Diana, Haris, Zea dan Fadil sampai di rumah. Sebenarnya masih banyak yang harus mereka urus. Namun teman-teman Tasya dan Al menyuruh mereka pulang dan membantu menyelesaikan semuanya dengan alasan mereka masih muda.
Ya pertemanan mereka memang begitu kental, bahkan Diana dan Haris sudah menganggap mereka seperti anaknya sendiri. Diana bertanya-tanya mengenai keberadaan kedua pengantin baru itu. Tapi Zea menahannya.
"Mereka pasti di kamar, biarin aja, Bund. Mereka pasti butuh istirahat berdua," peringat Zea.
Diana tersenyum dan mengerti maksud ucapan anak sulungnya. Benar juga, apalagi Diana sudah mempersiapkan yang terbaik untuk kamar dan perlengkapan malam pertama putranya. Dia tidak sabar ingin mendapatkan cucu, ya karena Zea dan Fadil masih belum mau memberinya jadi harapannya tertuju pada putra bungsunya.
"Oke deh, Al pasti bisa!" Ucap Diana yang langsung melenggang pergi menyusul suaminya.
Zea menyerngit, sepertinya pikirannya dan Ibunya berbeda. Tapi ya sudah, bukan urusan Zea juga. Zea kini malah menatap Fadil yang ikut melenggang pergi ke atas. Cuek seperti biasa. Meskipun sudah beberapa tahun menikah ya mereka tetap pada komitmen mereka untuk hidup masing-masing.
Entah kenapa sekuat itu Zea bertahan, dia juga tak jarang melihat Fadil yang bergonta-ganti pasangan. Secara dia dokter tampan, sudah pasti akan mudah memilih siapa yang akan dia kencani. Zea menghela napas, berusaha menetralkan pikirannya yang akhir-akhir ini mulai ngaco. Sepertinya dia butuh penyegaran.
Selesai dengan Zea. Jangan dikira Diana langsung tidur setelah mengganti pakaian. Dia kini sedang memanaskan susu sambil mengaduk kuning telur di sebuah gelas, tidak lupa juga dia campurkan sesendok madu. Resep ini tentu akan membantu Al mewujudkan impiannya menjadi seorang nenek. Memang dia ibu yang pengertian, pikirnya dalam hati.
Setelah beres Diana naik ke atas membawa susu yang sudah dia buat. Namun saat di depan kamar anaknya Diana sepertinya harus berpikir ulang, apa dia sudah ketinggalan jam tayang?
Awww sakit, sshh pelan-pelan.
Diana menghela napas sepertinya memang seperti itu, pelan-pelan dia menaruh susu yang dia bawa di nakas dekat pintu kamar Al. Dengan hati-hati juga dia menempelkan telinga di pintu kamar putranya. Bukan bagaimana, dia hanya ingin memastikan saja.
Zea keluar dari kamar, dia yang semula berniat ke bawah mengambil air jadi mengurungkan niatnya karena ikut penasaran saat melihat Bundanya menguping di depan kamar adiknya.
"Mereka ngapain?" Tanya Zea setengah berbisik pada Bundanya.
"Sstt diem, mereka lagi bikin cucu Bunda," balas Diana berbisik.
Zea kembali menyerngit, ini serius? Bahkan dia saja belum pernah melakukannya. Tapi, mendengar itu ya Zea jadi semakin penasaran tentunya.
Akhhh jangan diteken gitu!
Ini udah pelan, Sya.
Diana beberapa kali meringis, kalau begini dia jadi was-was juga, terdengar kalau menantunya sangat kesakitan.
"Aduh, Al. Kamu ini gak sabaran banget, kasian Tasya. Ck, Bunda lupa kasih tau Al bagaimana cara memperlakukan wanita saat malam pertama," bisik Diana.
Zea yang mendengar itu juga jadi ngeri sendiri. "Al se-brutal itu kah? Bagaimana nasib adik iparnya?" Zea jadi tegang sendiri, untung Fadil tidak pernah menyentuhnya.
Namun tiba-tiba ....
Brukk ... Diana dan Zea terjatuh tepat di hadapan Al.
Al kaget saat melihat Ibu dan Kakaknya dalam posisi tersungkur.
"Aduh, Dek! Kalau buka pintu bilang kek!" Sungut Zea.
"Loh gua gak tau lu sama Bunda ada di sini. Kalian ngapain?" Tanya Al keheranan.
Diana tidak menjawab, dia hanya memperhatikan Al dan Tasya yang sedang duduk di tepi ranjang dengan pakaian utuh.
"Bund?"
"H-hah? Bunda itu apasih emm mau ke kamar Zea. Iya gitu," ucap Diana alibi.
Al mengangguk saja, padahal sebenarnya dia paham kalau Ibu dan Kakaknya sedang menguping.
"I-itu Tasya kenapa?" Tanya Zea yang kini berdiri dan mencoba mengintip ke dalam kamar yang terang benderang. Aneh sekali, padahal dia dan Ibunya sudah menyiapkan kamar romantis untuk keduanya.
"Kakinya lecet, ini mau ambil petroleum jelly biar kakinya cepet sembuh," jawab Al santai dan mengambil yang dia butuhkan di nakas dekat pintu kamarnya. Sejenak dia melihat susu di sana. Wah kalau begini sudah bisa dipastikan apa sebenarnya maksud dan tujuan keduanya berada di depan kamar.
Al ini seorang dokter, dia paham lah kalau urusan begini. Mereka tidak tau saja kalau Al memang tidak akan melakukan apa-apa malam ini, ya kasian juga Tasya. Sudah cape seharian, kakinya lecet, masa harus melayani Al juga pada malam harinya. Al tidak akan tega.
"O-ohh, lecet ya? Pantes kaya kesakitan gitu. Y-ya udah gue mau ke kamar," ucap Zea cepat dan langsung lari ke kamarnya.
"Emm, B-bunda juga udah di tunggu ayah. Good night prince," ucap Diana yang kini ikutan kabur seperti Zea.
Al terkekeh, pasti mereka sudah jauh bertraveling tadi. Ya tapi begitulah kenyataannya, dia hanya mengobati luka Tasya dengan antiseptik yang tentunya terasa perih.
Dia kembali masuk ke dalam dan menutup pintunya. Tentunya dia sudah mendapatkan tatapan kebingungan dari sang istri. "Bunda sama Kak Zea mau apa?"
"Ngedenger kamu kesakitan katanya, takut kenapa-kenapa," jawab Al sembari kembali mengurus kaki Tasya.
"Ohh, dikirain kenapa." Tasya hanya mengangguk-nganggukan kepala. Ini Al yang otaknya ngaco atau Tasya yang terlewat polos sih? Kenapa hanya dia yang tertawa melihat drama kecil tadi.
Tapi ya sudah lah, namanya juga Tasya. Gadis ajaib yang sekarang sudah menjadi istrinya. "Ayok tidur."
Al berjalan ke sisi kasur di seberangnya lalu berbaring menghadap ke arah Tasya yang masih terduduk sambil menatapnya.
"Ayok tidur, Tasya Aurell."
"Ini kita beneran se-kasur?" Tanya Tasya ragu.
"Yaiya, kamu kan udah jadi istri aku. Jadi udah boleh."
Ya dia memang sering kalau bermanja dengan Al. Tapi untuk seranjang begini ya tidak pernah. Aneh sekali rasanya, ditambah dia tau kalau malam pertama biasanya suami istri melakukan itu. Apa Al akan mengajaknya untuk iya-iya? Ah Tasya takut.
Dia jadi bergidik ngeri, ya secara dia juga dokter kan. Dia tidak buta soal itu, tapi kenapa rasanya belum siap?
Al sepertinya paham apa yang ada di pikiran Tasya. "Udah, ayok tidur. Aku gak ngapa-ngapain kamu kok malam ini. Masih aman."
Tasya menyipitkan matanya, kenapa Al bisa tau apa yang ada di pikirannya? Pria itu terkekeh, perlahan dia menarik Tasya untuk berbaring dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Setelah menarik selimut, Al mencium kening istrinya dan memejamkan mata.
Ini Al tertidur? Yang benar saja, Tasya tidak karuan ini. Bisa-bisanya Al tidur duluan setelah membuat anak orang salah tingkah. Tasya mengadahkan wajahnya pada Al yang tidur lebih tinggi darinya. Mukanya memerah sekarang. Mau kabur tapi Al memeluknya erat.
Bingung, apa yang dia lakukan selain menatap Al. Merasa diperhatikan Al pun membuka mata. "Kenapa lagi sayangku?"
Tasya kaget sih melihat mata Al yang kembali terbuka. "Ini kamu udah bikin anak orang salting langsung bisa tidur?"
"Loh salting kenapa?" Tanya Al merasa tidak ada dosanya.
"Ini kamu kaya gini emang gak bikin aku salting apa ya?" Kesal Tasya.
"Oh kamu salting, ya bilang. Emang kenapa, gak boleh peluk istri sendiri?" Tanya Al.
"Y-ya boleh tapi bilang dulu gitu. Kaya serangan mendadak kalau kaya gitu," jelas Tasya.
Al kembali terkekeh. "Kalau aku bilang yang ada kamu udah teriak duluan. Mulai sekarang kamu harus terbiasa, karena aku perlu sesuatu untuk dipeluk kalau tiap malam."
"Kan ada guling," timpal Tasya.
"Ngapain guling kalau udah ada kamu?" Tanya Al.
"Udah ah, gak aman kalau aku terus bicara sama kamu. Nanti diabetes, kemanisan!" Tasya langsung membenamkan wajahnya di dada Al dan Al pun mengeratkan pelukannya pada Tasya.
Aroma maskulin dari Al mampu membuat Tasya rileks dan tidak butuh lama untuk tertidur. Al yang sebenarnya belum mengantuk jadi merubah aktifitasnya. Memandangi istri cantiknya yang kini pasrah ketika wajahnya diarahkan padanya.
Sepertinya dia benar-benar lelah, terbukti dengkuran halus mulai terdengar. Sangat lucu untuk Al yang pertama kali melihatnya sedekat ini.
Al mendekat lalu mencium bibir Tasya dengan lembut, belum bertindak lebih jauh pun bibirnya sudah membuat Al candu, apalagi kalau sudah dia kerjai?
Sial, dia malah jadi berpikir yang aneh-aneh. Dari pada pikirannya kemana-mana, Al memutuskan untuk tidur dan menyusul Tasya. "Good night, My Queen."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
golddiamond
mampir ya kak di novel aku Dia musuhku terima kasih banyak
2022-12-18
0
Mugiya is back
mampir
2022-12-07
0