Bubur ayam untuk ibu

Aku menidurkan Zain terlebih dahulu sebelum bergelut dengan aktivitasku pada malam hari. Dengkuran halus terdengar lalu aku menoleh pada anak ku rupanya dia sudah tertidur lelap.

Aku beranjak dari kamarku lalu berjalan menuju arah kamar ibu. Kemudian mengetuk daun pintu kamarnya. Butuh beberapa kali aku mengetuknya pintu itu baru terbuka. Tampak ibu seperti baru bangun tidur, dia berusaha membuka matanya serta menguap di depanku.

"mau apa sih bangunin ibu?" tanya ibu yang terlihat kesal. Dia kesal karena tidurnya di ganggu olehku. Aku heran kenapa ibu sudah tidur padahal jam masih menunjukan pukul tujuh malam, masuk waktu isya saja belum. Apa dia tidak sholat isya terlebih dahulu? pikirku.

"bukannya malam ini kita mau bikin kerupuk lagi ya Bu?" tanyaku langsung. Aku tidak mau ber basa basi, karena ibuku bukan tipe orang yang enak di ajak ngobrol atau di ajak becanda.

Ibu menguap lagi di depanku, kemudian mengucek matanya.

"ibu ngantuk banget Nur, ngga kuat kalau di paksain. Kamu bikin kerupuk sendiri aja ya. Lagi pula kerupuk yang tadi malam di buat kamu sendiri yang merusaknya jadi kamu harus tanggung jawab sendiri.

Ibu kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu setelah menyuruhku membuat kerupuk sendiri. Aku menghela nafas berat. Lalu, menyeret kedua kakiku menuju dapur.

Tiba di dapur, aku membuka tudung saji. Aku harus makan terlebih dahulu agar bertenaga untuk membuat kerupuk setelahnya. Ku lihat sayur kangkung serta goreng tempe yang ku masak tadi sore masih utuh. aku memakannya dengan lahap karena memang merasa lapar. aku habiskan sayur kangkung itu karena aku tidak mau membuang buang makanan. Namun, goreng tempe ku sisakan empat potong untuk sarapanku besok pagi karena goreng tempe tidak akan basi tinggal menggorengnya kembali.

Setelah selesai makan, aku segera mempersiapkan bahan bahan untuk membuat adonan kerupuk terlebih dahulu. Setelah selesai membuat adonan, aku menyalakan tungku kayu karena aku harus mengirit gas elpiji. Aku mengukus setiap adonan satu persatu karena tempat mengukusnya kecil jadi tidak bisa menampung jumlah yang banyak. Setelah itu, aku mulai menggiling sedikit sedikit adonan yang sudah di kukus menjadi bentuk pipih dan tipis. Butuh waktu yang lama membuat kerupuk tersebut apalagi aku membuatnya sendiri. Rasa kantuk mulai menghinggapi kedua mataku. Namun, aku harus menahannya hingga selesai karena memang harus selesai malam ini agar besok pagi bisa langsung di jemur. Hingga sampai pukul dua dini hari aku baru selesai mengerjakannya.

Begitu lah rutinitas ku sebelum tidur. Hampir setiap malam aku membuat kerupuk untuk di jual di beberapa warung dan hasil keuntungannya untuk makan sehari hari kami serta bayar arisan ibuku.

Ayam berkokok mengusik tidur ku. Aku berusaha mengejapkan mataku yang terasa lengket sekali. ku lihat Zain masih tertidur pulas di sampingku lalu menoleh pada jam yang menempel di dinding kamar sudah menunjukan pukul setengah lima subuh. Suara adzan pun berkumandang. Lalu, aku menyeret kedua kakiku untuk mengambil air wudhu terlebih dahulu.

Setelah selesai sholat, aku ke dapur lalu mencuci piring, memasak air. setelah itu mencuci pakaian dengan mesin cuci. mesin cuci yang ku beli dengan uangku lima tahun yang lalu. Aku bersyukur mesin cuci itu masih berfungsi dengan baik sehingga membuat aku tidak terlalu capek mencuci pakaian.

Aku menggoreng telur untuk sarapan Zain serta menghangatkan tempe yang ku sisakan tadi malam untuk sarapanku.

"kamu masak apa nur? tanya ibuku di belakang sambil membuka tudung saji. Aku tau dia baru bangun tidur terlihat dari rambutnya yang masih acak acakan.

"kok belum ada apa apa nur?" tanyanya lagi dengan nada kecewa.

"Belum ada tukang ikan yang lewat Bu," jawabku.

"terus, itu kamu lagi goreng apa?"

"goreng telor buat Zain dan goreng tempe sisa semalam.

Terdengar ibu menghela nafas kasar."kalau bukan aku yang belanja, kayaknya di meja ngga pernah ada makanan. Terus kulkas kosong terus ngga ada isinya."

Aku tau ibu menyindirku. Tapi, apa dia tidak mikir bagai mana aku bisa berbelanja kalau hasil dari penjualan kerupuk saja dia yang memegang semuanya selama ini. Ibu selalu berpikir bahwa aku memiliki uang dari suamiku. Tapi, aku hanya bisa diam saja mendengar sindirannya.

"ya sudah sana kamu beliin ibu bubur ayam aja. Ibu udah laper banget ini," ucapnya. Ibu menyuruhku membelikannya bubur tapi tidak memberikan ku uang dalam arti dia menyuruhku membelinya menggunakan uangku.

Aku mengangguk tanpa bicara. Aku mengambil sebuah mangkok lalu bergegas menghampiri Zain yang sedang bermain kelereng di ruang tv. Tapi, saat aku mengajaknya dia tidak mau karena lagi asik memainkan benda kecil tersebut.

"Nurii.......cepetan beli buburnya, lama amat sih," teriak ibu di dapur.

"ya Bu."

Ku tinggalkan Zain yang tidak mau ikut denganku, biarlah, dia sedang anteng dengan mainan barunya.

Aku berjalan menuju warung bubur yang terletak tidak jauh dari rumahku. Hanya selang beberapa rumah saja. Tiba di sana sudah banyak orang yang mengantri membeli bubur tersebut, karena di tempatku hanya itu satu satunya penjual bubur ayam. Aku pun ikut mengantri. Cukup lama aku menunggunya hingga tiba giliran ku.

"Bu Minah, saya pesan bubur satu. Ini mangkoknya." aku menyodorkan mangkok yang telah ku bawa dari rumah pada wanita bertubuh subur tersebut. Penjual bubur serta gorengan.

"tumben kamu beli bubur Nur? biasanya ngga pernah beli bubur saya."

Aku tersenyum tipis mendengar ucapan Bu Aminah." iya Bu, bubur untuk ibu."

"oh, bubur untuk ibumu. Oya ibumu punya utang lima belas ribu. Dua minggu yang lalu dia makan bubur serta gorengan di sini belum bayar. Orang nya aja ngga nongol nongol kesini lagi."

Aku tersentak, apa ibu sengaja menyuruhku membeli bubur untuknya agar sekalian membayarkan hutangnya? pikirku.

Bu Aminah sudah menaruh bubur di mangkok yang ku bawa dari rumah lalu menyodorkannya ke arahku.

"ini nur buburnya."

Kemudian, aku menyodorkan selembar uang berwarna biru padanya lalu dia meraihnya dari tanganku.

"total dua puluh lima ribu ya nur, bubur sepuluh ribu dan hutang ibumu lima belas ribu. Jadi kembaliannya dua puluh lima ribu," ucap Bu Aminah sambil menyodorkan uang kembalian ke arahku

Aku tersenyum kecut, uang nafkah suamiku berkurang lagi dan tersisa seratus lima puluh lima ribu.

"terima kasih Bu," ucap ku. Lalu, aku bergegas pulang ke rumahku.

Tiba di rumah, aku mendengar suara teriakan keras ibuku dan suara tangisan Zain. Aku tersentak dan dadaku berdebar kencang. Aku takut telah terjadi apa apa dengan anak ku, Zain. Aku bergegas masuk dan menemui Zain di ruang tv. Aku mendapati ibuku sedang memukuli pantat anak ku yang menangis histeris. Pupil mataku melebar, aku terkejut sekali. Bagai mana mungkin seorang nenek dengan tega memukuli cucu nya sendiri yang belum mengerti apa apa.

"ibuu....hentikan Buuu." Aku berteriak lalu segera menaruh bubur ayam itu di sembarang tempat. Entah tumpah atau tidak aku tidak tau karena aku panik melihat anak yang ku sayang di pukuli pantatnya.

Aku berlari dan meraih anak ku yang sedang nangis lalu menggendongnya dan menjauhi ibuku.

"Kenapa ibu tega memukuli Zain, cucu ibu sendiri?" ucapku sambil mengelus elus punggung Zain menenangkannya.

"tega kamu bilang, apa dia ngga tega melempar neneknya dengan kelereng. Lihat jidat ku lihat ini, untung ngga bocor," ucap ibu dengan berapi api.

Aku melihat pada kening ibuku, memang ada sedikit benjolan di keningnya.

"tapi Zain masih kecil Bu, dia belum mengerti apa apa, lagi pula mana mungkin Zain melempar ibu dengan kelereng?" aku membela anak ku. Rasa nya tidak percaya saja atas apa yang di katakan oleh ibuku. Zain masih terlalu kecil mana mungkin dengan sengaja melempar kelereng tersebut ke neneknya.

"oh, Jadi kamu pikir ibu bicara bohong, lalu ini apa buktinya? masa iya ibu sendiri yang melemparnya ke jidat. apa kamu pikir ibu udah ngga waras?"

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

yg sabar ya nur ! Author pasti sudah siapkan masa depan yg cerah untuk mu

2023-06-24

2

ciru

ciru

ibu kandung rasa ibu tiri

2023-06-24

0

Yuyun Sri

Yuyun Sri

suaminya kok ndak ada ya,,, pa merantau ke kota.. 🤔🤔🤔

2023-06-16

1

lihat semua
Episodes
1 Hari apes
2 Mie telor untuk ibu
3 Bubur ayam untuk ibu
4 Ikan mahal untuk ibu
5 Gulai ikan untuk ibu
6 Baju bekas untuk Zain
7 Chanel TV
8 Bertengkar gara gara ayam
9 Kakak kedua
10 Bang Supri si tempramental
11 Nasi goreng untuk ibu
12 Membuat kerupuk
13 Bertemu teman
14 Kado untuk menantu
15 Bang Supri pingsan
16 Pura pura pingsan
17 Kelaparan
18 Dagang gorengan keliling
19 Bu haji yang baik
20 Tumis bayam dan tempe
21 Di belikan mobilan remote
22 kekasaran bang Supri
23 Kedatangan mas Surya
24 Kenyataan pahit
25 Terjebak hujan
26 Tentang lukisan
27 Pertengkaran
28 Rizki pagi hari
29 Sikap aneh mas Surya
30 Pertemuan tak terduga
31 Aku bukan anak kecil
32 Surya mabuk
33 Nafkah bathin
34 Pertengkaran Nuri dan Surya
35 Di traktir Raihan
36 Berenang
37 Godaan Raihan
38 Kelakuan aneh Raihan
39 Kampus Raihan
40 Pelukan Raihan
41 Ungkapan perasaan Raihan
42 Budak nafsu Surya
43 Nuri sakit
44 Raihan merawat Nuri
45 Rumah Sakit
46 Pertengkaran Raihan dan Surya
47 Keinginan manis Raihan
48 Pengakuan Raihan
49 Kakak ipar menyebalkan
50 Lidah tajam Bu Rida
51 Gosip selingkuh
52 Perdebatan dengan ibu
53 Rentenir menagih hutang
54 Peringatan Bu haji
55 Perubahan sikap Raihan
56 Pembalasan pada Bu Rida
57 Kebersamaan Raihan dan Nuri
58 Dukungan Raihan
59 Godaan Raihan yang tertahan
60 Hot mama
61 Flashback ( POV Raihan )
62 Flashback 2 ( POV Raihan )
63 Flashback 3 ( POV Raihan )
64 Cerita Raihan ( POV Raihan )
65 Wanita satu satunya ( POV Raihan )
66 Pergi dari rumah ( POV Raihan )
67 Mulut lemas mantan istri
68 Bu Rida berulah
69 Interogasi Bu haji
70 Undangan Elis
71 Sikap aneh ustad Amir
72 Bertemu Ipah Saripah
73 Kado kejutan
74 Pengakuan Surya
75 Zain kelaparan
76 Perubahan sikap surya
77 Perdebatan dengan Risa
78 Rayuan Ustad Amir
79 Sikap baik Surya
80 Perdebatan dengan ipah
81 Bertengkar karena hutang
82 Kedatangan Andre
83 Nuri dan Andre
84 Pembelaan Andre
85 Penyakit hati
86 Berubah sikap
87 Surya menikah lagi
88 Andre pria pemaksa
89 Talak tiga
90 Dunia sebesar daun kelor
91 Pelukan pertama Bu haji
92 Pembelaan Bu haji
93 Surya ingin rujuk
94 Pertama kali ke Jakarta
95 Fakta tentang Raihan
96 Kekasih Raihan
97 Serba serbi R&N Group
98 Potong pita dan tumpeng
99 Jadi rebutan
100 Interogasi Andre
101 Kedatangan Raihan
102 Kedatangan Raihan 2
103 Kedatangan Raihan 3
104 Surprise dari Raihan
105 Kempes ban
106 Nuri & Raihan
107 Kado berlian
108 Berdebat dengan tetangga
109 Para penagih uang
110 Kejutan sebuah motor
111 Kejutan sebuah ponsel
112 Mati lampu
113 Bang Supri sakit
114 Menjaga bang Supri
115 Tumor otak
116 Kasih sayang Raihan
117 Ke pergok selingkuh
118 Mantan tak berakhlak
119 Ipah oh Ipah
120 Kedatangan pria pemaksa
121 Mengungkit Janji Pernikahan
122 Menolong Sumi
123 Menjaga anak anak
124 Melabrak Yati
125 KFC & Pizza
126 Ledekan bang Supri
127 Di antar Raihan
128 Ada apa denganmu
129 Jangan panggil aku teman
130 Buka hati belajar mencintai
131 Kesibukan di pagi hari
132 Dokter Bayu
133 Pembalasan tak di sengaja
134 Ria bertengkar
135 Aku cinta kamu
136 Bertemu dokter bayu
137 Raihan cemburu
138 Perdebatan dengan Kasir
139 Ratu ku
140 Kebingungan
141 Bertemu mantan
142 Akibat di hajar istri sah
143 Akhirnya Supri tahu
144 Rencana kepulangan Bu Mariam
145 Di antar dokter Bayu
146 Mencari Zain
147 Menampar Ipah
148 Perdebatan mantan mertua
149 coffe shop
150 Bertemu Oma
151 Obrolan di atas meja makan
152 Mendatangi kantor Surya
153 Akhirnya Raihan tahu
154 Menghajar Surya
155 Apartemen Raihan
156 Aku mencintai mu, Rai!
157 Sunset
158 Temani aku tidur, Rai!
159 Mobil bergoyang
160 Pelampiasan pada penculik
161 Kembalinya Zain
162 Apa aku ini pelakor?
163 Masuk mall elit
164 Bertemu Nura
165 Bertemu Oma dan dokter Bayu
166 Perdebatan dengan Raihan
167 Wanita pendosa
168 Mimpi aneh
169 Pulang kampung
170 Doppelgangeras
171 Meningkatkan produksi kerupuk
172 Belanja ke pasar
173 Sosok wanita penolong
174 Di sangka Raihan ternyata Andre
175 Teriakan misterius
176 Sosok menggantung
177 Kedatangan Ibu
178 Menghormati ibu
179 Risa, sugar baby!
180 Kelakuan Sumi
181 Zain hilang lagi
182 Menemui si penculik
183 Menemui si penculik 2
184 Will you marry me?
185 Ngedate di 69 level
186 Dinner romantis
187 Fitnah Nura
188 Pembelaan Raihan
189 Satu kamar
190 Wanita aneh
191 Masuk mall
192 Persiapan gaun pengantin
193 Sisi lain Nura
194 Bertemu pak Bagas
195 Jatuh sakit
196 Di jaga dua pria
197 Di suapi pak Bagas
198 Pak Bagas mengantar pulang
199 Ziarah kubur
200 Cerita pak Bagas
201 Berita Surya dan Ipah
202 Setelah tiga puluh tahun
203 Rumah suram pak Bagas
204 Dua kali siraman
205 Penyesalan Ipah
206 Maaf & cerita Surya
207 Penolakan keluarga Surya
208 Sugar baby Ustad Amir
209 Bertemu calon ibu mertua
210 Kedatangan bang Supra
211 Pembelaan ibu
212 Akal picik ibu dan Supra
213 Nuri anak pungut
214 Gelang
215 Rencana pembalasan Nuri
216 Nasgor pinggir jalan
217 Eksekusi 1
218 Eksekusi 2
219 Fakta tentang gelang
220 Mimpi
221 Menemui Oma
222 Mencari bukti
223 Membongkar makam
224 Setelah pembongkaran
225 Mendatangi rumah sakit
226 Pencarian 1
227 Pencarian 2
228 Pencarian 3
229 Sukabumi
230 Mak Ninih
231 Cerita mang Udin
232 Wanita pemilik tahi lalat
233 Pelukan pak Bagas
234 Papa
235 Foodmart
236 Menguntit
237 Rumah dukun
238 Nura aborsi
239 Pernikahan ( End )
Episodes

Updated 239 Episodes

1
Hari apes
2
Mie telor untuk ibu
3
Bubur ayam untuk ibu
4
Ikan mahal untuk ibu
5
Gulai ikan untuk ibu
6
Baju bekas untuk Zain
7
Chanel TV
8
Bertengkar gara gara ayam
9
Kakak kedua
10
Bang Supri si tempramental
11
Nasi goreng untuk ibu
12
Membuat kerupuk
13
Bertemu teman
14
Kado untuk menantu
15
Bang Supri pingsan
16
Pura pura pingsan
17
Kelaparan
18
Dagang gorengan keliling
19
Bu haji yang baik
20
Tumis bayam dan tempe
21
Di belikan mobilan remote
22
kekasaran bang Supri
23
Kedatangan mas Surya
24
Kenyataan pahit
25
Terjebak hujan
26
Tentang lukisan
27
Pertengkaran
28
Rizki pagi hari
29
Sikap aneh mas Surya
30
Pertemuan tak terduga
31
Aku bukan anak kecil
32
Surya mabuk
33
Nafkah bathin
34
Pertengkaran Nuri dan Surya
35
Di traktir Raihan
36
Berenang
37
Godaan Raihan
38
Kelakuan aneh Raihan
39
Kampus Raihan
40
Pelukan Raihan
41
Ungkapan perasaan Raihan
42
Budak nafsu Surya
43
Nuri sakit
44
Raihan merawat Nuri
45
Rumah Sakit
46
Pertengkaran Raihan dan Surya
47
Keinginan manis Raihan
48
Pengakuan Raihan
49
Kakak ipar menyebalkan
50
Lidah tajam Bu Rida
51
Gosip selingkuh
52
Perdebatan dengan ibu
53
Rentenir menagih hutang
54
Peringatan Bu haji
55
Perubahan sikap Raihan
56
Pembalasan pada Bu Rida
57
Kebersamaan Raihan dan Nuri
58
Dukungan Raihan
59
Godaan Raihan yang tertahan
60
Hot mama
61
Flashback ( POV Raihan )
62
Flashback 2 ( POV Raihan )
63
Flashback 3 ( POV Raihan )
64
Cerita Raihan ( POV Raihan )
65
Wanita satu satunya ( POV Raihan )
66
Pergi dari rumah ( POV Raihan )
67
Mulut lemas mantan istri
68
Bu Rida berulah
69
Interogasi Bu haji
70
Undangan Elis
71
Sikap aneh ustad Amir
72
Bertemu Ipah Saripah
73
Kado kejutan
74
Pengakuan Surya
75
Zain kelaparan
76
Perubahan sikap surya
77
Perdebatan dengan Risa
78
Rayuan Ustad Amir
79
Sikap baik Surya
80
Perdebatan dengan ipah
81
Bertengkar karena hutang
82
Kedatangan Andre
83
Nuri dan Andre
84
Pembelaan Andre
85
Penyakit hati
86
Berubah sikap
87
Surya menikah lagi
88
Andre pria pemaksa
89
Talak tiga
90
Dunia sebesar daun kelor
91
Pelukan pertama Bu haji
92
Pembelaan Bu haji
93
Surya ingin rujuk
94
Pertama kali ke Jakarta
95
Fakta tentang Raihan
96
Kekasih Raihan
97
Serba serbi R&N Group
98
Potong pita dan tumpeng
99
Jadi rebutan
100
Interogasi Andre
101
Kedatangan Raihan
102
Kedatangan Raihan 2
103
Kedatangan Raihan 3
104
Surprise dari Raihan
105
Kempes ban
106
Nuri & Raihan
107
Kado berlian
108
Berdebat dengan tetangga
109
Para penagih uang
110
Kejutan sebuah motor
111
Kejutan sebuah ponsel
112
Mati lampu
113
Bang Supri sakit
114
Menjaga bang Supri
115
Tumor otak
116
Kasih sayang Raihan
117
Ke pergok selingkuh
118
Mantan tak berakhlak
119
Ipah oh Ipah
120
Kedatangan pria pemaksa
121
Mengungkit Janji Pernikahan
122
Menolong Sumi
123
Menjaga anak anak
124
Melabrak Yati
125
KFC & Pizza
126
Ledekan bang Supri
127
Di antar Raihan
128
Ada apa denganmu
129
Jangan panggil aku teman
130
Buka hati belajar mencintai
131
Kesibukan di pagi hari
132
Dokter Bayu
133
Pembalasan tak di sengaja
134
Ria bertengkar
135
Aku cinta kamu
136
Bertemu dokter bayu
137
Raihan cemburu
138
Perdebatan dengan Kasir
139
Ratu ku
140
Kebingungan
141
Bertemu mantan
142
Akibat di hajar istri sah
143
Akhirnya Supri tahu
144
Rencana kepulangan Bu Mariam
145
Di antar dokter Bayu
146
Mencari Zain
147
Menampar Ipah
148
Perdebatan mantan mertua
149
coffe shop
150
Bertemu Oma
151
Obrolan di atas meja makan
152
Mendatangi kantor Surya
153
Akhirnya Raihan tahu
154
Menghajar Surya
155
Apartemen Raihan
156
Aku mencintai mu, Rai!
157
Sunset
158
Temani aku tidur, Rai!
159
Mobil bergoyang
160
Pelampiasan pada penculik
161
Kembalinya Zain
162
Apa aku ini pelakor?
163
Masuk mall elit
164
Bertemu Nura
165
Bertemu Oma dan dokter Bayu
166
Perdebatan dengan Raihan
167
Wanita pendosa
168
Mimpi aneh
169
Pulang kampung
170
Doppelgangeras
171
Meningkatkan produksi kerupuk
172
Belanja ke pasar
173
Sosok wanita penolong
174
Di sangka Raihan ternyata Andre
175
Teriakan misterius
176
Sosok menggantung
177
Kedatangan Ibu
178
Menghormati ibu
179
Risa, sugar baby!
180
Kelakuan Sumi
181
Zain hilang lagi
182
Menemui si penculik
183
Menemui si penculik 2
184
Will you marry me?
185
Ngedate di 69 level
186
Dinner romantis
187
Fitnah Nura
188
Pembelaan Raihan
189
Satu kamar
190
Wanita aneh
191
Masuk mall
192
Persiapan gaun pengantin
193
Sisi lain Nura
194
Bertemu pak Bagas
195
Jatuh sakit
196
Di jaga dua pria
197
Di suapi pak Bagas
198
Pak Bagas mengantar pulang
199
Ziarah kubur
200
Cerita pak Bagas
201
Berita Surya dan Ipah
202
Setelah tiga puluh tahun
203
Rumah suram pak Bagas
204
Dua kali siraman
205
Penyesalan Ipah
206
Maaf & cerita Surya
207
Penolakan keluarga Surya
208
Sugar baby Ustad Amir
209
Bertemu calon ibu mertua
210
Kedatangan bang Supra
211
Pembelaan ibu
212
Akal picik ibu dan Supra
213
Nuri anak pungut
214
Gelang
215
Rencana pembalasan Nuri
216
Nasgor pinggir jalan
217
Eksekusi 1
218
Eksekusi 2
219
Fakta tentang gelang
220
Mimpi
221
Menemui Oma
222
Mencari bukti
223
Membongkar makam
224
Setelah pembongkaran
225
Mendatangi rumah sakit
226
Pencarian 1
227
Pencarian 2
228
Pencarian 3
229
Sukabumi
230
Mak Ninih
231
Cerita mang Udin
232
Wanita pemilik tahi lalat
233
Pelukan pak Bagas
234
Papa
235
Foodmart
236
Menguntit
237
Rumah dukun
238
Nura aborsi
239
Pernikahan ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!