"Buat apa gadis itu mengikutiku?" ucapnya geram.
Sorot mata Abigail sudah berubah warna merah menyala. Gigi taringnya memanjang bersiap-siap memangsa karena ia mencium bau darah.
Insting Abigail sangat peka terhadap hal-hal yang sudah familiar dengannya. Bahkan gerak-gerik seseorang dapat ia prediksi dan tergambar jelas dalam jarak beberapa kilometer.
Leher Kimora yang terpampang nyata, begitu menggoda untuk dicicipi. Apalagi bau darah Kimora sudah familiar terhadapnya. Bukan darah haid tetapi darah yang lain.
Namun, dalam sekejap saja kesadaran Abigail telah kembali. Meskipun ia lapar tidak mungkin juga memangsa Kimora. Apalagi resiko yang akan dialami Kimora setelahnya. Tentu saja Abigail tidak mau ambil pusing.
"Sial, meskipun aku mau darahmu, tetapi aku tidak mau menyakiti gadis itu. Meskipun menyebalkan tetapi ia tidak bersalah."
Tangannya terlihat mengepal lalu ia membuang muka dan lebih memilih meneruskan perjalanan ke rumah. Malam memang semakin larut, tetapi ia melihat dua bodyguard Kimora masih mengawasinya dari kejauhan.
Sorot mata Kimora menyisir ke sekelilingnya, berharap ia masih bisa menemukan Abigail. Akan tetapi semuanya sia-sia.
"Hilih, kemana perginya si tampan sih? Perasaan tadi masih di depan. Masa iya ditinggal ngumpet bentar udah ilang!"
Kimora kesal, sampai-sampai sapu tangannya ia gigit untuk melampiaskan kekesalannya.
"Rencana hari ini gagal total! Semua karena kalian berdua!" teriak Kimora sambil berbalik dan menunjuk ke arah dua bodyguard yang masih bersembunyi.
Salah satunya tentu kelihatan karena perutnya yang buncit sudah mengintip dari balik tiang listrik.
"Cepat keluar atau aku pecat!"
Sontak saja teriakan Kimora membuat keduanya terpaksa menunjukkan dirinya. Dengan wajah menunduk mereka tidak berani menatap ke arah Kimora.
Meskipun kecil mungil tetapi jika Kimora yang sedang marah, bisa melempar barang apa saja yang berada di hadapannya.
Sejak tadi Kimora menyadari jika kedua bodyguard masih mengikuti. Tentu saja Kimora menyalahkan mereka karena ia kehilangan jejak Abigail.
Kimora membuang penutup kepalanya ke sembarang arah. Merasa terlalu kecewa, Kimora meninggalkan kedua bodyguard tadi dengan segera.
"Awas saja, jika kalian berani mengikuti tanpa persetujuan dariku, maka aku akan melaporkan pada Ayah!"
Melihat interaksi Kimora bersama bodyguardnya Abigail merasa terhibur.
"Dasar gadis aneh!" gumamnya.
Merasa aman, Abigail kembali melompat dari satu dahan ke dahan pohon yang lain. Kimora sempat melihat ke langit untuk sesaat.
Beruntung ia hanya melihat sekelebat bayangan.
"Mana mungkin dia Abigail, pasti hanya hewan malam."
Dari kejauhan, sorot mata merah sama seperti milik Abigail melihat tingkah Kimora dan cara menghindar yang ditunjukkan oleh Abigail.
"Gadis manis, hm, sepertinya kau sangat tertarik pada adikku!" ucapnya sambil menyeringai.
"Kita lihat bagaimana kau bisa bertahan dengan sikapnya yang dingin seperti es."
Sama seperti Kimora sebenarnya Abigail juga tetap diawasi dan dipantau dari jauh kedua orang tua Abigail. Kali ini yang bertugas adalah Clifer, kakak terdekat dari Abigail. Ia sedikit berbeda dengan saudara Abigail yang lain.
Terkadang ia masih bisa lembut pada manusia tidak seperti saudara yang lainnya yang suka menghabiskan darah manusia dalam satu kali kesempatan.
Kedua orang tua Abigail tidak mungkin membiarkan putranya hidup sendirian di tengah kehidupan manusia modern di Korea.
Maka dari itu dua minggu sekali akan ada salah seorang utusan dari Kaluarga Davinci yang mengunjungi Abigail.
"Oke, kita bersenang-senang dulu gadis manis. Kita lihat apakah Ayah dan Ibu akan menyukai kehadiranmu!"
Sementara itu Abigail sudah masuk ke dalam rumah.
"Hm, aku sudah lapar!"
Abigail melempar mantel bulu miliknya lalu segera menarik pintu almari pendingin. Diambilnya satu buah botol berwarna merah, lalu menenggak isi yang berada di dalamnya. Hanya membutuhkan beberapa menit isi botol itu sudah ludes.
Rasanya masih sangat segar hingga meninggalkan jejak di sudut bibirnya yang seksi. Lidah Abigail menari-nari dibibir gelas untuk membersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel.
"Minuman favorit penambah energi racikanku memang sangat lezat."
Kini sorot matanya menyisir ke dalam jajaran botol-botol jus darah yang ia simpan rapi berjejer mengisi seluruh ruangan almari pendingin miliknya.
"Stok masih aman untuk satu bulan ke depan. Nyonya Anne terlalu baik kepadaku sehingga selalu menambah porsinya. Bagaimana caranya untuk membalas semua kebaikan hatinya?"
Abigail mengingat sesuatu hal, "Sepertinya aku harus menambah pundi-pundi keuangan Nyonya Anne dengan membantunya berjualan akhir pekan nanti."
Tubuh yang lelah menggiringnya untuk mendekati bathub yang telah ia isi dengan air es. Tidak lupa aroma terapi telah ia campurkan ke dalamnya.
"Oke, mari kita berendam lebih dulu!" ucapnya dengan nada riang."
Kini Abigail membersihkan dirinya dengan aroma terapi. Ia berendam di dalam bathub yang sangat nyaman untuk ukurannya. Tanpa ia sadari orang suruhan Audrey berhasil menemukan rumah Abigail.
"Selamat malam Nona, ada kabar baik. Kami sudah menemukan tempat tinggal Abigail!"
"Bagus, berikan alamatnya kepadaku!"
"Baik, dengan segera."
Tidak berapa lama kemudian, Audrey sudah memegang alamat rumah Abigail. Tidak menyangka jika dirinya bisa menemukan alamat rumahnya secepat itu.
"Oh, bagus. Aku tahu alamat rumah itu!"
Tidak berapa lama kemudian ia segera mengambil kunci mobilnya dan bergegas menuju ke sana.
"Aku ingin tahu dari strata apa kamu berasal. Hingga adikku sangat tertarik padamu!"
Kaca mata hitam yang bertengger di hidung Audrey semakin membuatnya manis. Tidak berapa lama kemudian sampailah ia ditempat Abigail.
Ia keluar dari dalam mobilnya. Clifer yang kebetulan berada di dekat rumah Abigail bisa melihat kedatangan Audrey dengan sangat jelas.
"Siapa lagi wanita itu?"
"Wow, adikku yang manis ternyata banyak wanita yang mengejarmu rupanya. Oke sampai dimana hubungan kalian akan bertahan."
Salah satu kakak Abigail yang diutus untuk mengawasi adiknya itu tidak sengaja bertemu dengan Audrey saat penyelidikan.
Audrey melepas kaca mata hitamnya untuk bisa melihat dengan jelas bagaimana kondisi rumah Abigail.
"Cukup kecil dan nyaman tetapi sepertinya dia memang tinggal sendirian."
Saat hendak melangkah masuk ternyata kaki Audrey tersandung sebuah kayu hingga membuat keningnya terantuk daun pintu.
"Arghh!"
Kening Audrey mengeluarkan darah. Aroma darah dari tubuh Audrey mampu mengundang dua vampire yang berada tidak jauh dari sana.
"Bau manusia?" ucap Abigail sambil menoleh ke ruangan depan.
Sorot matanya mampu menembus dinding pintu hingga melihat siapa yang datang.
"Siapa wanita itu, kenapa malam-malam datang ke sini!"
Selain aroma darah Audrey, indera penciuman Abigail mencium aroma lain.
"Clifer? Kali ini rupanya kau yang diutus Mommy datang ke sini! Cih, kalian ini masih saja tidak bisa melepaskan aku sendirian."
Gigi taring Clifer seketika memanjang, sorot matanya berubah merah menyala. Indera penciuman miliknya sudah merekam jejak Audrey.
"Sepertinya menargetkan wanita secantik kamu untuk jadi pasanganku tidaklah buruk!" gumam Clifer dengan raut wajah menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
al-del
tapi meskipun di gigit dan hisap darah oleh Abigail, sepertinya Kimora rela...
2022-12-21
0
𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙
Weh Audrey udah di keep aja 🙃
jangan-jangan Audrey ntar jadi rebutan
2022-12-12
0
Leony2
gigit aja aku ikhlas 🤣
2022-12-12
0