriak Aiden lagi. Ia mulai putus asa. Di tengah keputusasaannya, ia melihat seseorang sedang berenang juga tak jauh dari tempat ia berada.

Aiden berteriak ke arahnya, "Hei! Tolong! Tolong aku!" seru Aiden.

Beruntunglah Aiden, orang itu menoleh ke arah Aiden dan berenang menghampirinya. Aiden tersenyum senang. Namun, karena rasa nyeri di kakinya tak tertahankan, ia pun tak sadarkan diri dan tenggelam ke dalam air.

Yang ia ingat, seseorang itu menariknya dan membawa Aiden ke tepi pantai. Setelah itu ia tidak tau apa yang terjadi. Ia hanya tau, begitu ia sadar ada seorang wanita cantik yang wajahnya sangat dekat dengan wajah Aiden.

Namun, begitu wanita itu menjauh, entah bagaimana kakinya berubah menjadi ekor ikan yang panjang dan menyeramkan. Itulah ingatan menyeramkan yang terus menghantui Aiden seumur hidup.

***

Kalau ia mengingat kejadian itu, rasa-rasanya seperti mimpi buruk yang akan terus terulang. Maka ia berusaha menjauhi pantai dan melupakan kejadian masa remajanya yang membuat Aiden trauma.

Ketika matahari sudah tinggi, teman-teman Aiden mengajak Aiden untuk kembali ke hotel tapi Aiden meminta mereka untuk kembali lebih dulu, entah apa yang menahannya untuk tetap tinggal disana.

"Kalian duluan saja, kabari aku kalau Matt sudah datang. Aku ingin disini sebentar lagi," ucap Aiden.

Aiden berjalan menyusuri pantai, kakinya ia biarkan basah dan tersapu ombak. Ia menikmati angin pantai dengan tenang.

Saat ia melihat kejauhan, nampak seorang wanita berjalan dengan terhuyung-huyung seperti hampir jatuh. Aiden kembali memincingkan matanya untuk melihat lebih jelas.

"Kenapa ia berjalan seperti itu?" tanya Aiden bermonolog. Ia meletakkan tangannya di atas kening untuk memperjelas apa yang ia lihat.

Ya, sosok itu adalah seorang wanita yang terseok-seok karena menahan supaya tubuhnya tidak jatuh dan terhempas ke tengah laut.

Entah apa yang mendorongnya, Aiden segera berlari menghampiri wanita itu. Namun, ia terlambat, wanita yang tampak sudah sangat lemas itu, jatuh dan terkulai di atas pasir.

Bruk!

"Hei! Hei!" seru Aiden. Aiden pun dengan cepat menggendong wanita itu dan berlari menuju hotel tempat ia menginap.

Ia membaringkan wanita itu di atas ranjangnya dan menepuk pipi wanita itu. "Sialan! Tubuhnya sudah dingin! Hei, bangunlah! Jangan mati disini!" tukas Aiden panik.

Ia berusaha untuk tenang, ia mengatur pemanas ruangan supaya suhu tubuh wanita itu meningkat. Ia juga mengambil handuk kecil dan mengompres kening wanita itu.

Aiden mengambil pergelangan tangan wanita berwajah cantik itu dan meraba denyut nadinya. "Hmmm, kenapa tidak ada?" Aiden kembali bermonolog.

Tak hilang akal, Aiden menempelkan telinganya ke dada wanita itu untuk mendengarkan detak jantungnya.

Loop! Doop! Loop! Doop!

"Lemah sekali. Haruskah kupanggilkan dokter?" tanya Aiden kepada dirinya sendiri. Ia menunggu suhu ruangan itu menghangat.

Aiden mengecek suhu ruangan, dan ia sudah merasakan kepanasan. Aiden juga mengecek suhu tubuh wanita itu. "Kenapa masih dingin? Hei, sadarlah!" ucap Aiden.

Aiden mengambil ponselnya dan menghubungi dokter pribadinya. Ia meminta dokter itu untuk segera datang ke hotel tempat ia menginap.

Sambil menunggu, Aiden menghubungi Matt untuk meminta rapat hari itu di mundurkan karena ada hal mendadak yang harus ia lakukan.

"Oh, kamu bertemu dengan wanita?" goda Matt dalam pesan.

"Tidak seperti itu. Hanya saja aku tidak bisa meninggalkan ia sendirian disini. Aku takut ia mati," balas Aiden.

"Baiklah, aku juga baru akan jalan. Selama yang lain sudah siap aku akan memulai rapat tanpamu begitu sampai sana. Jaga wanita itu mungkin saja dia jodohmu," kata Matt lagi memberikan emoticon senyum pada pesannya.

"Aku tidak memikirkan jodoh. Cepatlah datang dan terima kasih karena mau mengerti aku," Aiden membalas pesan Matt lagi.

Matt membalasnya dengan emoticon ibu jari pada pesannya.

Setelah berbalas pesan dengan Matt, Aiden meletakkan kembali ponselnya di atas meja lampu. Ia memandangi wanita itu.

Kepala wanita itu mulai bergerak ke kiri dan kanan. Tubuhnya sudah mengeluarkan peluh. "Kamu sudah mulai sadar, yah?" tanya Aiden.

Tangan wanita itu menggapai-gapai, dan mulutnya berusaha mengucapkan sesuatu. "A-, air...." ucap wanita berwajah pucat itu.

"Kamu haus? Baiklah, akan aku ambilkan," kata Aiden. Ia beranjak dari ranjang dan segera menuangkan air hangat ke dalam gelas.

Setelah itu, Aiden kembali lagi ke ranjang dan membantu wanita itu untuk minum dengan menggunakan sedotan.

Namun, wanita itu tidak melakukan apa pun pada sedotannya. Dia terus mengucap air.

Aiden tidak paham apa maksud wanita itu. "Apa kamu bisa membuka matamu? Supaya aku tau apa yang harus aku lakukan," tanya Aiden, wajahnya di penuhi tanda tanya.

Wanita itu berusaha membuka matanya, dia paham permintaan Aiden.

Mata biru laut wanita itu akhirnya terbuka, ia menatap mata Aiden dan terus memandanginya.

Seakan terhipnotis, Aiden tidak dapat bergerak. Jantungnya berdetak dengan cepat seperti mau meledak. Mata itu! Ia pernah melihatnya tapi ia lupa dimana ia pernah melihat itu.

"Tolong aku. Aku butuh air," kata wanita itu.

Aiden menelan salivanya kasar dan tersadar bahwa wanita itu meminta air. Dengan tangan gemetar, Aiden memberikan gelas yang tadi untuk wanita bermata biru itu.

Wanita itu menggeleng. "Air. Aku butuh air,"

"Ini air. Minumlah," jawab Aiden yang akhirnya sanggup bersuara.

Wanita itu kembali menggeleng dan tiba-tiba saja ia mengerang kesakitan. Betapa terkejutnya Aiden, begitu melihat pinggang wanita itu bersisik hijau kebiruan dan kaki mulusnya berubah menjadi ekor ikan yang pernah ia lihat sebelumnya.

"Kau!" Aiden mengacungkan jari telunjuknya ke arah wanita itu dengan gemetar. Ia pun perlahan menjauh.

"Ha-, hai," sapa wanita itu tersenyum kecil sambil mengibaskan ekor panjangnya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

berdebar banget ngga tuh Aiden 🤭
Btw semangat kaka author 🤗❤️

2022-12-12

0

Lee

Lee

jdi inget film jadul zainal aibidin domba

2022-12-04

2

dewi_yoongi (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

dewi_yoongi (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

semangat

2022-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!