Gulai ikan untuk ibu

Aku beranjak pergi dari dapur meninggalkan ibu yang sedang mengomel karena aku menyarankan agar membeli ikan setengah kilo saja tapi dia tetap tidak mau. Seperti biasa, lebih baik aku mengalah saja dari pada berdebat yang hanya akan membuang waktu. Lalu, Aku memasuki kamar ku untuk mengambil uang sisa nafkah dari suamiku. Ku ambil satu lembar uang warna biru. Setelah itu, aku bergegas ke luar untuk menemui penjual ikan. Kasihan dia, sudah terlalu lama menunggu uang dari kami.

"Ini mang uangnya, maaf ya mang lama,"ucap ku sambil menyodorkan selembar uang ke arah penjual ikan tersebut.

"Ngga apa apa neng, makasih ya."

"Sama sama mang."

"Nurii....Nurii....!"

Baru saja tukang ikan itu pergi, ibu berteriak memanggil namaku. Entah lah, mau apa lagi dia memanggilku. Aku masuk ke dalam tanpa menyahuti panggilannya.

"ada apa lagi Bu?" tanyaku pada ibu yang sedang berdiri di depan meja makan sambil menunduk melihat pada mangkok bubur yang ku beli ke dua kalinya.

Dia menoleh ke arahku dengan raut wajah yang tidak enak di pandang oleh mataku. Aku tau dia pasti mau memarahiku lagi setelah tau buburnya yang hanya kuah serta toping kerupuk yang sudah basah.

"apa apaan kamu beli bubur kok kayak gini? ngga ada ayam serta kacangnya. kamu sengaja kan ngga pake ayam biar harganya lebih murah?" tuduh ibu padaku dengan suara tinggi.

"daging ayam serta kacangnya sudah habis Bu, tinggal sisa bubur, kuah dan kerupuk. Kalau ibu ngga percaya ya sudah tanyakan saja sama penjual buburnya langsung." Aku membela diri karena aku tidak terima di tuduh yang tidak aku lakukan.

Amarahnya meredam. Dia tidak lagi memasang wajah sangarnya setelah aku menyuruhnya tanyakan langsung pada penjual bubur jika dia tidak percaya.

"ya sudah kalau gitu, cepat kamu masak gulai ikan itu," titah ibu padaku sambil menunjuk ke arah bak kecil.

"tapi Zain belum makan Bu. Aku mau nyuapin Zain dulu."

Kasihan anak ku sudah jam sembilan belum di beri makan. Aku sibuk ke sana kemari mengikuti kemauan ibu sementara anak ku sendiri belum makan apa apa.

"apa kamu pikir ibu mu ini udah makan hah? jangan membantah, cepat kerjakan kalau di suruh sama orang tua. Dasar anak durhaka kamu."

Selalu menyebut anak durhaka ketika aku menolak setiap keinginannya. Lidah tak bertulang ibu kerap kali mengeluarkan kata kata yang semestinya tidak harus dia katakan. Padahal, ibuku bukan orang yang buta akan pengetahuan agama Islam. Dia sering ikut pengajian hampir setiap hari di beberapa tempat pengajian. Tapi, sayangnya. sikap Ibu ku seperti orang yang tidak pernah ikut pengajian saja.

Aku tidak bicara lagi. Ku letak kan kembali kembali piring yang terisi nasi telor untuk Zain makan di atas meja. Aku mengurungkan niatku untuk menyuapi Zain.

"mama Zen lapal....!" celetuk anak ku yang sedang berada di gendonganku.

"iya nak, sebentar ya, mama masak dulu untuk nenek. setelah itu kita makan okey." Zain mengangguk. Dia tidak menangis. Lalu, ku dudukan anak ku di atas kursi.

"Zain tunggu di sini ya, mama masak dulu," ucap ku pada Zain dan dia mengangguk.

Aku mengambil bak berisi ikan di samping kompor lalu ku bersihkan ikan itu terlebih dahulu. Ada lima ekor ikan cukup besar kemudian aku memotongnya menjadi dua bagian, jadi ikan tersebut menjadi sepuluh potong. Setelah itu, aku menyisihkan empat potong untuk ku masak gulai hari ini. ku sisihkan empat potong untuk besok dan ku sisihkan dua potong untuk Zain. Aku sengaja menyisihkan dua potong untuk anak ku karena Zain jarang sekali makan ikan. lagi pula ikan ini aku yang membelinya. oleh karena itu, aku berani menyisihkan untuk anakku.

Aku mulai memasak ikan gulai dan bersyukurnya bumbu bumbu masih lengkap yang telah di beli olehku seminggu yang lalu. Karena aku sendiri termasuk orang yang mengirit bumbu jika memasak.

Tercium harum gulai menguar dari dalam wajan di atas kompor.

"Apa ikan nya sudah masak Nur?" tanya ibu tiba tiba ada di belakangku.

Aku melirik sebentar lalu aku fokus mengorek orek gulai di dalam wajan lagi.

"sudah," jawabku singkat.

Ibu melihat ke arah wajan." Berapa yang kamu masak ikan nya itu?" tanya ibu.

"cuma dua. cukup kan untuk makan ibu hari ini?"

"berarti yang di simpan ada tiga lagi ya?" tanyanya memastikan jika ikannya tidak berkurang.

Benar dugaan ku ikan nya sudah dia hitung. Seperti biasa, ibu memang selalu menghitung jumlah ikan yang dia beli. Jika jumlahnya berkurang dia akan menanyakannya padaku dan tak jarang dia sering memarahiku hanya karena ikannya berkurang.

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Ku letak kan centong di atas wajan lalu ku matikan api kompor. Kemudian, aku berjalan ke arah Zain lalu menggendongnya dan membawanya ke luar meninggalkan ibuku yang sedang menatapku tajam karena pertanyaannya aku abaikan.

Matahari sudah tampak tinggi. Aku mulai menjemur kerupuk yang telah ku buat tadi malam. Ada beberapa penampi beras yang ku jemur berjejer rapih di atas bunga pagar.

"semoga hari ini panas biar kerupuknya kering," gumam ku sambil menatap pada beberapa penampi beras berisi kerupuk basah.

Kruk kruk kruk

Terdengar bunyi keroncongan di dalam perutku. sibuk ke sana kemari membuat aku lupa bahwa dari tadi pagi aku belum makan nasi barang sesuap pun. Ku lihat jam di atas dinding sudah menunjukan pukul sepuluh. Pantas saja perutku keroncongan dan tubuhku sedikit terasa gemetaran.

Aku melihat Zain sedang main anteng di dalam kamarku. memainkan mobilan yang sudah menjadi rongsokan yang aku temui di jalan. Aku cuci bersih dan ku berikan pada Zain sebagai mainan barunya.

Aku berjalan ke arah dapur. Ibu ku sudah tidak tampak lagi di rumah. Aku tidak tahu kemana dia pergi. Biarlah, agar sedikit tenang telinga ku ini tidak mendengar teriakannya meskipun hanya satu menit.

Aku mengambil piring lalu menyendok kan nasi serta mengambil tempe sisa semalam di atas meja makan. Aku menoleh pada wajan di atas kompor lalu mendekati dan membukanya. Harum sekali tercium di hidungku. Aku menelan saliva melihat gulai ikan di dalam wajan. Ingin sekali rasanya memakan gulai tersebut tapi aku takut pada kemarahan ibu. Ku aduk kuah gulai itu dan tampak ada tiga potong ikan lagi di sana. Lalu, aku menyendok kuah gulai itu lalu di satukan dengan nasi di atas piring yang ku bawa. Hanya kuah nya saja yang ku ambil karena aku takut ibu marah jika aku memakan ikannya.

Aku bersyukur perutku sudah terasa kenyang. Tubuhku tidak terasa gemetar serta perutku tidak keroncongan lagi. Namun, mulutku yang mengeluarkan bunyisendawa. Aku selalu bersyukur karena aku masih bisa makan meskipun makan seadanya. Di luar sana mungkin ada yang nasibnya jauh lebih buruk dariku. Oleh karena itu, aku tak henti henti nya selalu mengucapkan rasa syukur.

Aku menoleh pada seonggok plastik besar berisi kerupuk yang telah ku bungkusi kecil kecil dan sudah siap untuk di titipkan di warung warung kecil.

"Zain, antar mama antar kerupuk ke warung warung yuk nak?"

"yuk, mama...!" jawab Zain lalu tersenyum senang. Balita itu memang selalu senang jika aku ajak jalan jalan meskipun jalan kaki.

Aku berjalan sambil menuntun Zain serta menenteng plastik besar berisi kerupuk menuju setiap warung yang berjarak dekat serta berjarak jauh. Ada delapan warung yang ku titipi kerupuk buatan ku. Sesekali aku menggendong Zain ketika dia sudah lelah berjalan kaki.

"Bu iyam, saya antar kerupuk lagi," ucap ku pada salah satu pemilik warung yang ku titipi kerupuk buatan ku.

"waduh Nur, kerupuk yang kemarin aja masih ada sepuluh lagi terus udah alot ngga enak di makan. orang orang pada ngga mau belinya," ucap Bu iyam.

"Oh, gitu ya. ga apa apa Bu, yang masih tersisa saya tarik, jadi ibu bayar yang sudah habisnya aja."

"ya udah kalo gitu. jadi saya bayarnya lima belas ribu ya Nur."

"iya Bu, dan ini saya narok lagi ya Bu iyam?"

"iya Nur, gantung aja di situ."

Aku menarik kerupuk yang tidak habis kadang sudah alot lalu menggantinya dengan yang baru.

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

dasar ibu durhaka!

2023-06-27

0

ciru

ciru

cerewet !!

2023-06-27

0

Chrisna Cendana

Chrisna Cendana

bagus diracun aj mamaknya.. biar diem selama2nya.. gemesss gua

2023-06-17

1

lihat semua
Episodes
1 Hari apes
2 Mie telor untuk ibu
3 Bubur ayam untuk ibu
4 Ikan mahal untuk ibu
5 Gulai ikan untuk ibu
6 Baju bekas untuk Zain
7 Chanel TV
8 Bertengkar gara gara ayam
9 Kakak kedua
10 Bang Supri si tempramental
11 Nasi goreng untuk ibu
12 Membuat kerupuk
13 Bertemu teman
14 Kado untuk menantu
15 Bang Supri pingsan
16 Pura pura pingsan
17 Kelaparan
18 Dagang gorengan keliling
19 Bu haji yang baik
20 Tumis bayam dan tempe
21 Di belikan mobilan remote
22 kekasaran bang Supri
23 Kedatangan mas Surya
24 Kenyataan pahit
25 Terjebak hujan
26 Tentang lukisan
27 Pertengkaran
28 Rizki pagi hari
29 Sikap aneh mas Surya
30 Pertemuan tak terduga
31 Aku bukan anak kecil
32 Surya mabuk
33 Nafkah bathin
34 Pertengkaran Nuri dan Surya
35 Di traktir Raihan
36 Berenang
37 Godaan Raihan
38 Kelakuan aneh Raihan
39 Kampus Raihan
40 Pelukan Raihan
41 Ungkapan perasaan Raihan
42 Budak nafsu Surya
43 Nuri sakit
44 Raihan merawat Nuri
45 Rumah Sakit
46 Pertengkaran Raihan dan Surya
47 Keinginan manis Raihan
48 Pengakuan Raihan
49 Kakak ipar menyebalkan
50 Lidah tajam Bu Rida
51 Gosip selingkuh
52 Perdebatan dengan ibu
53 Rentenir menagih hutang
54 Peringatan Bu haji
55 Perubahan sikap Raihan
56 Pembalasan pada Bu Rida
57 Kebersamaan Raihan dan Nuri
58 Dukungan Raihan
59 Godaan Raihan yang tertahan
60 Hot mama
61 Flashback ( POV Raihan )
62 Flashback 2 ( POV Raihan )
63 Flashback 3 ( POV Raihan )
64 Cerita Raihan ( POV Raihan )
65 Wanita satu satunya ( POV Raihan )
66 Pergi dari rumah ( POV Raihan )
67 Mulut lemas mantan istri
68 Bu Rida berulah
69 Interogasi Bu haji
70 Undangan Elis
71 Sikap aneh ustad Amir
72 Bertemu Ipah Saripah
73 Kado kejutan
74 Pengakuan Surya
75 Zain kelaparan
76 Perubahan sikap surya
77 Perdebatan dengan Risa
78 Rayuan Ustad Amir
79 Sikap baik Surya
80 Perdebatan dengan ipah
81 Bertengkar karena hutang
82 Kedatangan Andre
83 Nuri dan Andre
84 Pembelaan Andre
85 Penyakit hati
86 Berubah sikap
87 Surya menikah lagi
88 Andre pria pemaksa
89 Talak tiga
90 Dunia sebesar daun kelor
91 Pelukan pertama Bu haji
92 Pembelaan Bu haji
93 Surya ingin rujuk
94 Pertama kali ke Jakarta
95 Fakta tentang Raihan
96 Kekasih Raihan
97 Serba serbi R&N Group
98 Potong pita dan tumpeng
99 Jadi rebutan
100 Interogasi Andre
101 Kedatangan Raihan
102 Kedatangan Raihan 2
103 Kedatangan Raihan 3
104 Surprise dari Raihan
105 Kempes ban
106 Nuri & Raihan
107 Kado berlian
108 Berdebat dengan tetangga
109 Para penagih uang
110 Kejutan sebuah motor
111 Kejutan sebuah ponsel
112 Mati lampu
113 Bang Supri sakit
114 Menjaga bang Supri
115 Tumor otak
116 Kasih sayang Raihan
117 Ke pergok selingkuh
118 Mantan tak berakhlak
119 Ipah oh Ipah
120 Kedatangan pria pemaksa
121 Mengungkit Janji Pernikahan
122 Menolong Sumi
123 Menjaga anak anak
124 Melabrak Yati
125 KFC & Pizza
126 Ledekan bang Supri
127 Di antar Raihan
128 Ada apa denganmu
129 Jangan panggil aku teman
130 Buka hati belajar mencintai
131 Kesibukan di pagi hari
132 Dokter Bayu
133 Pembalasan tak di sengaja
134 Ria bertengkar
135 Aku cinta kamu
136 Bertemu dokter bayu
137 Raihan cemburu
138 Perdebatan dengan Kasir
139 Ratu ku
140 Kebingungan
141 Bertemu mantan
142 Akibat di hajar istri sah
143 Akhirnya Supri tahu
144 Rencana kepulangan Bu Mariam
145 Di antar dokter Bayu
146 Mencari Zain
147 Menampar Ipah
148 Perdebatan mantan mertua
149 coffe shop
150 Bertemu Oma
151 Obrolan di atas meja makan
152 Mendatangi kantor Surya
153 Akhirnya Raihan tahu
154 Menghajar Surya
155 Apartemen Raihan
156 Aku mencintai mu, Rai!
157 Sunset
158 Temani aku tidur, Rai!
159 Mobil bergoyang
160 Pelampiasan pada penculik
161 Kembalinya Zain
162 Apa aku ini pelakor?
163 Masuk mall elit
164 Bertemu Nura
165 Bertemu Oma dan dokter Bayu
166 Perdebatan dengan Raihan
167 Wanita pendosa
168 Mimpi aneh
169 Pulang kampung
170 Doppelgangeras
171 Meningkatkan produksi kerupuk
172 Belanja ke pasar
173 Sosok wanita penolong
174 Di sangka Raihan ternyata Andre
175 Teriakan misterius
176 Sosok menggantung
177 Kedatangan Ibu
178 Menghormati ibu
179 Risa, sugar baby!
180 Kelakuan Sumi
181 Zain hilang lagi
182 Menemui si penculik
183 Menemui si penculik 2
184 Will you marry me?
185 Ngedate di 69 level
186 Dinner romantis
187 Fitnah Nura
188 Pembelaan Raihan
189 Satu kamar
190 Wanita aneh
191 Masuk mall
192 Persiapan gaun pengantin
193 Sisi lain Nura
194 Bertemu pak Bagas
195 Jatuh sakit
196 Di jaga dua pria
197 Di suapi pak Bagas
198 Pak Bagas mengantar pulang
199 Ziarah kubur
200 Cerita pak Bagas
201 Berita Surya dan Ipah
202 Setelah tiga puluh tahun
203 Rumah suram pak Bagas
204 Dua kali siraman
205 Penyesalan Ipah
206 Maaf & cerita Surya
207 Penolakan keluarga Surya
208 Sugar baby Ustad Amir
209 Bertemu calon ibu mertua
210 Kedatangan bang Supra
211 Pembelaan ibu
212 Akal picik ibu dan Supra
213 Nuri anak pungut
214 Gelang
215 Rencana pembalasan Nuri
216 Nasgor pinggir jalan
217 Eksekusi 1
218 Eksekusi 2
219 Fakta tentang gelang
220 Mimpi
221 Menemui Oma
222 Mencari bukti
223 Membongkar makam
224 Setelah pembongkaran
225 Mendatangi rumah sakit
226 Pencarian 1
227 Pencarian 2
228 Pencarian 3
229 Sukabumi
230 Mak Ninih
231 Cerita mang Udin
232 Wanita pemilik tahi lalat
233 Pelukan pak Bagas
234 Papa
235 Foodmart
236 Menguntit
237 Rumah dukun
238 Nura aborsi
239 Pernikahan ( End )
Episodes

Updated 239 Episodes

1
Hari apes
2
Mie telor untuk ibu
3
Bubur ayam untuk ibu
4
Ikan mahal untuk ibu
5
Gulai ikan untuk ibu
6
Baju bekas untuk Zain
7
Chanel TV
8
Bertengkar gara gara ayam
9
Kakak kedua
10
Bang Supri si tempramental
11
Nasi goreng untuk ibu
12
Membuat kerupuk
13
Bertemu teman
14
Kado untuk menantu
15
Bang Supri pingsan
16
Pura pura pingsan
17
Kelaparan
18
Dagang gorengan keliling
19
Bu haji yang baik
20
Tumis bayam dan tempe
21
Di belikan mobilan remote
22
kekasaran bang Supri
23
Kedatangan mas Surya
24
Kenyataan pahit
25
Terjebak hujan
26
Tentang lukisan
27
Pertengkaran
28
Rizki pagi hari
29
Sikap aneh mas Surya
30
Pertemuan tak terduga
31
Aku bukan anak kecil
32
Surya mabuk
33
Nafkah bathin
34
Pertengkaran Nuri dan Surya
35
Di traktir Raihan
36
Berenang
37
Godaan Raihan
38
Kelakuan aneh Raihan
39
Kampus Raihan
40
Pelukan Raihan
41
Ungkapan perasaan Raihan
42
Budak nafsu Surya
43
Nuri sakit
44
Raihan merawat Nuri
45
Rumah Sakit
46
Pertengkaran Raihan dan Surya
47
Keinginan manis Raihan
48
Pengakuan Raihan
49
Kakak ipar menyebalkan
50
Lidah tajam Bu Rida
51
Gosip selingkuh
52
Perdebatan dengan ibu
53
Rentenir menagih hutang
54
Peringatan Bu haji
55
Perubahan sikap Raihan
56
Pembalasan pada Bu Rida
57
Kebersamaan Raihan dan Nuri
58
Dukungan Raihan
59
Godaan Raihan yang tertahan
60
Hot mama
61
Flashback ( POV Raihan )
62
Flashback 2 ( POV Raihan )
63
Flashback 3 ( POV Raihan )
64
Cerita Raihan ( POV Raihan )
65
Wanita satu satunya ( POV Raihan )
66
Pergi dari rumah ( POV Raihan )
67
Mulut lemas mantan istri
68
Bu Rida berulah
69
Interogasi Bu haji
70
Undangan Elis
71
Sikap aneh ustad Amir
72
Bertemu Ipah Saripah
73
Kado kejutan
74
Pengakuan Surya
75
Zain kelaparan
76
Perubahan sikap surya
77
Perdebatan dengan Risa
78
Rayuan Ustad Amir
79
Sikap baik Surya
80
Perdebatan dengan ipah
81
Bertengkar karena hutang
82
Kedatangan Andre
83
Nuri dan Andre
84
Pembelaan Andre
85
Penyakit hati
86
Berubah sikap
87
Surya menikah lagi
88
Andre pria pemaksa
89
Talak tiga
90
Dunia sebesar daun kelor
91
Pelukan pertama Bu haji
92
Pembelaan Bu haji
93
Surya ingin rujuk
94
Pertama kali ke Jakarta
95
Fakta tentang Raihan
96
Kekasih Raihan
97
Serba serbi R&N Group
98
Potong pita dan tumpeng
99
Jadi rebutan
100
Interogasi Andre
101
Kedatangan Raihan
102
Kedatangan Raihan 2
103
Kedatangan Raihan 3
104
Surprise dari Raihan
105
Kempes ban
106
Nuri & Raihan
107
Kado berlian
108
Berdebat dengan tetangga
109
Para penagih uang
110
Kejutan sebuah motor
111
Kejutan sebuah ponsel
112
Mati lampu
113
Bang Supri sakit
114
Menjaga bang Supri
115
Tumor otak
116
Kasih sayang Raihan
117
Ke pergok selingkuh
118
Mantan tak berakhlak
119
Ipah oh Ipah
120
Kedatangan pria pemaksa
121
Mengungkit Janji Pernikahan
122
Menolong Sumi
123
Menjaga anak anak
124
Melabrak Yati
125
KFC & Pizza
126
Ledekan bang Supri
127
Di antar Raihan
128
Ada apa denganmu
129
Jangan panggil aku teman
130
Buka hati belajar mencintai
131
Kesibukan di pagi hari
132
Dokter Bayu
133
Pembalasan tak di sengaja
134
Ria bertengkar
135
Aku cinta kamu
136
Bertemu dokter bayu
137
Raihan cemburu
138
Perdebatan dengan Kasir
139
Ratu ku
140
Kebingungan
141
Bertemu mantan
142
Akibat di hajar istri sah
143
Akhirnya Supri tahu
144
Rencana kepulangan Bu Mariam
145
Di antar dokter Bayu
146
Mencari Zain
147
Menampar Ipah
148
Perdebatan mantan mertua
149
coffe shop
150
Bertemu Oma
151
Obrolan di atas meja makan
152
Mendatangi kantor Surya
153
Akhirnya Raihan tahu
154
Menghajar Surya
155
Apartemen Raihan
156
Aku mencintai mu, Rai!
157
Sunset
158
Temani aku tidur, Rai!
159
Mobil bergoyang
160
Pelampiasan pada penculik
161
Kembalinya Zain
162
Apa aku ini pelakor?
163
Masuk mall elit
164
Bertemu Nura
165
Bertemu Oma dan dokter Bayu
166
Perdebatan dengan Raihan
167
Wanita pendosa
168
Mimpi aneh
169
Pulang kampung
170
Doppelgangeras
171
Meningkatkan produksi kerupuk
172
Belanja ke pasar
173
Sosok wanita penolong
174
Di sangka Raihan ternyata Andre
175
Teriakan misterius
176
Sosok menggantung
177
Kedatangan Ibu
178
Menghormati ibu
179
Risa, sugar baby!
180
Kelakuan Sumi
181
Zain hilang lagi
182
Menemui si penculik
183
Menemui si penculik 2
184
Will you marry me?
185
Ngedate di 69 level
186
Dinner romantis
187
Fitnah Nura
188
Pembelaan Raihan
189
Satu kamar
190
Wanita aneh
191
Masuk mall
192
Persiapan gaun pengantin
193
Sisi lain Nura
194
Bertemu pak Bagas
195
Jatuh sakit
196
Di jaga dua pria
197
Di suapi pak Bagas
198
Pak Bagas mengantar pulang
199
Ziarah kubur
200
Cerita pak Bagas
201
Berita Surya dan Ipah
202
Setelah tiga puluh tahun
203
Rumah suram pak Bagas
204
Dua kali siraman
205
Penyesalan Ipah
206
Maaf & cerita Surya
207
Penolakan keluarga Surya
208
Sugar baby Ustad Amir
209
Bertemu calon ibu mertua
210
Kedatangan bang Supra
211
Pembelaan ibu
212
Akal picik ibu dan Supra
213
Nuri anak pungut
214
Gelang
215
Rencana pembalasan Nuri
216
Nasgor pinggir jalan
217
Eksekusi 1
218
Eksekusi 2
219
Fakta tentang gelang
220
Mimpi
221
Menemui Oma
222
Mencari bukti
223
Membongkar makam
224
Setelah pembongkaran
225
Mendatangi rumah sakit
226
Pencarian 1
227
Pencarian 2
228
Pencarian 3
229
Sukabumi
230
Mak Ninih
231
Cerita mang Udin
232
Wanita pemilik tahi lalat
233
Pelukan pak Bagas
234
Papa
235
Foodmart
236
Menguntit
237
Rumah dukun
238
Nura aborsi
239
Pernikahan ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!