Menikmati lautan malam di sebuah kapal tentu pertama kalinya untuk mereka. Walaupun Tasya sedikit takut karena terbayang-bayang film soal kecelakaan kapal.
Memang pada dasarnya dia overthingking akut, padahal kapal ini cukup mewah meskipun ada beberapa yang kurang. Tapi nyaman lah untuk ukuran kapal penyebrangan.
Perlahan Al memeluk Tasya dari belakang sambil mencium pipinya. "Gak mau masuk ke dalem? Dingin di luar. Nanti kalau kamu sakit malah gak bisa nikmatin waktu di sana."
Tasya menggeleng lalu mengelus tangan Al yang berada di perutnya. "Bentar lagi ya, lagian di dalem juga duduk doang bosen. Gak mau sewa kamarnya juga tidurnya masing-masing."
"Kan bisa sebelahan kamarnya," balas Al.
"Gak mau, nanti gak bisa dipeluk tidurnya sama kamu," kata Tasya jujur. Ya dia sudah merasakan dipeluk Al dan mencatatnya sebagai kebiasaan baru jadi dia tidak salah. Al sendiri yang menyuruhnya untuk terbiasa.
"Padahal baru nikah sehari tapi udah gak bisa lepas aja. Ketagihan dipeluk ya tidurnya?" Goda Al. Ya lucu saja, biasanya juga Tasya bisa tidur sendiri tapi sekarang dia tidak bisa jauh darinya.
"Yaudah nanti di sana gak usah sekamar," balas Tasya ngambek.
"Ngambekan, jangan lah. Aku juga udah terbiasa peluk kamu, jadi gak mau jauh-jauh," ucap Al gemas sambil mengeratkan pelukannya pada Tasya.
Sepertinya Tasya menyukai Al yang memeluknya seperti ini. Dulu biasanya dia hanya bisa melihat dari drama Korea, tapi sekarang dia merasakannya sendiri. Apalagi hanya mereka berdua yang berada di sini, menambahkan kesan romantis saja.
Tasya berbalik dan menatap Al. "Kamu mau aku panggil apa sekarang?" Tanya Tasya tiba-tiba.
"Emang harus ada nama panggilan khusus?" Tanya Al berbalik, menurutnya setiap yang Tasya ucapkan padanya sudah sangat spesial. Jadi bagaimana pun Tasya memanggilnya Al akan tetap suka. Sejatinya Al memang orang yang tidak mempermasalahkan apapun yang menurutnya sepele.
"Kali aja kamu mau dipanggil apa gitu, kaya Bunda sama Ayah panggilannya juga ada, kan?"
"Ayah manggil Bunda pakai sebutan Bunda itu kan karena udah punya anak. Masa kamu mau manggil aku ayah?" Kata Al terkekeh.
"Gak gitu maksudnya, biar lebih romantis aja gitu," ujar Tasya menjelaskan.
"Kamu panggil apa aja aku suka dengernya. Jadi terserah kamu mau panggil aku apa aja." Al tersenyum. Tasya malah terhanyut dengan tatapan Al yang lembut.
Tasya suka ketika seseorang berbinar saat menatapnya, dia suka saat seseorang fokus dengan apa yang dia bicarakan, dia juga suka saat seseorang antusias mendengarkannya dalam mode apapun dan semua itu dia dapatkan dari suaminya.
"Mas?" Tanya Tasya ragu-ragu.
Al terkekeh kenapa dia jadi merasa berdebar begini saat Tasya memanggilnya dengan sebutan 'Mas'. "Boleh, kebetulan aku suka panggilannya, Sayang."
Tasya tersipu, memang agak sedikit canggung sih saat mengucapkannya. Tapi sekali lagi, dia harus membiasakan diri dari sekarang, kan? Tidak mungkin dia terus memanggil Al dengan namanya. Tidak enak juga didengarnya. "Jadi boleh ya, Mas?"
"Iya boleh sayangku." Al mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir Tasya dengan lembut. Meskipun sudah terbilang beberapa kali tapi tetap saja Tasya kaget.
"Kamu kalau mau cium bilang dulu, aku jantungan kalau tiba-tiba," ucap Tasya sembari memukul lengan Al pelan.
"Yaudah sekarang bilang, aku mau cium kamu ya?"
Sial, kenapa kalau ditanya begitu Tasya malah jadi bingung harus menjawab apa? Jadi dia hanya menahan napasnya karena Al mulai mendekatkan wajahnya pada Tasya. Membuat gadis itu mundur selangkah dan berpegangan pada pagar besi di ujung kapal saat bibir Al kembali mencium bibirnya.
Tasya memejamkan matanya saat ciuman itu nampaknya lebih dari sekedar menempel. Al kini menyesap dan menikmati bibir cherry milik Tasya untuk beberapa saat. Membuat Tasya semakin mengeratkan pegangannya pada besi yang ada di belakangnya.
Ciuman itu semakin intens mereka lakukan, sampai keduanya sama-sama kehabisan oksigen. Perlahan Al melepaskan tautan bibir mereka dan mengelap bibir Tasya dengan Ibu jari karena basah akibat ulahnya.
Dia sedikit tersenyum, ternyata Angkasa dan Yoda tidak berbohong. Mereka bilang pada Al kalau bibir wanita itu rasanya manis dan Al membuktikannya pada hari ini. Sepertinya itu akan menjadi candu untuk Al kedepannya.
"Mas, aku malu," cicit Tasya.
Al tertawa mendengarnya lalu membawa Tasya ke dalam pelukannya. Wajar saja memang, ini pertama kalinya dan Al senang semua hal yang dilakukan pertama kali oleh Tasya adalah bersamanya. Begitu pun sebaliknya.
.
.
.
Setelah menghabiskan waktu di luar, kini mereka duduk sambil menikmati live musik. Lagu khas anak senja yang diputar membuat Tasya terhanyut. Notabenenya Tasya memang menyukai genre musik yang seperti ini.
Sampai tidak terasa waktu sudah semakin malam, Al dan Tasya sudah berpindah ke sofa. Cukup pegal juga ternyata karena Tasya kekeh tidak mau tidur di kamar sebab hanya ada single bed di sana, padahal dia sudah terlihat sangat mengantuk.
"Kita ke kamar aja ya, kasian kamunya nanti pegel kalau tidur dalam keadaan duduk kaya gini. Di sini juga dingin nanti kamu masuk angin, Sayang," ucap Al.
"Tapi nanti kamu tidur di mana? Mau pisah kamar emangnya? Aku gak mau." Tasya bersikeras menggelengkan kepalanya. Membuat Al tidak tau lagi cara membujuk Tasya kalau sudah seperti ini.
Tiba-tiba sebuah ide muncul, Al membisikan sesuatu di telinga Tasya, membuat gadis itu menyerngit. "Gimana caranya bisa sekasur berdua? Kan sempit, jangan ngaco."
"Ikut aku dulu makanya. Nanti kita praktekin, kalau teori doang gak akan kebayang. Ayok." Al berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Tasya.
Gadis itu nampak ragu, namun matanya ini memang sudah sangat susah diajak berkompromi, akhirnya dia menurut saja untuk ikut bersama Al ke kamar.
Sesampainya di sana tidak lupa Al mengunci pintu dan memasang alarm agar mereka tidak kesiangan. Keduanya nampak diam duduk di tepi ranjang.
"Udah aku bilang gak cukup buat kita berdua ih, Mas. Aku pindah aja kali ya ke sebelah?" Tasya masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Hanya ada satu single bed, sofa, tv dan sebuah kamar kamar mandi kecil. Kasian juga kalau mereka harus sempit-sempitan.
Al tidak menanggapi, dia malah berbaring lalu mendekap istrinya dan membuat Tasya berada di atasnya. "Nyamanin posisinya, sama-sama dipeluk tidurnya, kan? Jadi cukup berdua tanpa harus pisah kamar."
Tasya yang masih nampak kaget namun tanpa sadar malah mengikuti perintah Al untuk menyamankan posisinya di sana. "Tapi kamu nanti pegel gimana, aku berat loh? Udah ah aku pindah aja ya?"
"Engga, aku udah nyaman kok." Al menuntun kepala Tasya untuk bersandar di dada bidangnya, setelah itu dia memeluk Tasya dengan erat agar gadis itu tidak bicara lagi.
"Tapi kalau nanti pegel kamu bilang aja ya, biar aku pindah aja ke sebelah gapapa," ucap Tasya sembari menatap ke arah Al.
"Iya, Sayang. Udah sekarang meremin matanya, terus tidur. Go to sleep, then i will take care of you," bisik Al lembut lalu mengecup bibir Tasya sekilas.
"Yaudah kalau gitu aku nurut, kamu juga tidur tapi ya! Good night, Mas," balas Tasya.
Tasya yang memang sudah mengantuk perlahan memejamkan matanya, ternyata berada di posisi seperti ini benar-benar nyaman. Akan Tasya pastikan kalau ini tempat ternyaman untuknya mulai sekarang. Jangan salahkan dirinya jika suatu saat nanti akan memintanya lagi, karena Al sendirilah yang memperkenalkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments