Part 3. MENGEJARMU

Merasa uring-uringan setiap waktu membuat Abigail terlihat semakin menakutkan. Wajahnya yang jarang tersenyum membuat para kru sedikit menjauhinya.

“Kenapa lagi dengan Abigail, apa ada yang menyinggungnya? Sama seperti ingin melahap orang saja!”

Kedatangan artis pendatang baru membuat pekerjaan Abigail bertambah banyak. Apalagi tugas yang diberikan olehnya sama sekali tidak masuk akal bahkan terkesan di luar jobdesk-nya.

“Kenapa wajahmu terlihat murung? Apakah karena terganggu dengan dia?” ucap salah satu kru saat menyapa Abigail yang sedang lewat.

Tangannya menunjuk ke arah Kimora yang sedang dirias. Bukannya menjawab pertanyaan dari kru tersebut, Abigail hanya memberikan tatapan dinginnya ke arah kru tersebut. Namun, dari tatapannya tersebut ia bisa tahu jika Kimora memang sangat menyebalkan.

“Bilang iya saja susah amat!”

Hanya demi meladeni setiap permintaan Kimora tersebut membuat pekerjaan Abigail kacau. Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi apapun.

“Dasar manusia aneh, kenapa juga tadi pakai menegurnya!”

Akan tetapi selalu ada cara yang membuat Abigail harus tunduk kepada artis baru yang bernama Kimora tersebut. Sama seperti yang dilakukan olehnya barusan. Ketika melihat Abigail lewat tentu saja mulut Kimora terasa gatal dan segera menegurnya.

“Hai, manusia tampan tapi sombong, sini dong!”

Ada saja panggilan aneh yang ditujukan kepadanya. Aneh, Abigail sama sekali tidak terusik. Hanya saja beberapa kali ia tampak mengacuhkan Kimora jika suasana hatinya memburuk, sama seperti saat ini.

Merasa jika panggilan darinya diacuhkan, Kimora bergegas berlari ke arah Abigail dan membalikkan tubuhnya yang jangkung. Bulu mata Kimora menari-nari saat terkena hembusan angin membuat Abigail menatapnya dalam-dalam.

Dengan wajah polosnya, Kimora juga tidak melewatkan hal itu dan justru melambaikan tangan ke depan mata Abigail sekaligus tersenyum.

“Kau pasti terpesona akan kecantikanku?”

Sontak saja kru yang mendengar hal itu terkikik karena geli. Namun tidak dengan Abigail yang diam tanpa ekspresi.

“Kalau aku yang berada di posisi Abigail pasti aku bisa salah tingkah!”

“Ha ha ha, benar saja, untung saja itu Abigail. Si muka tembok yang tanpa ekspresi.”

Kasak kusuk yang terdengar sama sekali tidak membuat Abigail marah, justru yang marah adalah Kimora. Ia sampai menjejakkan kakinya karena kesal.

“Diam, kalian sebaiknya diam. Tidak usah bergosip.”

Amarah yang meletup-letup membuat seketika tubuh Kimora mengigil dan seolah tersengat aliran listrik. Ia bisa merasakan jika dari celah kakinya mengalir cairan kental berwarna merah.

Sontak saja Kimora berlari ke toilet dan membuat orang-orang heran dengan sikap Kimora. Akan tetapi indera penciuman Abigail sedikit terganggu dengan sesuatu hal.

“Bau darah?” gumamnya.

Belum selesai rasa keterkejutan Abigail ternyata datang salah seorang bodyguard yang menegurnya.

“Hei, kau apakan Nona Muda!”

Tangan salah satu bodyguard Kimora mencengkram leger Abigail dengan cepat.

“Aku tidak melakukan apapun. Jika kalian khawatir kenapa tidak mengerjarnya?”

Wajah dingin dari Abigail membuat bodyguard tersebut melepaskan cengkraman tangannya dan mengejar Kimora.

Menjadi satu tim bersama Kimora membuat Abigail tidak nyaman saat ini. Ingin rasanya ia meminta pindah bagian, setidaknya membuat pikirannya menjadi lebih jernih.

“Aduh kenapa dia datang saat ini? Datang di saat yang tidak tepat!”

Kimora baru menyadari jika saat ini ia datang bulan, dan hal itu sukses membuatnya terganggu. Apalagi saat ini ia tidak membawa pembalut.

“Bagaimana ini?”

Ketika Kimora sedang terlarut dalam pikirannya, tiba-tiba saja pintu kamar toiletnya diketuk dari luar. Suara Seok yang menggema membuat Kimora semakin panik dan kesal.

“Kalau kamu tidak bisa diam, sebaiknya kamu pergi dari sini dan lebih baik kau panggilkan Abigail kemari!”

“Ba-baik Nona muda.”

Dengan segera Seok segera berlari untuk menuju ke tempat di mana Abigail berada, menyampaikan keinginan Nona mudanya.

“Hai, pemuda kau yang bernama Abigail?”

“Hm.”

“Nona Muda menyuruhmu ke toilet, sekarang!”

“Untuk apa?”

“Entahlah, cepat kesana!”

Gaya bicara Abigail yang irit sangat membuat Seok kesal. Tanpa bilang makasih atau mengucapkan kata lain, Abigail segera menuju ke toilet tempat di mana Kimora berada.

“Abigail, tolong aku ....” rintih Kimora dari dalam toilet.

Bau darah itu semakin tercium hingga membuat taring Abigail muncul. Bola matanya berubah menjadi merah menyala.

“Katakan kau ingin apa?”

“Aku lagi datang bulan, bisakah kau membantuku membeli pembalut?”

“Apa itu pembalut?”

Dari dalam toilet, Kimora menyodorkan sebuah ponsel untuk menunjukkan merk dari pembalut yang diinginkan olehnya. Meskipun Abigail merasa dipermainkan tetapi ia tidak pernah bisa menolak permintaan dari seorang wanita.

Teringat ajaran dari ibunya yang selalu mengajarkan kebaikan di dalam hatinya membuat Abigail menghormati Kimora. Tidak berapa lama kemudian, Abigail sampai di supermarket.

Kedatangan Abigail mampu membuat mata para wanita tertuju padanya. Mereka histeris karena Abigail justru membeli barang milik wanita.

Tidak peduli dengan pandangan dari semua pengunjung supermarket, Abigail segera membayar dan kembali ke lokasi syuting.

“Ini barang pesananmu! Aku pergi.”

“Tunggu antarkan aku pulang!”

Perkataan dari Kimora membuat langkah kaki Abigail terhenti. “Hanya itu?”

“Iya, apa kau mau?”

“Hm, cepat keluar, jam kerjaku akan segera habis.”

“Baik, terima kasih,” ucap Kimora dengan berbinar.

Sikap Abigail yang manis membuat Kimora justru semakin jatuh cinta kepadanya. Tidak berapa lama kemudian Abigail dan Kimora bergegas meninggalkan lokasi syuting.

Kimora sedikit curiga pada Abigail yang sering memakai masker. Padahal hal itu ia gunakan untuk menutupi hidungnya yang terlalu sensitif ketika mencium bau darah Begitu pula dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

“Bolehkah aku bertanya padamu?”

“Tidak!”

“Aku belum selesai berbicara kenapa kau justru memotong ucapanku?”

Abigail tidak menoleh sama sekali. Ia justru membiarkan hal itu. Sukses sikap Abigail yang menyebalkan membuat Kimora membuang muka.

“Kenapa dia tidak bisa bersikap lembut?”

“Sudah sampai! Aku turun!” ucap Abigail tampak ekspresi.

“Loh, sebaiknya kamu membawa pergi mobilku, bukankah tempatmu, jauh?”

“Tidak perlu, aku bisa naik angkutan umum.”

“Hei!”

Ucapan Kimora terpotong, ternyata Abigail sudah lebih dulu turun dari mobilnya dan meninggalkan dirinya sendirian. Ketika Kimora keluar dan mencoba melihat Abigail ia sudah kehilangan jejaknya.

Bahkan ia sampai mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan yang dilihatnya tidak salah.

“Kau sedang melihat apa?”

Kedatangan Audrey membuat Kimora berjingkat.

“Kakak, kenapa kau tiba-tiba berdiri di situ? Sejak kapan kau datang?”

“Justru aku yang seharusnya bertanya padamu, kenapa kau justru bengong di sini. Sekarang sudah petang, ayo segera masuk!”

Meskipun kesal, Kimora segera masuk. Sementara itu Audrey yang sempat melihat sosok Abigail kembali menoleh ke arah belakang.

“Siapa sebenarnya lelaki tadi? Kenapa aku merasa aneh dan curiga kepadanya?”

Audrey tentu saja menaruh curiga dengan Abigail, apalagi ia menutup wajah dengan masker dan kaca mata hitam.

Audrey adalah seorang genius medis, ahli pembuat obat untuk segala macam penyakit, sekaligus merangkap sebagai psikolog. Oleh karena itu ia sangat mudah mendeteksi orang yang berperilaku aneh.

"Aku harus menyelidiki lelaki itu!"

Terpopuler

Comments

𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙

𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙

centil banget Kimora 😂

2022-12-12

0

𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙

𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙

🤣 eh datang bulan.. ku kira kek di sinet2 gitu bau darah murni 😆

2022-12-12

0

Leony2

Leony2

semangat

2022-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!