4. Tugas istri

"Kenapa mereka pulang cepat seperti itu, buru-buru amat!" Gerutu Suhadi sambil garuk-garuk kepalanya. Namun istrinya pura-pura melihat pekerjaan rumah yang terbengkalai.

Karena pada dasarnya anak-anak nya Anik pemalas, tidak didik baik. Terlihat rumah bersih hanya yang terlihat saja selebihnya berantakan dan kotor.

"Seharusnya kau langsung meminta maharnya Pak. Jadi orang itu jangan terlalu pasif! Sudah selayaknya kita meminta, sebagai imbal balik karena sudah mengurusi segala sesuatu tentang dia." Gerutu Anik, masih belum terima karena kesempatan untuk meminta semua maharnya hilang.

Karena interupsi Bagaskara Anik tak bisa menekan keponakan nya lagi. Dia sengaja mencari Larasati karena ingin mengetahui sisi buruk keluarga nya.

"Aku pikir kalian akan menginap di sana?" Kata Darto saat melihat putra dan menantunya datang, mendekat segera menyalaminya.

"Tolong buat kan kopi buat kami." Titah Bagaskara pada istri kecilnya. Gadis itu mengangguk tanpa suara.

"Bi, tolong bawa semuanya di bagasi ke kamar ku! Terimakasih." Ucap Bagaskara kepada bi Surti.

"Perempuan itu, Budhenya jahat sekali, Yah. Sungguh dia tak memberikan sesuatu hanya percuma. Bagaimana tidak, dengan tak tahu malunya ia meminta maharnya.. Bukankah Ayah sudah memberi uang dapur 25 juta. Buat syukuran? Mana dia juga tak melakukan hajatan nya. " Omel Bagaskara

"Semuanya dilakukan di sini. Ayah yang melakukan malam Widodaren, hajatan doa nya berikut resepsi pernikahan nya. Wanita matre itu bikin kesal saja. Aku akan bawa dia ke kota yah. " Sungutnya.

"Agar dia tak bisa memeras nya lagi, dia diperlakukan buruk. Rumah nya sederhana ukuran untuk dikota. Setidaknya dia berikanlah fasilitas cukup untuk keponakannya sendiri." Lanjut nya.

"Bukannya diperlakukan seperti pembantu." Gerutu Bagaskara tak habis-habisnya. Darto hanya tersenyum sembari menghisap kreteknya. Bersamaan munculnya Larasati membawa gorengan pisang beserta kopinya. "Cepat sekali sudah goreng pisang." celetuk Darto.

"Bi Surti Yah yang menggoreng nya, saya hanya bikin kopi." Jawab Larasati dengan wajah malunya.

"Duduk di sini saja, temani suami mu!" Perintah Darto. Larasati mengambil kursi di sebelah Bagaskara. "Mumpung masih cuti berbulan madu, ke kota. Menginap di hotel lalu jalan-jalan di tempat wisata lokal. "

" Anggap saja perkenalan sekaligus penjajakan kalian, bagaimanapun juga kalian butuh waktu penyesuaian diri." Ujar Darto sambil menikmati kopinya.

" Bukankah Mas Bagaskara akan pergi ke kota? Dan Ayah akan sendirian lagi. Jadi kita kumpul di sini saja sambil menikmati kebersamaan bukankah itu lebih baik?" Jawab Larasati perlahan-lahan.

Bagaskara tersenyum tipis, insting nya benar istri kecilnya ini sangat pengertian dan peka akan situasinya.

"Bagus juga, aku akan menemani Ayah di sini sampai Jumat. Setelah itu aku akan pulang. Bagaimana menurut Ayah?" Balik Bagaskara. Lelaki paruh baya itu berkaca-kaca terharu dan mengangguk mengiyakan. "Terimakasih atas pengertian kalian." Lelaki itu tersenyum puas.

"Aku tak salah memilih mu. " Gumam nya lagi sedangkan Bagaskara menyesap kopi hitam nya. Larasati hanya menundukkan kepalanya meremas ujung dress-nya.

"Nanti di kota kau akan kuliah, biayanya ditanggung oleh Suamimu, jadilah Istri yang baik, Sholehah menjaga marwahnya suami." Darto menasehatinya.

"Maaf, bukankah di kota ada istri pertama Mas Bagas? Tugas saya di sini kan menjaga ayah?" Tanya Larasati bingung.

"Jika kau di sini lalu kapan aku punya cucu? Larasati kau akan ikut dengan nya, istri pertamanya seorang model dan tidak mau hamil. Ya, tugas kamu lah yang melahirkan keturunan keluarga kita. " Kata Darto.

"Jika Allah berkehendak lain ya Ayah terima saja. Kan kita wajib bertanggung jawab." Jelas Darto, Larasati hanya terdiam, artinya jika kelak dia tak melahirkan bayi karena suatu hal yang diluar jangkauan nya maka juragan Darto tak akan menuntut tanggung jawab itu.

Bagaskara mengirim pesan singkat kepada asisten nya. Untuk mendaftarkan di universitas ternama sesuai bidang yang di minati oleh Larasati. Lelaki itu sedang membolak-balik halaman buku sketsa desain interior milik Larasati.

Dia merasakan kekaguman mengenai gambarnya walaupun Larasati belum kuliah, ada bakat dalam bidang itu. "Sebelum kuliah, kita belanja semua keperluan mu. Tinggalkan pakaian mu itu. "

"Kau harus menjaga reputasi ku sebagai suamimu. Jaga marwah sebagai istri yang baik. Kemanapun kau harus kabarin aku. Jangan pulang telat atau keluyuran tak jelas." Bagaskara berkata dengan suara lembutnya menatap Larasati yang duduk di sampingnya.

"Pakaian ku masih bagus kok Mas, Mengapa di ganti? " Tanya Larasati bingung. "Lakukan sesuai yang ku pinta. Baju yang disediakan oleh Ayah saja yang kau bawa nanti sisanya kita beli di sana. " Tegas Bagaskara sambil menutup bukunya Larasati, meletakkan di meja samping ranjangnya.

Lelaki itu langsung merebahkan tubuhnya beristirahat. Sedangkan Larasati tangannya menggantung kala hendak menyentuh pakaiannya yang dia bawa dari rumah Budhe nya.

Dengan menghela nafasnya tanpa melihat ia menata beberapa potong baju yang dibelikan oleh mertuanya.

"Perhiasan itu di bawa saja , semuanya milik mu. Pakai tas jinjing di almari bagian atas." Seru Bagaskara.

Larasati pun menengadah menatap rak atas yang jauh tinggi dari nya. Larasati terjengkit tubuhnya sesaat melihat sebuah tangan muncul di dekatnya. Ia tak berani menoleh.

Deru nafasnya yang berat terasa di puncak kepalanya. "Jika kau tak bisa menjangkaunya kan bisa bilang minta tolong gitu?" Sungutnya tampa melihat Larasati yang jantungnya yang dangdutan.

"Maafkan aku mas. Terimakasih atas bantuannya." Larasati langsung mengemasi pakaiannya juga beberapa barang yang ingin di bawanya.

Setelah itu ia membaringkan tubuhnya di dekat suaminya yang sudah memejamkan matanya.

Keesokan harinya mereka berangkat ke bandara di antar supir pribadinya Darto. Kembali ke Jakarta sepanjang perjalanan ke sana Larasati dengan rasa kagumnya melihat sekelilingnya begitu takjub.

Ia tak berkedip melihat pemandangan yang mereka lewati saat kembali ke Jakarta. Larasati tak pernah berpergian, kemanapun di desanya ia jalan kaki paling jauh ke pasar, hiburan nya jika ada acara desa, pasar malam.

Budhe Anik tak pernah memberikan kebebasan nya untuk keluar rumah bermain, atau sekedar jalan-jalan bersama keluarga pun tak pernah. Dia disuruh berdiam diri di rumah, dengan pekerjaan rumah.

Wanita itu tak pernah berhenti memerintah Larasati dengan segala pekerjaan rumah tangga. Katanya ", Harus berlatih dari sini agar kelak tidak terkejut jika mempunyai suami yang pas-pasan dan tak dapat memiliki barang mewah."

Namun nasib berkata lain, dia menjadi istri seorang pengusaha sukses. Walaupun hanya sebagai istri ke dua, bagi Larasati ini sudah takdir nya

Mencoba untuk menerimanya dengan senang hati dan mengabdi layaknya seorang istri yang baik. Mengenai apa yang akan terjadi kelak nanti. Dia akan mencoba untuk tegar menghadapinya.

Larasati mengedarkan pandangan melihat pemandangan awan yang begitu dekat dengan nya, juga ramainya kegiatan bandara. Ia mengikuti gerakan suaminya dan arahannya. Agar tak dikatakan kuper dan semacamnya.

Begitu sampai di apartemen hanya ada ranjang saja dan almari pakaian besar. Mereka bergantian membersihkan diri dari jejak keringat sehabis melakukan perjalanan pulang.

Bagaskara meletakkan makanan di nakas samping meja ranjangnya. "Kau makan dulu atau melayani ku terlebih dahulu? Pilih salah satu!" Titah Bagaskara.

Larasati hanya mematung menatap wajah suaminya yang berdiri menatap tajam. " Terserah Mas, enaknya gimana. Saya menurut saja." Cicit Larasati pelan.

Lelaki itu langsung menyeringai lebar langsung sekali sentakan melepaskan pakaiannya sambil mengikis jarak mereka. Larasati dalam sekejap sudah dalam Kungkungan nya.

Bagaskara tak melakukan pemanasan lama ia langsung menyatukan mereka dan bergerak sesuai hasratnya yang menggebu. Larasati hanya menerima perlakuannya dengan mencengkeram erat seprainya dengan memejamkan matanya.

Entah keberapa kalinya Larasati merasakan banjir di bawah sana, ia hanya lelah dan suara rancuan Bagaskara tak didengar nya. Merasakan perih disana juga bercampur nikmat. Hingga akhirnya lelaki itu berguling di samping nya. HANYA MENJALANKAN TUGAS ISTRI. Batinnya sambil mencoba untuk tidur saat ia merasakan Bagaskara menyelimutinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!