Tasya dan Al kini sudah bersiap, mereka tidak menggunakan pesawat. Jiwa travelling mereka tentu mencuat dan memutuskan untuk pergi berdua saja menggunakan lamborghini yang baru saja Al belikan untuk Tasya sebagai hadiah pernikahan.
Menurutnya ini romantis sih, berduaan sepanjang perjalanan karena memang hanya memiliki dua kursi saja. Mereka juga bisa pulang kapan saja sesuai kemauan Tasya. Sudah dibilang, kalau soal urusan romantisme itu Al jagonya.
"Ya udah kalian hati-hati ya, nikmati waktu berduaan kalian di sana. Kalau Al nyakitin kamu bilang sama Bunda," ucap Diana sembari mencium pipi putrinya, ya Tasya menurutnya bukan menantu, tapi putrinya sendiri.
"Iya, Bunda. Siap, Al gak akan macem-macem kalau udah diulti kaya gitu," balas Tasya terkekeh.
Terlihat di sana Radit sedang berbisik pada Al, lalu mereka berdua tertawa. Membuat Tasya keheranan, kenapa dia tidak diajak. Sesekali Tasya melirik ke arahnya. "Aman, Bang. Soal itu gua paham, lu bisa percaya gua."
"Kalian ngomongin apasih, kok gak ngajak?" Kesal Tasya.
"Jangan kepo, udah lu hati-hati ya di sana. Makan jangan kelewat, nurut sama suami," peringat Radit.
Tasya pun kalau sudah begitu ya hanya mengerucutkan bibirnya sambil tetap menyalami Radit. "Iyaa, ini berasa anak kecil aja deh harus diingetin apa-apa."
"Ya kalian anak bungsu, tolong sadar aja. Hati-hati di sana. Have fun," ucap Zea sambil memeluk adik iparnya itu.
"Siap." Balas Tasya sambil tersenyum pada semuanya. Setelah semuanya beres kini Tasya dan Al menaiki mobil lalu melambaikan tangan pada semuanya.
Radit tersenyum, Tasya terlihat bahagia sekali hari ini. Membuat dia semakin yakin kalau tidak salah menempatkan tanggung jawab pada Al. Harapannya hanya satu, semoga Tasya selalu bahagia menjalani pernikahannya.
Sepanjang perjalanan Tasya tidak ada hentinya untuk tersenyum, apalagi kini Al memakai mode atap terbuka yang membuat perjalanan mereka semakin nyaman. Cuaca yang bersahabat ditambah sejuknya angin membuat hari ini menjadi sangat baik.
"Aku gak sabar deh sampe di sana," gumam Tasya.
"Kamu pingin banget ke Lombok kenapa?" Tanya Al.
"Karena dari kota yang pingin aku kunjungi cuma Lombok doang yang belum tercapai. Kamu tau sendiri Abang kaya gimana. Mau minta izin itu susah. Kalau sekarang kan izinnya sama kamu jadi dibolehin."
"Boleh kalau sama aku, kalau sama orang lain ya tetep gak boleh," balas Al.
"Ihh kok gitu? Kalau misal sama Monik, Belva perginya gak boleh juga?" Tanya Tasya sembari melirik suaminya itu.
"Gak boleh, harus sama aku. Kamu tanggung jawab aku, selagi aku bisa ikut kenapa engga?" Al terkekeh lalu mengusap puncak kepala Tasya.
"Kamu gak mau jauh-jauh dari aku ya?" Goda Tasya sambil mendekatkan dirinya pada Al yang berada di sampingnya.
"Iya."
Kalau begini malah jadi dia yang tersipu, niatnya ingin menggoda Al malah dia juga yang terjebak dengan permainannya sendiri. "Hahaha gemes banget punya istri."
"Diem, jangan godain aku." Tasya memalingkan pandangannya kembali ke jalan. Bisa-bisanya dia salting hanya karena satu kata saja.
"Kalau gak godain kamu harus godain siapa lagi coba? Istri aku cuma kamu."
"Ya emang harus aku doang, emang kamu ada rencana punya banyak istri?" Tasya kini menatap Al dengan tajam. Tentulah dia tidak mau berbagi dengan siapapun.
"Kalau kamu izinin boleh," jawab Al santai.
"GAK BOLEH."
"Yaudah kamu aja berarti, lagian punya istri kaya kamu udah bersyukur banget. Paket lengkap, jadi aku gak butuh yang lain."
Tasya mengulum senyumnya, mereka sudah lama bertunangan, menghabiskan waktu bersama, bahkan kata-kata seperti ini juga sudah sering dia dapatkan, tapi kenapa rasanya berbeda ya?
Amanda pernah bilang, kalau saat kita menikah katanya hubungan seperti baru lagi. Seperti awal mula bersemi. Mungkin itu yang dirasakan Tasya sekarang. Apalagi banyak rutinitas barunya, padahal baru satu hari menikah.
.
.
.
Sudah larut malam, kemungkinan mereka akan sampai di Lombok nanti siang. Mereka kini sudah ada di kapal. Perjalanan yang mereka tempuh akan cukup lama tentunya.
"Aku lapar," ucap Tasya yang kini memegangi perutnya.
"Yaudah ayok kita cari makan ke resto," ajak Al sambil mengulurkan tangan pada Tasya.
Tasya tentu antusias, tidak peduli juga berat badannya naik atau tidak. Yang pasti dia harus mengisi perutnya sekarang juga. Sambil menunggu makanan mereka datang, Tasya melirik ke arah ponsel Al.
"Aku boleh liat hp kamu?" Tanya Tasya.
"Liat aja, kenapa harus nanya? Gak ada namanya privasi diantara kita. Biar kamu juga gak kebanyakan overthinking," jawab Al yang kini merapikan helaian rambut Tasya yang tertiup angin.
"Ya kali aja kan. Ada cowok tuh yang gak suka hpnya diliat-liat sama pasangannya. Makanya aku gak pernah liat hp kamu selama ini karena takut."
"Padahal kalau kamu minta pun aku kasih," jawab Al jujur.
Tasya tersenyum, ya ada perasaan lega saja yang dia rasakan. Berarti tidak ada yang Al tutupi darinya, kan? Jarang ada sekali lelaki yang seperti itu dan Tasya beruntung menjadi salah satu orang yang memilikinya.
Namun, bibirnya tiba-tiba mengerucut saat melihat WhatsApp Al yang sudah seperti asrama putri. Hampir rata-rata yang mengiriminya pesan adalah wanita. Apalagi Aruna, dia bahkan mengirimi sampai 150 pesan yang belum Al balas.
"Mukanya kenapa ditekuk gitu?" Tanya Al.
"Ini kenapa hp kamu udah kaya asrama putri deh," kesal Tasya.
"Yang penting kan gak dibales," ucap Al.
"Itu si Aruna kenapa sih chat kamu terus? Ini chatnya pagi lagi, kan dia tau ya aku udah jadi istri kamu. Masih aja dichat orangnya, kesel banget. Aku kan jadi merasa tersaingi, soalnya aku gak pernah chat kamu sebanyak ini," kata Tasya dengan nada yang dibuat jengkel.
Al menangkup pipi Tasya dengan lembut. "Udah aku bilang kamu yang paling cantik, kamu juga yang jadi pemenangnya dari semua yang chat aku. Dari dulu juga selalu kamu yang menang, jadi kenapa harus merasa tersaingi? Kamu gak pernah chat aku sebanyak itu ya jelas, kita ketemu setiap hari?" Jelas Al.
Gemas sekali rasanya melihat Tasya dengan mode cemburunya. Padahal cemburunya tidak berdasar. Hanya karena melihat pesan yang sama sekali tidak pernah Al balas. Memang Tasya saja yang begitu sensitif kalau soal wanita yang berusaha mendekati suaminya sekarang.
"Ya bener sih," gumam Tasya.
"Yaudah jangan dipikirin, kalau kamu mau balas atau blok juga gapapa. Kita kan bukan partner koass lagi. Jadi aku serahin ke kamu maunya gimana," ucap Al.
Tasya tersenyum dan kembali menyenderkan kepalanya pada lengan Al. Ya seharusnya dia menikmati perjalanan honeymoon nya dari pada memikirkan Aruna yang tidak jelas itu.
Dia juga tidak sekanak-kanakan itu untuk memblokir seseorang. Dia biarkan saja, namun dia iseng memposting story di semua aplikasi yang Al gunakan. Dunia harus tau kalau Tasya dan Al sekarang suami istri. Cukup lah untuk menampar orang-orang yang mendekati Al.
Al menghela napasnya, membiarkan sang istri melakukan apa yang dia mau. Lagi pula dia tidak keberatan.
"Aku buat postingan ini gapapa, kan?" Tanya Tasya yang memperlihatkan apa yang dia ketik di sana.
Al mengangguk lalu menciumi pipi Tasya dengan lembut. "Apapun yang buat kamu seneng boleh."
"Anything?" Tanya Tasya lagi.
"Hm anything, Baby."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments