Part 2. ABIGAIL XAVIER DAVINCI

Terlahir sebagai seorang vampire, membuat Abigail Xavier Davinci harus menderita selama ratusan tahun. Hidup tidak tenang, mati pun tidak bisa. Kehidupannya sungguh abadi tetapi penuh kesepian.

Terpaksa berpisah dengan keluarganya karena perpindahan musim yang sangat signifikan, membuat keluarga besar Abigail tidak bisa berlama-lama tinggal di Korea.

“Serius kamu tidak ingin kembali bersama kami?” tanya Mama Abigail, Nyonya Meira

Sontak saja Abigail menggeleng. Lagi pula di dalam keluarganya, dia dianggap tidak berguna dan justru menjadi beban keluarga. Oleh karena itu ia ingin membuktikan jika dirinya juga bisa bertahan hidup meski tanpa keluarga besarnya.

“Kalau kalian ingin kembali, pergilah! Akan tetapi aku akan tetap bertahan di Kota dan negara ini.”

“Sudahlah, Ma. Dia memang anak yang tidak berbakti jadi sebaiknya kita tinggalkan saja dia di sini! Kita lihat apakah ia bisa bertahan di sini atau justru hancur bersama keserakahan manusia.”

Sorot mata Abigail menata tajam ke arah saudara laki-lakinya, Devan. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak karena kekuatannya jauh di atas Abigail.

Beberapa kenangan tersebut, ternyata masih diingat Abigail sampai saat ini. Terkadang membuat Abigail mengukir senyum. Namun, ternyata kenyataan tidak seindah impian.

Demi bertahan hidup Abigail harus bekerja untuk bisa bertahan hidup. Sebagai seorang vampire banyak sekali hal yang menjadi pantangan.

Ia harus mengkonsumsi darah agar ia tetap bisa hidup, meski banyak rintangan Abigail tetap bertahan.

Setelah ratusan tahun kemudian, akhirnya kehidupan mulai berubah. Abigail mulai bisa menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya sama seperti yang dialaminya saat ia hidup di zaman modern.

Beruntung Abigail bertemu dengan Nyonya Anne, seorang pedagang daging segar dan darah beku, makanan favorit Abigail.

“Hai anak muda, kenapa kamu berjalan mondar-mandir di depan tokoku? Apakah kamu lapar atau kau tidak mempunyai uang untuk membeli daging?” gertak Nyonya Ane pertama kali melihat Abigail.

Bukannya menjawab, Abigail justru terdiam. Wajahnya yang pucat seringkali membuat orang lain mengira jika Abigail adalah orang aneh.

Tubuh tinggi menjulang, hidung mancung dan rambut pirang membuat ketampanan Abigail tampak sempurna dibandingkan dengan wujud lelaki biasa. Mungkin itulah daya tarik seorang vampir.

“Kau ini anak muda yang punya badan kekar, wajah tampan. Kenapa tidak mencoba untuk melamar jadi pemain figuran atau artis sekalian!”

“Memangnya ada pekerjaan seperti itu?” tanya Abigail heran.

Nyonya Ane mengangguk lalu segera meninggalkan tempatnya dan mengambil selebaran poster yang ia temukan saat pergi ke kota.

“Bacalah! Biar kamu tahu jika memang ada kesempatan emas. Cobalah pasti kau diterima!”

Tangan Abigail terulur untuk mengambil kertas itu dan membacanya.

“Benarkah semua yang tertulis di sini?”

“Iya, percayalah padaku.”

Saat Abigail beranjak pergi, salah satu tangan Nyonya Ane memberinya sebuah daging beku dan darah beku.

“Hai pemuda bawa ini! Anggap saja ini sedekah dariku. Mungkin cukup untuk bertahan selama satu minggu dan setelah kau mempunyai uang, kau bisa kembali lagi ke sini dan membeli sesuka hatimu.”

“Terima kasih banyak, Nyonya.”

Sedikit peluang itu rupanya tidak disia-siakan oleh Abigail. Mau tidak mau Abigail harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sebagai seorang pemuda yang sangat sehat ia mencoba melamar menjadi pemain figuran di sebuah industri perfilm-an sesuai dengan saran dari Nyonya Anne.

Akhirnya Abigail berhasil diterima. Ia menjadi pemain figuran di dalam sebuah industri perfilm-an. Wajah tampan, body mirip seorang atlit membuat Abigail diterima sebagai artis pengganti di dalam genre action.

Semua tawaran pekerjaan ia ambil. Lagi pula sebagai vampir ia tidak pernah merasa lelah.

Tubuhnya yang jarang terluka dan selalu bugar setiap saat, membuat ia dengan mudah mendapatkan banyak panggilan kerja.

Pundi-pundi uang didapatkan dengan mudah tidak membuat Abigail gila harta. Ia selalu mengumpulkan uang dan menukarnya dengan stok darah beku. Makanan favoritnya setiap saat.

Sayang, akhir-akhir ini ia bertemu dengan Kimora, gadis manja yang selalu merepotkan Abigail bahkan memaksanya untuk menjadi asisten dan ingin tinggal bersamanya.

“Ganteng, sini dong!” panggil Kimora tanpa rasa malu.

“Apakah urat nadi gadis ini sudah putus? Carmuk amat!”

Abigail membiarkan Kimora terus menerus memanggilnya. Tanpa rasa malu Kimora yang sedang dipoles make up justru mengerjarnya. Kondisi jalan yang licin membuatnya terjatuh ke kolam renang.

"Aargghhhh! To-toloooonnggg!"

Kimora yang tidak pandai berenang hampir saja tenggelam. Melihat Kimora terjatuh, dengan sigap dan kecepatan seorang vampir, Abigail berhasil menangkap tubuh Kimora dan membawanya ke atas.

Tubuh Kimora dibaringkan di atas lantai. Abigail hanya memandangi, tanpa mau menyentuhnya kembali.

Ternyata salah satu bodyguard Kimora yang mengetahui hal itu ikut panik, apalagi Kimora terlihat pingsan.

“Tolong kasih nafas buatan, dong! Nona muda belum siuman!”

Abigail tidak bertindak dan diam saja, hal itu sukses membuat Seok salah satu body guard Kimora semakin marah.

“Niat bantu orang nggak sih? Cepetan kasih nafas buatannya! Bukannya cepetan nolong, kalian justru bengong."

"Memangnya kamu mau tanggung jawab kalau Nona Muda sampai meninggal?”

Abigail sudah basah kuyup kini justru terlihat sangat pucat. Akan tetapi wajah cantik Kimora juga terlihat pucat, sehingga mau tidak mau ia pun memberikan nafas buatan padanya.

"Sial, karena gadis ini aku kehilangan ciuman pertamaku setelah ratusan tahun!"

Beberapa saat kemudian Kimora memberikan reaksi. Ia terbatuk dan jari-jari lentiknya mulai bergerak perlahan.

Abigail yang mengetahui jika Kimora sudah siuman segera melangkah pergi. Mencoba meninggalkan dan menghilangkan jejaknya dengan membiarkan Kimora tergelatak di pinggir kolam.

Saat kesadaran Kimora kembali, ia hanya menemukan sekelebat bayangan Abigail. Namun, ingatannya belum terlalu pulih sehingga hanya rasa pusing yang menderanya.

“Syukurlah kalau Nona Muda selamat!” seru Seok dengan wajah bersyukur.

Masih dalam keadaan linglung, tidak lama kemudian, Kimora dibawa ke klinik dan diperiksa dokter. Bersyukur keadaannya sudah baik-baik saja.

Abigail segera kembali ke rumah. Seperti biasa, terlebih dahulu ia membeli stok darah beku.

“Sudah pulang?” sapa Nyonya Ane ketika melihat Abigail.

“Sudah, Nyonya.”

“Mau pesan apa?”

“Seperti biasa!”

Dengan segera Nyonya Ane menyerahkan dua kantong plastik daging segar dan darah beku. Abigail tampak membayar dan segera berpamitan. Tidak ada pembicaraan lagi stekeh

Sosoknya yang misterius tidak pernah membuat Nyonya Anne curiga, dan justru ia suka karena Abigail sosok pemuda yang pendiam dan pekerja keras.

“Aku harap kau selalu bahagia, anak muda.”

Sepulang dari belanja, Abigail memasuki rumahnya yang berlapis. Di bagian depan memang tampak kumuh, tetapi di bagian belakang penuh dengan ruang rahasia.

Di balik almari, ia mempunyai sebuah pintu rahasia yang membawa ke ruang bawah tanah. Sebuah tempat dimana Abigail menyimpan darah beku dan makanan sehari-harinya.

Sebagai vampire sejati ia harus pandai menghemat uang sehingga asupan makanan agar tidak cepat habis. Semua barang yang dia beli selalu disimpan di dalam almari beku yang sangat besar.

Ia memang tinggal di kawasan kumuh, tetapi nyaman karena tidak pernah merasa terganggu dengan kesibukan manusia jaman modern. Lingkungan yang sepi membuat Abigail bebas melatih ilmunya.

Selain untuk bertahan, sebagai seorang vampire Abigail harus memiliki kekuatan luar biasa di atas rata-rata.

...👑Kediaman Kimora....

Saat ini Kimora sedang berada di dalam kamar. Merebahkan tubuhnya yang letih karena telah bekerja seharian.

“Apakah dia yang menolongku tadi? Kenapa dia diam saja dan tidak mengendongku seperti di film-film?”

Kimora menjejak-jejakkan kakinya di tempat tidur hingga membuatnya terlihat berantakan. Tempat tidur yang semula rapi kini sudah terlihat seperti kapal pecah.

“Nggak boleh, aku harus mendekati dia. Salah siapa kamu begitu ganteng dan sempurna. Tidak salah jika aku menaruh hati kepadamu, bukan?”

Kimora melompat dari tempat tidur menuju meja riasnya. Sambil mematut dirinya di depan cermin, Kimora juga mengagumi kecantikan yang ia miliki.

“Tunggu saja sampai aku bisa menaklukan hatimu, maka kau akan menjadi milikku seutuhnya.”

Kimora seperti tersihir oleh ketampanan Abigail. Tentu saja hal itu didapatkan karena ia adalah perpaduan yang sesuai antara manusia dan vampir. Belum lagi ras campuran Eropa yang lebih dominan membuat Abigail tampak sebagai lelaki sempurna.

Hal itu mampu menyihir mata kaum hawa. Termasuk para rekan kerjanya yang suka menyalah artikan perhatian dari Abigail sebagai rasa cinta.

Bersama Abigail para wanita bisa histeris karena terlalu mengaguminya. Jika mengingat hal itu justru membuat Abigail muak dan ingin segera kembali ke tempatnya.

“Manusia selalu sama, memuakkan!” umpatnya kesal.

......................

Jangan lupa dukungannya selalu ya, jangan lupa rate bintang limanya, Syukron 🙏

Terpopuler

Comments

al-del

al-del

semangat terus Kimora mengeja meskipun Abigail tau yang sebenarnya siapa itu Abigail...

2022-12-21

0

sasip

sasip

hei tidak semua sama kale.. 🤭😉

2022-12-13

2

Bang Stadz

Bang Stadz

mengejar

2022-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!