Pagi Pertama

Pukul 5 pagi, Tasya mengerjapkan matanya beberapa kali, dia membulatkan matanya saat melihat Al berada di sampingnya dengan tangan yang melingkar pada pinggangnya.

Dengan spontan Tasya mendorong tubuh Al sampai tersungkur ke lantai. "ALLL KAMU NGAPAIN?!!"

"Akkhhhh! Kenapa didorong?" Tanya Al kesal dengan suara khas bangun tidur dan meringis kesakitan karena terbentur lantai.

"Ya kamu ngapain tidur di sini, peluk-peluk juga." Tasya mengubah posisinya menjadi duduk, demi apapun jantungnya berdebar dua kali lipat.

"Ya kan kita udah nikah, lupa ingatan apa gimana?" Tanya Al yang kini beranjak dan kembali telungkup di kasur. Bisa-bisanya Tasya melemparnya dari kasur pagi-pagi begini.

"Oh iya lupa, maaf." Tasya sedikit meringis, iya juga. Mereka kan sudah menikah kemarin, hampir saja dia jantungan. Ya kalau sudah begini dia kembali tenang dan lanjut untuk tidur karena masih mengantuk. 

Tasya memejamkan matanya, namun Al kini sudah menatap dan menghadap ke arahnya. Memang Tasya tidak peka, bisa-bisanya dia kembali tidur setelah membuatnya tersungkur. Dia gemas sampai-sampai dengan spontan menarik hidung Tasya, membuat sang empu kini mengaduh karena merasa terganggu.

"Kok kamu narik hidung aku? Aku masih ngantuk, Al!" Tasya mengambil guling dan menutup wajahnya agar tidak diganggu oleh Al.

"Tanggung jawab, malah tidur lagi," ucap Al sembari mengambil guling dari pelukan Tasya dan membuangnya ke sembarang arah.

Entah ada angin apa Tasya kini memeluk Al dan menepuk-nepuk punggungnya seperti sedang menidurkan bayi. "Maaf ya, Sayang. Sini puk-puk." Dia tidak ingin ribet sebenarnya, dengan begini dia bisa tidur kembali.

"Sya," panggil Al sembari mengusap surai istrinya.

"Hmm?" Jawab Tasya sambil bertahan memejamkan matanya.

"Ayok bicara serius," jawab Al yang membuat Tasya malah tidak bisa tidur. Sepagi ini kah mereka harus bicara serius?

Tasya menjauhkan wajahnya dari dada Al dan kini menatap ke arah suaminya itu. "Bicara serius apa pagi-pagi kaya gini?"

Al merapikan helaian rambut Tasya sambil menatap matanya. "Satu bulan lagi kita intership, sedangkan Bunda maunya kita cepet punya anak."

"Bunda gak bilang gitu tau," balas Tasya.

"Iya gak bilang, tapi semalem aku tau bunda maunya kita cepet punya anak. Tapi ... "

"Tapi apa?" Tanya Tasya yang kini mengusap pipi Al.

"Tapi kita gak akan bisa ambil cuti lama kalau intership, aku gak mau kesehatan kamu terganggu juga kalau gak istirahat cukup. Kalau nunda intership kamu juga gak akan baik."

"Jadi?"

"Kalau bunda nanti nanya, bilang aja kita mau nunda punya anak sampai selesai intership ya?" Tawar Al.

Tasya berpikir, dia tidak ada berniat buru-buru punya anak sih. Al juga ada benarnya. "Jadi kita tunda punya anaknya?"

Al mengangguk. "Gimana?"

"Aku ikut kamu aja. Sebenernya aku gak masalah juga kalau nunda intership, tapi kalau itu keputusan kamu aku ikut," jawab Tasya sambil tersenyum.

"Ya udah, aku lega kalau udah bilang sama kamu. Jadi mana sekarang morning kissnya?" Tanya Al.

"Aku gak tau gimana caranya cium duluan," jawab Tasya asal dan malah membuat Al terkekeh.

"Ya udah, kita belajar," jawab Al yang kini malah mengukung tubuh Tasya di bawahnya. Al melirik bibir cherry milik Tasya, ya sekarang itu adalah miliknya.

Tasya tidak berontak sih, tapi dia kaget saja mendapatkan serangan dadakan seperti ini. "Udah aku bilang, kalau mau ngapain tuh bilang dulu."

"Gak mau, lebih enak secara tiba-tiba. Jadi boleh cium, kan?"

Tasya mengangguk, "Boleh, jadi aku harus gimana?"

Al menatapnya lembut sembari tersenyum. "Sekarang tutup mata kamu, tapi buka bibirnya sedikit." Entah kenapa suara itu membuat Tasya merinding di sekujur tubuhnya, ini sudah halal kan untuk melakukannya? Jadi Tasya menuruti perkataan Al.

Al tersenyum, perlahan dia mendekatkan bibirnya pada milik Tasya, membuat si pemilik rasanya bisa merasakan dan jantungnya kembali berdegup, namun saat sedikit saja bibir itu menempel. Seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Ck, ganggu aja," gumam Al dalam hatinya.

Tasya dan Al yang kaget pun langsung mengubah posisi mereka menjadi duduk dan benar saja Bundanya kini telah muncul dari balik pintu.

"Kalian udah bangun rupanya, gimana tidurnya nyenyak?" Tanya Diana pada keduanya.

"Nyenyak, Bund," jawab keduanya sambil tersenyum.

Diana ke sini bukan apa-apa, dia ingin memastikan rasa penasarannya sebenarnya. Tapi kamar ini masih rapi, biasanya kalau pengantin baru pasti berantakan. Apa belum terjadi apa-apa di kamar ini?

"Kenapa, Bund?" Tanya Al yang aneh dengan sikap Ibunya karena mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar.

"A- gapapa, ya udah segera turun ya. Bunda udah siapin sarapan. Nanti sore keberangkatan kalian ke Lombok kan?" Tanya Diana.

"Iya, Bund. Nanti Tasya sama Al ke bawah. Mau cuci muka sama gosok gigi dulu," jawab Tasya sambil tersenyum.

"Yasudah, Bunda tunggu di bawah ya," ucap Diana dan kembali menutup pintu kamar mereka.

"Gak jadi ciumnya, ya udah kecup aja." Al lalu mengecup bibir Tasya. "Morning kiss."

Al terkekeh melihat ekspresi Tasya yang masih mencerna semua ini, dia langsung turun ke kamar mandi dan membiarkan begitu saja. Lagi pula Tasya memang harus mulai beradaptasi dengan rutinitas barunya sebagai seorang istri.

.

.

.

Tasya dan Al turun, terlihat semua orang sudah siap di bawah. Mereka duduk berdampingan dan sudah mendapat banyak tatapan yang menuju ke arah mereka seolah menggoda pengantin baru. Tapi Tasya dan Al memang sama-sama cuek, jadi mereka tidak terganggu.

Diana menyiukkan makanan ke piring suaminya. Tasya memperhatikan semua tentunya. Setelah Zea dan Fadil selesai mengalasi makanan mereka, kini Tasya mengalasi nasi goreng di piring Al. Membuat Diana tersenyum, meskipun Tasya berkali-kali mengatakan kalau dia takut tidak bisa menjadi seorang istri yang baik padanya, tapi ternyata dia malah meniru hal baik yang dia lakukan.

"Makasih, Sayang," ucap Al sembari mengelus lengan Tasya.

Tasya mengangguk dan tersenyum. "Iya sama-sama."

Sebelum Tasya mengalasi piring miliknya, Al lebih dulu menahannya. "Makan berdua aja, aku suapin."

"Loh kenapa?"

"Kaki kamu lecet, kasian nanti sakit," jawab Al yang menarik Tasya agar kembali duduk.

"Loh kan yang sakit kaki, aku kan makannya pake tangan?" Tanya Tasya bingung.

"Gapapa, aaa." Al menyuapkan sesendok nasi goreng pada Tasya, kalau begitu Tasya menurut saja. Satu piring berdua ternyata romantis juga.

Tasya dan Al terus saling bertatapan, terasa sekali aura pengantin barunya. Sampai sebuah suara menginterupsi mereka untuk mengalihkan pandangan.

"Jadi kalian berdua udah punya program kasih Bunda cucu?" Tanya Diana pada Al dan Tasya.

Al dan Tasya saling menginjak kaki di bawah, lebih tepatnya mereka saling melempar siapa yang harus menjawab dan memberikan hasil diskusi mereka tadi.

"Al, Sya?" Tanya Diana yang merasa tidak mendapat jawaban.

"Loh ya kamu itu loh, nanyanya gitu. Mereka baru menikah sudah ditanya cucu," ucap Haris.

"Bunda nanya, Yah. Tau sendiri anak bungsumu itu bagaimana," balas Diana.

Merasa tidak akan beres dengan peperangannya Al akhirnya mengalah. Biar dia yang menjelaskan. "Kami mau nunda punya anak sampai selesai intership, Bund."

"Kenapa? Gak baik loh ditunda-tunda," ucap Diana.

"Al udah pertimbangkan matang-matang, tadi juga udah bicara sama Tasya. Selama intership kita tidak diizinkan untuk cuti lama, Bund. Kalau Tasya kurang istirahat dia juga yang nanti kewalahan. Kalau menunda intership juga kasian, Tasya dan Al kan kejar cita-cita bersama."

"Memang tidak ada jalan lain selain menunda? Bunda pingin gendong cucu."

"Bunda bisa dapet cucu kok, tanya sama tetangga sebelah kamar aja," ucap Al menyindir Zea dan Fadil.

Keduanya sama-sama tersedak. Bisa-bisanya Al menyeret mereka dalam permasalahannya ini.

"Betul, Al benar. Daripada menanyakan mereka yang baru menikah, lebih baik tanya Zea dan Fadil," kata Haris yang mendukung putranya.

"Jadi kapan kalian punya anak?" Tanya Diana to the point.

Nahkan, kalau begini Zea yang kewalahan. Zea menatap Al kesal, benar-benar adiknya ini menyebalkan sekali. Dia tau hubungan Zea dan Fadil bagaimana. Ah pokoknya setelah makan pagi ini Zea harus memberikan pelajaran pada adiknya itu.

Sementara di sisi lain Tasya dan Al beradu tos di bawah meja. Jadilah mereka berdua aman dari cecaran pertanyaan. Memang adik-adik durhaka.

Terpopuler

Comments

Ely🐙ucil rusuh🐣

Ely🐙ucil rusuh🐣

lanjut kak semangat 👍💪

2022-11-23

2

Ina Yulfiana

Ina Yulfiana

next semngt sukses selalu

2022-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Drama Malam Pertama
3 Pagi Pertama
4 Anything For You
5 Panggilan Baru
6 Aruna Menyebalkan
7 Malam Pertama (?)
8 Saling Cemburu
9 Malam Panjang
10 Perlakuan Istimewa
11 Pulang Honeymoon
12 Deeptalk
13 Rumah Baru
14 Wahana Intership
15 Pengarahan
16 Merasa Insecure
17 Hari Pertama Intership
18 Pembicaraan Suami Istri
19 Kejadian Tak Terduga
20 Penenang Segala Resah
21 Kecurigaan Al
22 Gaji Pertama
23 Sosok Suami Pengertian
24 Masa Lalu Yang Mengganggu
25 Perseteruan Pagi Hari
26 Parfum Baru, Suasana Baru
27 Kompak Sebagai Rekan Kerja
28 Perpisahan Sementara
29 Permintaan Tante Rena
30 Siapapun Penganggunya, Kita Akan Selalu Sama-Sama
31 Awal Kehidupan Yang Sebenarnya
32 Welcome Arka
33 Pembahasan Soal Anak
34 Pakaian Menggoda!
35 Mendadak Banyak Aturan!
36 Makan Malam Romantis
37 Selamat Berjuang!
38 Pembahasan Soal Pekerjaan
39 Wawancara Kerja
40 Hi, I'm Doctor!
41 Pasangan Dokter Muda
42 Siklus Yang Sama
43 Luapan Emosi
44 Kehamilan
45 USG Pertama Kali
46 Perasaan Bahagia Menjadi Orang Tua
47 Suami Siaga Idaman Ibu Komplek
48 Kejutan Untuk Keluarga
49 Kebencian Yang Masih Bersarang
50 I LOVE YOU PAK ARKAN.
51 Berbeda Haluan Dengan Radit
52 Kondisi Mental Tasya
53 Konsultasi Kejiwaan
54 Dilema Radit
55 Skizofrenia
56 Martabak Keju
57 Digoda Habis-Habisan
58 Berusaha Agar Tetap Baik
59 Umi dan Abi
60 Provokasi
61 Prahara Rumah Tangga
62 Angkasa Si Paling Pengertian
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
Drama Malam Pertama
3
Pagi Pertama
4
Anything For You
5
Panggilan Baru
6
Aruna Menyebalkan
7
Malam Pertama (?)
8
Saling Cemburu
9
Malam Panjang
10
Perlakuan Istimewa
11
Pulang Honeymoon
12
Deeptalk
13
Rumah Baru
14
Wahana Intership
15
Pengarahan
16
Merasa Insecure
17
Hari Pertama Intership
18
Pembicaraan Suami Istri
19
Kejadian Tak Terduga
20
Penenang Segala Resah
21
Kecurigaan Al
22
Gaji Pertama
23
Sosok Suami Pengertian
24
Masa Lalu Yang Mengganggu
25
Perseteruan Pagi Hari
26
Parfum Baru, Suasana Baru
27
Kompak Sebagai Rekan Kerja
28
Perpisahan Sementara
29
Permintaan Tante Rena
30
Siapapun Penganggunya, Kita Akan Selalu Sama-Sama
31
Awal Kehidupan Yang Sebenarnya
32
Welcome Arka
33
Pembahasan Soal Anak
34
Pakaian Menggoda!
35
Mendadak Banyak Aturan!
36
Makan Malam Romantis
37
Selamat Berjuang!
38
Pembahasan Soal Pekerjaan
39
Wawancara Kerja
40
Hi, I'm Doctor!
41
Pasangan Dokter Muda
42
Siklus Yang Sama
43
Luapan Emosi
44
Kehamilan
45
USG Pertama Kali
46
Perasaan Bahagia Menjadi Orang Tua
47
Suami Siaga Idaman Ibu Komplek
48
Kejutan Untuk Keluarga
49
Kebencian Yang Masih Bersarang
50
I LOVE YOU PAK ARKAN.
51
Berbeda Haluan Dengan Radit
52
Kondisi Mental Tasya
53
Konsultasi Kejiwaan
54
Dilema Radit
55
Skizofrenia
56
Martabak Keju
57
Digoda Habis-Habisan
58
Berusaha Agar Tetap Baik
59
Umi dan Abi
60
Provokasi
61
Prahara Rumah Tangga
62
Angkasa Si Paling Pengertian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!