Larasati berkutat dengan masakan nya, sudah sepuluh menit ia membuat sarapan pagi untuk mereka berdua. Hampir sebulan mereka tinggal bersama di apartemen miliknya.
Apartemen tempat mereka tinggal bersama langsung di atas namakan Larasati. Apartemen mewah di pusat kota dengan tiga kamar dan kamar mandi di dalamnya. Ruang tamu juga ruang makan yang menyatu dengan pantry.
Lelaki itu tak segan-segan membelanjakan uangnya untuk istri mudanya, perabot sesuai warna kesukaan nya, pakaian baru mengingat pakaiannya yang usang. Perhiasan dan pernak-pernik khas wanita.
Dan ia juga mendaftarkan nya di universitas ternama. Mengingat prestasi belajar, Larasati memilih untuk mendapatkan beasiswa. Dia tak mau memilih jalur umum.
"Apa yang kau masak?" Suara berat Bagaskara terdengar di belakang Larasati yang menyusun lauk pauk dan sayuran. "Hanya tumisan sayuran campur daging suwir ayam, telor balado, dan gorengan."
Larasati meletakkan semuanya di hadapan Bagaskara. "Semoga Mas suka." Katanya sambil menyendok nasi beserta kawannya kemudian diletakkan di depan Bagaskara.
"Besok kita ke dealer mencari mobil buat kamu." Ujar Bagaskara di sela kegiatannya makan.
"Enggak mas. Aku pilih naik bus saja. Atau aplikasi online saja." Sahut Larasati.
"Tidak! Alat transportasi akan mempermudah dalam kegiatan mu sehari-hari, jangan sampai ada kendala dalam keadaan yang tidak normal di kemudian hari." Bagaskara mengingatkan tentang itu.
"Baiklah, apa boleh aku minta Brio?" Pinta Larasati dengan menatap suaminya yang melongo hingga menjatuhkan sendok ditangannya.
Mendapat respon Bagaskara yang demikian Larasati menunduk," Terlalu mahal ya, Mas? Motor matic aja beat atau bekas juga ga masalah Mas. " Lanjut Larasati memelankan suara nya.
"Apartemen ini aja mewah, belum baju-baju juga daftar kuliah kan mahal Mas." Larasati dengan takut-takut mengutarakan isi pikirannya.
"Mhm. Kita lihat saja nanti, bagaimana dengan kursus mengemudi mobil? Lancar? " Bagaskara berdehem menetralisir sikapnya.
"Jangan kan Brio Ferarri juga mampu aku beli, akh. Kenapa istri ku yang lugu ini makin bikin aku gemas. Sudah hampir satu bulan tak dapat nahan rasa.. Masih belum puas rasanya kebutuhan ku." Batin Bagaskara kesal.
Setelah selesai sarapan Bagaskara meminta haknya lagi setelah dua ronde ia pamit, tak lupa Larasati takzim pada suaminya walaupun dalam keadaan polos karena letih melayani nya di ranjang.
Setelah Bagaskara pergi, Larasati belajar melalui internet, karena Bagaskara sudah memfasilitasi segala keperluan untuk kuliahnya. Karena kampus masih liburan sekolah, tak memiliki teman dan kerabat. Waktu nya ia habiskan untuk belajar dan nonton film.
Terkadang ia turun ke cafe sekitar apartemen hanya dengan berjalan kaki saja, dia hafal semua yang ada di sekitar apartemen. Kegiatan yang pasti adalah kursus mengemudi kemudian mendapatkan SIM mengendarai mobil.
"Hari ini aku pulang ke rumah utama." Sebuah pesan singkat Larasati terima dari Bagaskara. Larasati hanya menghela nafasnya .
RUMAH UTAMA adalah tempat tinggalnya bersama istri sahnya. Mereka memiliki rumah indah dan megah, foto mereka di pasang di dinding dalam ukuran besar.
Tiap sudutnya banyak foto-foto mereka begitu mesra, apakah Larasati cemburu karena itu? Tidak ada hak baginya untuk protes atau marah.
Wanita itu berjalan menyusuri jalan di sekitar apartemen nya. Ia melihat lowongan kerja part time ia pun masuk dan mencoba untuk bertanya, siapa tahu nanti dapat di terima. "Permisi mbak. Mau tanya apa dibutuhkan tenaga serabutan untuk minimarket ini?" Tanya nya.
"Benar, yang menata estalase juga merangkap kasir. Juga mencatatkan input barang yang ada " Jawab wanita paruh baya itu.
"Apakah mahasiswi boleh kerja di sini, Bu?" Tanya Larasati dengan wajah berharap. " Tentu, namun harus memberikan datanya.
Seperti yang ditakutkan oleh nya,
Pada akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Larasati tiba yakni kampus baru, impiannya menjadi mahasiswi.
Sebuah dekapan ditubuhnya membuat Larasati kaku, "Hati-hati jalan jangan banyak melamun!" Sebuah suara bas mengagetkan Larasati.
Matanya menatap lurus ke arah motor gede yang melintas dengan kecepatan tinggi. Lelaki itu menoleh sekilas tanpa menghentikan lajunya. " Davis! " Seruan dari seorang sekuriti kampus menggema.
"Terimakasih. " Larasati hanya menangkupkan ke-dua tangannya mengucapkan terima kasih pada lelaki itu. Yang mengenakan jaket BEM.
"Anak baru? Aku Dirga Atmaja. Kau?" Sapa lelaki itu memperkenalkan diri.
"Larasati, arsitek. Kakak?" Larasati balik bertanya. " Sama, aku ambil itu juga. Senang ketemu kamu." Jawabnya sambil tersenyum terlihat jelas dua lengkung menghiasi pipinya sama dengan milik Larasati.
Larasati juga menyapa sekuriti kampus yang berteriak tadi dengan senyuman, sebagai ucapan terima kasih. Wanita itu pamit meninggalkan tempat itu. Dia tak memperpanjang pembicaraan mereka, saat Dirga disapa oleh rekannya.
Larasati bergegas menuju mobilnya meninggalkan pelataran kampus. "Cantik, tapi sayang sudah nikah." Celetuk Egi. Dirga menoleh menatap sahabatnya. "Dia udah nikah?" Tanya nya.
"Iya ada di kartu identitasnya. Ada anak yang naksir dia, kayaknya dia pantas jadi adik Lo deh." Seloroh Egi.
"Ck. Kita enggak seayah dan seibu lagi, bagaimana mungkin bisa jadi saudara?" Dirga mencebikkan mulutnya kesal.
"Kalian sama Lo, dari alis, mata juga lesung pipi. Mirip banget." Lanjut Egi tergelak sambil berjalan mengekor di belakang Dirga.
Pertemuan mereka di awal kegiatan belajar di kampus. Tak mereka sadari ada lagi pertemuan mereka yang akan ada di kemudian hari.
Larasati mengganti pakaiannya dengan seragamnya minimarket. Dia berkerja sambil kuliah sudah menjadi tekadnya. Larasati juga melaporkan kegiatannya di waktu senggang itu.
Bagaskara tak memperdulikan lelaki itu tak mengekang kebebasan nya. Hanya dia selalu menekankan tugasnya sebagai seorang istri tak boleh dia abaikan.
"Larasati baru saja selesai membersihkan diri nya saat sebuah dekapan hangat dari belakangnya, serta hujan ciuman di tulang selangka nya. "Aku menginginkan mu, sekarang." Bisik Bagaskara serak.
Tanpa menunggu jawaban Bagaskara sudah melepaskan bathrob milik Larasati dan mengangkat nya dalam keadaan polos. Tak henti lelaki mencium bibir juga seluruh wajahnya.
Bagaskara langsung melepaskan pakaiannya begitu Larasati tergeletak di ranjangnya. Sambil menciumi Bagaskara melepaskan pakaiannya. Dengan cepat ia melakukan pemanasan langsung ke intinya.
Setelah itu ia langsung menerjang Larasati dengan menggebu dan tak memberikan kesempatan Larasati siap menerima nya. Bagaskara tak jadi pulang ke rumah utama, entahlah Larasati hanya pasrah. Bagaimanapun ia tetap istrinya yang harus melakukan kewajibannya.
Tugasnya hanya melahirkan anak sebagai imbalannya ia kuliah, itu pikirnya. Setidaknya dia tak mengusirnya setelah anak lahir. Ia masih dekat dengan buah hatinya.
"Apa ada masalah,Mas? " Larasati memberanikan diri bertanya kepada suaminya. Melihat Bagaskara yang nampak kusut menatap kosong setengah melamun.
"Bukan hal besar. Hanya pekerjaan, fokus pada belajar dan calon bayi kita." Jawab Bagaskara seraya mencium bibir Larasati sambil mengelus rambut panjangnya.
"Kita seharian disini saja, mhm? Kita pesan makanan saja. Kau pilih menu nya." Bagaskara menyorongkan ponselnya.
Larasati lagi mencelos melihat wallpaper nya foto mereka ( Bagaskara dan Karina). "Kau sangat mencintainya." Batin Larasati.
"Aku suka semua jenis masakan." Bisik Bagaskara, Larasati hanya diam dalam dekapannya. Sedangkan tangannya menscroll jenis masakan.
"Aku sudah memesannya. Maaf, aku mau bersih-bersih dulu. Gerah Mas!" Larasati bergerak dari dekapan Bagaskara. Lelaki itu melepaskan nya.
Larasati bergegas menuju kamar mandi, sejenak ia hanya menangis sesenggukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments