Nafkah Lima Ratus Ribu

Nafkah Lima Ratus Ribu

Hari apes

Drrt... drrt...drrt...

Ponsel jadul yang ku simpan didalam saku daster terasa bergetar. Kemudian, aku menghentikan sejenak aktifitas ku, mematikan kompor lalu meletakkan serokan di atas wajan yang berukuran besar. Wajan khusus kerupuk yang akan ku bungkus setelah digoreng nanti.

Dengan rasa tidak sabar, ku rogoh saku daster. Dan ku tatap lekat-lekat layar ponsel yang sudah terdapat banyak goresan. Ponsel yang aku beli dengan uangku sendiri dua tahun yang lalu. Pada saat aku belum menikah dan masih bekerja. Sebenarnya, ponselku terbilang ponsel yang bagus pada masanya, karena waktu itu aku membelinya dengan harga tiga juta.

Ternyata, getaran itu sebuah tanda notifikasi SMS dari m banking yang menginformasikan jika uang telah masuk ke rekeningku dengan nominal lima ratus ribu. Aku ingat kalau hari ini adalah tanggal gajian suamiku.

Ku tatap kembali ponsel yang masih ku pegang. Berharap angka nol yang berjejer rapih itu bertambah menjadi enam. Namun kenyataannya, angka nol nya tidak berubah masih saja sama yaitu lima.

Tak selang lama, sebuah pesan masuk dari suamiku yang sedang bekerja di Jakarta dan aku segera membacanya.

"Aku sudah transfer uang untuk kebutuhan bulan ini. Jangan boros boros karena nyari uang itu sulit."

Aku tersenyum kecut menatap pesan yang ada di layar ponselku. Jangan boros boros, kalimat itu selalu dia katakan ketika mengirim jatah bulanan yang berjumlah tidak pernah lebih dari lima ratus ribu sebagai nafkahnya padaku selama tiga tahun usia pernikahan kami.

"mama, Zen mau minyum cucu."

Pada saat yang sama, Anak ku Zain merengek minta dibuatkan susu sambil manarik-narik dasterku. Zain memang tidak minum ASI melainkan minum susu formula. Dulu ketika baru lahir, aku sempat memberinya ASI sampai berumur satu bulan. Namun ketika aku sakit dan dirawat di rumah sakit, suamiku, mas Surya melarang aku memberinya ASI dengan alasan takut tertular oleh penyakitku. Padahal penyakit ku tidak ada hubungannya dengan ASI dan dokter pun membolehkannya. Akan tetapi, suamiku kekeh ingin diberikan susu formula saja.

"Sebentar ya nak, mama buatkan dulu susu untuk Zain," ucap ku sambil mengelus pucuk kepalanya.

Kemudian, aku mengambil sebuah kotak tempat penyimpanan susu Zain dan membuka tutupnya. Tepat setelah terbuka, mataku berubah membesar dan dadaku berasa sesak. Ternyata, kotak itu sudah tidak ada isinya sesendok pun. Merasa bersalah pada Zain tentu saja. Terlalu sibuk membantu usaha ibu, jadi lupa pada kebutuhan pokok anak ku sendiri.

Aku berjongkok mensejajarkan tinggi ku dengan Zain. Melihat senyum senang Zain yang mengira akan menerima susu dariku, rasanya hati ini nyeri sekali.

"Maafin mama ya nak, ternyata susunya sudah habis.Tapi, papa sudah kirim uang buat beli susu lagi. Kita ke mini market dulu yuk, Zain mau ikut?"

Sehalus mungkin aku mengatakannya pada Zain. Dan diluar dugaanku, ternyata Zain tidak menangis melainkan dia tersenyum dan mengangguk setuju.

Setelah itu, aku meraih switer yang tergantung di atas paku sebagai penutup atasan daster lalu memakai jilbab rumahan. Setelah merasa rapih, kami beranjak pergi ke mini market dengan berjalan kaki, karena aku tidak memiliki kendaraan. Di sepanjang jalan dan sambil berjalan kaki, Zain terus berceloteh apa saja. Hal itu cukup membuatku terhibur. Tapi, aku tidak membiarkan Zain terus berjalan kaki. Sesekali ku gendong dia lalu ku turunkan kembali agar dia tidak kelelahan.

Tiba di mini market, aku menarik semua uang kiriman suamiku yang berjumlah lima ratus ribu. Kebetulan di mini market menyediakan mesin ATM, jadi aku tidak perlu repot mengambilnya ke bank. Setelah selesai menarik uang, ku lanjutkan berbelanja di tempat yang sama. Membeli dua box susu formula paling murah yang berukuran satu kilo dan sabun serta minyak telon. Semua di total habis dua ratus ribu dan sisa uang tinggal tiga ratus ribu lagi. Sisa uang belanja kebutuhan anak ku itulah aku harus pandai pandai mengaturnya selama satu bulan.

Setelah selesai transaksi, aku kembali pulang dengan cara yang sama, yaitu berjalan kaki. Sebenarnya banyak tukang ojek. Tapi bagi ku, dari pada naik ojek yang harus bayar sepuluh ribu, lebih baik uang nya digunakan untuk hal yang lebih penting lagi.

Di tengah jalan, tiba tiba hujan turun cukup lebat. Sambil menggendong Zain, aku berlari ke sana kemari mencari tempat untuk berteduh. Dan akhirnya, aku berteduh di bawah saung bambu yang terletak di pinggir jalan. Di tengah penantian hujan reda, tiba- tiba teringat pada jemuran kerupuk.

"Ya allah bagaimana ini! kerupuknya pasti basah dan rusak," gumam ku lirih.

Aku sangat gelisah memikirkan jemuran kerupuk yang sudah pasti hancur karena baru tadi malam membuatnya. Berharap hari ini cuaca panas lalu kerupuk terjemur dan kering. Selain gelisah memikirkan kerupuk, aku juga gelisah memikirkan ibu. Kemarahan ibu sudah terbayang di otak ku.

Setelah hujan reda, aku kembali melanjutkan langkahku. Kali ini, Zain tidak dibiarkan berjalan kaki melainkan di gendong hingga sampai rumah.

Dan tiba di rumah, aku mendapati ibu sedang meraung menangis dihadapan beberapa penampi jemuran kerupuk. Aku pasrah jika ibu mau memarahiku. Karena seperti biasa, ibu akan memarahiku habis habisan ketika aku melakukan kesalahan meskipun hanya melakukan kesalahan kecil. Apalagi sekarang, kesalahan yang menurut ku besar.

Aku segera menurunkan Zain dari gendongan dan meletakkan belanjaan terlebih dahulu. Lalu berjalan mendekati ibu yang belum mengetahui kedatanganku. Ku tatap punggungnya yang bergetar. Tangannya menggebrak-gebrak penampi kerupuk yang basah. Kerupuk yang mestinya nanti akan dijual di setiap warung dan dari keuntungan hasil penjualan kerupuk itu lah untuk makan kami sehari hari.

"ibuu," ucap ku memberanikan diri. Tangis ibu tiba tiba berhenti. Lalu menoleh ke arahku. Detik itu pula matanya melotot. Nampak sekali jika ibu benar-benar sedang marah. Di pelototi ibu, aku hanya menunduk dan pasrah. Melihatku, ibu bangkit disertai nafas naik turun menahan amarahnya.

"Kenapa kamu biarkan kerupuknya kehujanan nuriiii, dari mana saja kamu?" Tanya ibu dengan amat lantang. Suara cemprengnya cukup memekakkan gendang telingaku. Tapi karena hal itu sudah biasa, jadi aku biasa saja menghadapi ibu suara lantang dan cemprengnya.

"Lihat itu ! kerupuknya hancur. Kalau sudah begini bagaimana? boro boro untung modalnya saja tidak balik. Terus gimana mau membuat kerupuk lagi kalau modal nya saja tidak ada nuriiii,"

"Maaf Bu, tadi aku beli susu Zain di mini market, susunya sudah habis dan aku tidak tau kalau siang ini mau hujan."

Ibu tidak langsung membalas alasanku, melainkan mengelap mukanya yang penuh dengan air mata menggunakan bajunya. Selain mengelap airmata nya, dia juga membuang ingus dengan bajunya. Ibuku memang orang yang cukup jorok. Aku pikir setelah mendengar alasanku dia luluh. Tapi ternyata tidak. Ibu kembali menatap nyalang ke arahku.

"Oh, jadi kamu sudah dapat transferan dari suami mu? bagus kalau gitu, kamu bisa belikan lagi bahan-bahan kerupuk pake duit itu. Anggap saja sebagai pengganti karena kamu sudah membuat kerupuk ku hancur dan tidak layak makan."

Mendengar ucapan ibu yang dengan entengnya, rasanya, saliva ku tercekat di tenggorokan. Ibu sendiri tidak pernah tau berapa nafkah yang selalu di berikan oleh suamiku. Aku sendiri tidak pernah mengeluh atau pun cerita. Baik pada ibu, pada kakak, maupun pada orang lain tentang nafkah yang ku terima dari suamiku. Karena aku sebagai istri hanya ingin menjaga harkat dan martabat suamiku di depan keluargaku maupun orang lain.

Akhirnya mau tidak mau, aku harus merelakan sisa uang nafkah dari suamiku untuk membeli bahan-bahan kerupuk seperti yang ibu mau. Aku pikir, biarlah yang penting ibuku tidak marah lagi padaku.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

kasihan

2023-07-03

3

Fatimah Azzahrak⃟K⃠

Fatimah Azzahrak⃟K⃠

Kayanya seru ni si hayati🥰🥰

2023-06-30

2

ciru

ciru

baru baca bab pertama aja dah hampir gak kuat 😭😭😭 smoga penderitaan nuri tidak terlalu lama

2023-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Hari apes
2 Mie telor untuk ibu
3 Bubur ayam untuk ibu
4 Ikan mahal untuk ibu
5 Gulai ikan untuk ibu
6 Baju bekas untuk Zain
7 Chanel TV
8 Bertengkar gara gara ayam
9 Kakak kedua
10 Bang Supri si tempramental
11 Nasi goreng untuk ibu
12 Membuat kerupuk
13 Bertemu teman
14 Kado untuk menantu
15 Bang Supri pingsan
16 Pura pura pingsan
17 Kelaparan
18 Dagang gorengan keliling
19 Bu haji yang baik
20 Tumis bayam dan tempe
21 Di belikan mobilan remote
22 kekasaran bang Supri
23 Kedatangan mas Surya
24 Kenyataan pahit
25 Terjebak hujan
26 Tentang lukisan
27 Pertengkaran
28 Rizki pagi hari
29 Sikap aneh mas Surya
30 Pertemuan tak terduga
31 Aku bukan anak kecil
32 Surya mabuk
33 Nafkah bathin
34 Pertengkaran Nuri dan Surya
35 Di traktir Raihan
36 Berenang
37 Godaan Raihan
38 Kelakuan aneh Raihan
39 Kampus Raihan
40 Pelukan Raihan
41 Ungkapan perasaan Raihan
42 Budak nafsu Surya
43 Nuri sakit
44 Raihan merawat Nuri
45 Rumah Sakit
46 Pertengkaran Raihan dan Surya
47 Keinginan manis Raihan
48 Pengakuan Raihan
49 Kakak ipar menyebalkan
50 Lidah tajam Bu Rida
51 Gosip selingkuh
52 Perdebatan dengan ibu
53 Rentenir menagih hutang
54 Peringatan Bu haji
55 Perubahan sikap Raihan
56 Pembalasan pada Bu Rida
57 Kebersamaan Raihan dan Nuri
58 Dukungan Raihan
59 Godaan Raihan yang tertahan
60 Hot mama
61 Flashback ( POV Raihan )
62 Flashback 2 ( POV Raihan )
63 Flashback 3 ( POV Raihan )
64 Cerita Raihan ( POV Raihan )
65 Wanita satu satunya ( POV Raihan )
66 Pergi dari rumah ( POV Raihan )
67 Mulut lemas mantan istri
68 Bu Rida berulah
69 Interogasi Bu haji
70 Undangan Elis
71 Sikap aneh ustad Amir
72 Bertemu Ipah Saripah
73 Kado kejutan
74 Pengakuan Surya
75 Zain kelaparan
76 Perubahan sikap surya
77 Perdebatan dengan Risa
78 Rayuan Ustad Amir
79 Sikap baik Surya
80 Perdebatan dengan ipah
81 Bertengkar karena hutang
82 Kedatangan Andre
83 Nuri dan Andre
84 Pembelaan Andre
85 Penyakit hati
86 Berubah sikap
87 Surya menikah lagi
88 Andre pria pemaksa
89 Talak tiga
90 Dunia sebesar daun kelor
91 Pelukan pertama Bu haji
92 Pembelaan Bu haji
93 Surya ingin rujuk
94 Pertama kali ke Jakarta
95 Fakta tentang Raihan
96 Kekasih Raihan
97 Serba serbi R&N Group
98 Potong pita dan tumpeng
99 Jadi rebutan
100 Interogasi Andre
101 Kedatangan Raihan
102 Kedatangan Raihan 2
103 Kedatangan Raihan 3
104 Surprise dari Raihan
105 Kempes ban
106 Nuri & Raihan
107 Kado berlian
108 Berdebat dengan tetangga
109 Para penagih uang
110 Kejutan sebuah motor
111 Kejutan sebuah ponsel
112 Mati lampu
113 Bang Supri sakit
114 Menjaga bang Supri
115 Tumor otak
116 Kasih sayang Raihan
117 Ke pergok selingkuh
118 Mantan tak berakhlak
119 Ipah oh Ipah
120 Kedatangan pria pemaksa
121 Mengungkit Janji Pernikahan
122 Menolong Sumi
123 Menjaga anak anak
124 Melabrak Yati
125 KFC & Pizza
126 Ledekan bang Supri
127 Di antar Raihan
128 Ada apa denganmu
129 Jangan panggil aku teman
130 Buka hati belajar mencintai
131 Kesibukan di pagi hari
132 Dokter Bayu
133 Pembalasan tak di sengaja
134 Ria bertengkar
135 Aku cinta kamu
136 Bertemu dokter bayu
137 Raihan cemburu
138 Perdebatan dengan Kasir
139 Ratu ku
140 Kebingungan
141 Bertemu mantan
142 Akibat di hajar istri sah
143 Akhirnya Supri tahu
144 Rencana kepulangan Bu Mariam
145 Di antar dokter Bayu
146 Mencari Zain
147 Menampar Ipah
148 Perdebatan mantan mertua
149 coffe shop
150 Bertemu Oma
151 Obrolan di atas meja makan
152 Mendatangi kantor Surya
153 Akhirnya Raihan tahu
154 Menghajar Surya
155 Apartemen Raihan
156 Aku mencintai mu, Rai!
157 Sunset
158 Temani aku tidur, Rai!
159 Mobil bergoyang
160 Pelampiasan pada penculik
161 Kembalinya Zain
162 Apa aku ini pelakor?
163 Masuk mall elit
164 Bertemu Nura
165 Bertemu Oma dan dokter Bayu
166 Perdebatan dengan Raihan
167 Wanita pendosa
168 Mimpi aneh
169 Pulang kampung
170 Doppelgangeras
171 Meningkatkan produksi kerupuk
172 Belanja ke pasar
173 Sosok wanita penolong
174 Di sangka Raihan ternyata Andre
175 Teriakan misterius
176 Sosok menggantung
177 Kedatangan Ibu
178 Menghormati ibu
179 Risa, sugar baby!
180 Kelakuan Sumi
181 Zain hilang lagi
182 Menemui si penculik
183 Menemui si penculik 2
184 Will you marry me?
185 Ngedate di 69 level
186 Dinner romantis
187 Fitnah Nura
188 Pembelaan Raihan
189 Satu kamar
190 Wanita aneh
191 Masuk mall
192 Persiapan gaun pengantin
193 Sisi lain Nura
194 Bertemu pak Bagas
195 Jatuh sakit
196 Di jaga dua pria
197 Di suapi pak Bagas
198 Pak Bagas mengantar pulang
199 Ziarah kubur
200 Cerita pak Bagas
201 Berita Surya dan Ipah
202 Setelah tiga puluh tahun
203 Rumah suram pak Bagas
204 Dua kali siraman
205 Penyesalan Ipah
206 Maaf & cerita Surya
207 Penolakan keluarga Surya
208 Sugar baby Ustad Amir
209 Bertemu calon ibu mertua
210 Kedatangan bang Supra
211 Pembelaan ibu
212 Akal picik ibu dan Supra
213 Nuri anak pungut
214 Gelang
215 Rencana pembalasan Nuri
216 Nasgor pinggir jalan
217 Eksekusi 1
218 Eksekusi 2
219 Fakta tentang gelang
220 Mimpi
221 Menemui Oma
222 Mencari bukti
223 Membongkar makam
224 Setelah pembongkaran
225 Mendatangi rumah sakit
226 Pencarian 1
227 Pencarian 2
228 Pencarian 3
229 Sukabumi
230 Mak Ninih
231 Cerita mang Udin
232 Wanita pemilik tahi lalat
233 Pelukan pak Bagas
234 Papa
235 Foodmart
236 Menguntit
237 Rumah dukun
238 Nura aborsi
239 Pernikahan ( End )
Episodes

Updated 239 Episodes

1
Hari apes
2
Mie telor untuk ibu
3
Bubur ayam untuk ibu
4
Ikan mahal untuk ibu
5
Gulai ikan untuk ibu
6
Baju bekas untuk Zain
7
Chanel TV
8
Bertengkar gara gara ayam
9
Kakak kedua
10
Bang Supri si tempramental
11
Nasi goreng untuk ibu
12
Membuat kerupuk
13
Bertemu teman
14
Kado untuk menantu
15
Bang Supri pingsan
16
Pura pura pingsan
17
Kelaparan
18
Dagang gorengan keliling
19
Bu haji yang baik
20
Tumis bayam dan tempe
21
Di belikan mobilan remote
22
kekasaran bang Supri
23
Kedatangan mas Surya
24
Kenyataan pahit
25
Terjebak hujan
26
Tentang lukisan
27
Pertengkaran
28
Rizki pagi hari
29
Sikap aneh mas Surya
30
Pertemuan tak terduga
31
Aku bukan anak kecil
32
Surya mabuk
33
Nafkah bathin
34
Pertengkaran Nuri dan Surya
35
Di traktir Raihan
36
Berenang
37
Godaan Raihan
38
Kelakuan aneh Raihan
39
Kampus Raihan
40
Pelukan Raihan
41
Ungkapan perasaan Raihan
42
Budak nafsu Surya
43
Nuri sakit
44
Raihan merawat Nuri
45
Rumah Sakit
46
Pertengkaran Raihan dan Surya
47
Keinginan manis Raihan
48
Pengakuan Raihan
49
Kakak ipar menyebalkan
50
Lidah tajam Bu Rida
51
Gosip selingkuh
52
Perdebatan dengan ibu
53
Rentenir menagih hutang
54
Peringatan Bu haji
55
Perubahan sikap Raihan
56
Pembalasan pada Bu Rida
57
Kebersamaan Raihan dan Nuri
58
Dukungan Raihan
59
Godaan Raihan yang tertahan
60
Hot mama
61
Flashback ( POV Raihan )
62
Flashback 2 ( POV Raihan )
63
Flashback 3 ( POV Raihan )
64
Cerita Raihan ( POV Raihan )
65
Wanita satu satunya ( POV Raihan )
66
Pergi dari rumah ( POV Raihan )
67
Mulut lemas mantan istri
68
Bu Rida berulah
69
Interogasi Bu haji
70
Undangan Elis
71
Sikap aneh ustad Amir
72
Bertemu Ipah Saripah
73
Kado kejutan
74
Pengakuan Surya
75
Zain kelaparan
76
Perubahan sikap surya
77
Perdebatan dengan Risa
78
Rayuan Ustad Amir
79
Sikap baik Surya
80
Perdebatan dengan ipah
81
Bertengkar karena hutang
82
Kedatangan Andre
83
Nuri dan Andre
84
Pembelaan Andre
85
Penyakit hati
86
Berubah sikap
87
Surya menikah lagi
88
Andre pria pemaksa
89
Talak tiga
90
Dunia sebesar daun kelor
91
Pelukan pertama Bu haji
92
Pembelaan Bu haji
93
Surya ingin rujuk
94
Pertama kali ke Jakarta
95
Fakta tentang Raihan
96
Kekasih Raihan
97
Serba serbi R&N Group
98
Potong pita dan tumpeng
99
Jadi rebutan
100
Interogasi Andre
101
Kedatangan Raihan
102
Kedatangan Raihan 2
103
Kedatangan Raihan 3
104
Surprise dari Raihan
105
Kempes ban
106
Nuri & Raihan
107
Kado berlian
108
Berdebat dengan tetangga
109
Para penagih uang
110
Kejutan sebuah motor
111
Kejutan sebuah ponsel
112
Mati lampu
113
Bang Supri sakit
114
Menjaga bang Supri
115
Tumor otak
116
Kasih sayang Raihan
117
Ke pergok selingkuh
118
Mantan tak berakhlak
119
Ipah oh Ipah
120
Kedatangan pria pemaksa
121
Mengungkit Janji Pernikahan
122
Menolong Sumi
123
Menjaga anak anak
124
Melabrak Yati
125
KFC & Pizza
126
Ledekan bang Supri
127
Di antar Raihan
128
Ada apa denganmu
129
Jangan panggil aku teman
130
Buka hati belajar mencintai
131
Kesibukan di pagi hari
132
Dokter Bayu
133
Pembalasan tak di sengaja
134
Ria bertengkar
135
Aku cinta kamu
136
Bertemu dokter bayu
137
Raihan cemburu
138
Perdebatan dengan Kasir
139
Ratu ku
140
Kebingungan
141
Bertemu mantan
142
Akibat di hajar istri sah
143
Akhirnya Supri tahu
144
Rencana kepulangan Bu Mariam
145
Di antar dokter Bayu
146
Mencari Zain
147
Menampar Ipah
148
Perdebatan mantan mertua
149
coffe shop
150
Bertemu Oma
151
Obrolan di atas meja makan
152
Mendatangi kantor Surya
153
Akhirnya Raihan tahu
154
Menghajar Surya
155
Apartemen Raihan
156
Aku mencintai mu, Rai!
157
Sunset
158
Temani aku tidur, Rai!
159
Mobil bergoyang
160
Pelampiasan pada penculik
161
Kembalinya Zain
162
Apa aku ini pelakor?
163
Masuk mall elit
164
Bertemu Nura
165
Bertemu Oma dan dokter Bayu
166
Perdebatan dengan Raihan
167
Wanita pendosa
168
Mimpi aneh
169
Pulang kampung
170
Doppelgangeras
171
Meningkatkan produksi kerupuk
172
Belanja ke pasar
173
Sosok wanita penolong
174
Di sangka Raihan ternyata Andre
175
Teriakan misterius
176
Sosok menggantung
177
Kedatangan Ibu
178
Menghormati ibu
179
Risa, sugar baby!
180
Kelakuan Sumi
181
Zain hilang lagi
182
Menemui si penculik
183
Menemui si penculik 2
184
Will you marry me?
185
Ngedate di 69 level
186
Dinner romantis
187
Fitnah Nura
188
Pembelaan Raihan
189
Satu kamar
190
Wanita aneh
191
Masuk mall
192
Persiapan gaun pengantin
193
Sisi lain Nura
194
Bertemu pak Bagas
195
Jatuh sakit
196
Di jaga dua pria
197
Di suapi pak Bagas
198
Pak Bagas mengantar pulang
199
Ziarah kubur
200
Cerita pak Bagas
201
Berita Surya dan Ipah
202
Setelah tiga puluh tahun
203
Rumah suram pak Bagas
204
Dua kali siraman
205
Penyesalan Ipah
206
Maaf & cerita Surya
207
Penolakan keluarga Surya
208
Sugar baby Ustad Amir
209
Bertemu calon ibu mertua
210
Kedatangan bang Supra
211
Pembelaan ibu
212
Akal picik ibu dan Supra
213
Nuri anak pungut
214
Gelang
215
Rencana pembalasan Nuri
216
Nasgor pinggir jalan
217
Eksekusi 1
218
Eksekusi 2
219
Fakta tentang gelang
220
Mimpi
221
Menemui Oma
222
Mencari bukti
223
Membongkar makam
224
Setelah pembongkaran
225
Mendatangi rumah sakit
226
Pencarian 1
227
Pencarian 2
228
Pencarian 3
229
Sukabumi
230
Mak Ninih
231
Cerita mang Udin
232
Wanita pemilik tahi lalat
233
Pelukan pak Bagas
234
Papa
235
Foodmart
236
Menguntit
237
Rumah dukun
238
Nura aborsi
239
Pernikahan ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!