Untuk sekolahku sendiri tidak ada yang begitu khusus, aku tidak memiliki satupun orang yang bisa aku panggil sebagai teman karena Brian menyebarkan rumor tentangku yang merupakan seorang pembohong, anak aneh, dan banyak panggilan lainnya.
Itulah penyebab aku cukup di hindari dan tidak ada satupun yang mau mendekatiku. Yang mereka lakukan hanya melihatku dari jauh atau membicarakan beberapa hal tidak sopan tentangku.
Ya ampun, padahal yang lebih aneh adalah mereka yang mempercayai perkataan Brian tanpa memastikan apakah semua yang mereka dengar itu sebuah kebenaran atau bukan. Tentu saja hal itu di pengaruhi oleh Reputasi Brian sebagai Ketua Osis.
Aku pikir pengaruh Osis tidak sebesar itu tapi tampaknya aku salah, bahkan itu mencapai tahap bisa menyeret opini dari banyak orang. Hal itu cukup mengejutkan.
Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah Brian yang menyebarkan rumor buruk tentangku tanpa berpikir jika apa yang dilakukannya itu memiliki kemungkinan mempengaruhi nama baik keluarganya karena aku juga tinggal bersamanya, seperti biasa babi itu benar-benar bodoh.
Kenapa babi sepertinya bisa menjadi seorang Ketua Osis? Pasti ada yang salah dengan pemilihannya.
Karena itulah hari ini pun aku melakukan aktifitas sekolah seperti biasanya. Yaitu datang ke kelas, mendengarkan beberapa guru menjelaskan, mencatatnya, mengerjakan tugas dan kembali saat bel pulang berbunyi.
Tentu saja yang aku maksud kembali bukanlah langsung menuju ke rumah Keluarga Sena, karena aku akan mampir ke beberapa tempat terlebih dahulu sebelum itu untuk bersenang-senang.
Aku sudah mengatakan jika aku mengikuti sebuah Ekskul di sekolah pada Bibi An dan Paman Daniel jadi tidak perlu khawatir untuk dimarahi selama aku tidak pulang terlalu malam. Tujuan dari perjalananku saat ini sudah di pastikan, yaitu kaki gunung.
Saat ini masih jam dua sore, ada banyak waktu untuk berjalan ke gunung. Aku berencana menemui seorang Roh ramah yang sudah aku temui sebelumnya.
Hal ini cukup jarang terjadi, karena biasanya para Roh membenci manusia tapi ada beberapa yang menyukai manusia juga.
Tentu saja jumlah yang menyukai jauh lebih sedikit. Tapi aku menemukan beberapa dari jenis itu di salah satu gunung saat menjelajah sendiri sebelumnya.
Dengan semangat tinggi di setiap langkah yang aku ambil, berjalan lebih dekat menuju gunung dimana semua Roh itu berada.
Saat ini masih siang hari, aku tidak perlu khawatir akan kemunculan Roh jahat atau Roh kuat yang membahayakan.
____________________________________
Aliran angin menyejukkan yang mengalir pada sekeliling, menciptakan sebuah gesekan diantara dedaunan hijau yang perlahan berjatuhan, kicauan nyaring dari beberapa burung yang bergabung, menciptakan sebuah irama yang menenangkan pikiran. Tanah yang lembut tapi juga kokoh, dengan tanda setapak yang membawamu menuju suatu tempat.
Mengabaikan beberapa suara langkah kaki kecil di belakangku, aku terus berjalan pada tanda setapak seolah tidak menghiraukan apapun.
"Hei, ada anak manusia disini!!" Kicau suara nyaring layaknya sebuah terompet rusak.
"Apa yang dilakukan oleh seorang anak manusia di gunung kecil seperti ini?" Kalau yang ini memiliki pembawaan tenang, seperti suara pria tua.
"Mungkin dia ingin menumbalkan dirinya atau keluarga miliknya pada Dewa di Gunung ini untuk mengabulkan permintaan tertentu?" Ucap suara serak, memiliki nada yang sama seperti anak kecil.
"Tidak ... Aku tidak terlalu yakin tapi rasanya anak itu memiliki Energi Spiritual yang sangat besar! Apa mungkin dia berniat untuk membasmi semua Roh di gunung kecil ini?!" Teriak si pemilik suara terompet rusak.
"Tidak mungkin hal itu terjadi. Jika dia memiliki Energi Spiritual sebesar itu, maka harusnya dia bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita tapi dia tetap berjalan dan memasang ekspresi bodoh seperti itu. Terlebih, mana mungkin Tuan tanah akan membiarkan anak sepertinya berbuat—Urghh!!"
Sebelum si pemilik suara pria tua itu menyelesaikan perkataannya, aku membalik badan dan melihat ke arah ketiga Roh yang mengikuti di belakang, kemudian ketiganya yang terlambat merespon menabrak kakiku secara bersamaan dan terjatuh ke belakang.
"Hei, siapa yang kau sebut memiliki ekspresi bodoh?"
Tiga Roh yang terjatuh itu mematung, mereka mengarahkan tatapan pada wajahku tanpa mengatakan apapun. Sepertinya mereka sedang berusaha untuk memahami apa yang sedang terjadi saat ini.
Roh yang pertama memiliki wujud layaknya bola bulu berwarna abu-abu dengan dua tangan dan kaki yang langsung terhubung dengan bulunya, lalu satu bola mata lebar di bagian tengah bulu dan paruh berwarna jingga sepanjang 10 cm yang keluar tepat di bagian bawah matanya.
Sepertinya dia pemilik suara yang mirip dengan terompet rusak itu. Tatapannya terlihat lebih waspada dari kedua Roh lainnya.
Sedangkan Roh yang kedua memiliki wujud layaknya tempurung kura-kura berwarna hijau terang yang memiliki kaki dan tangan, dengan tiga mata pada bagian tengah tempurung dan satu mulut lebar di bawah ketiga matanya.
Kalau yang ini pastinya pemilik suara mirip Pak tua sebelumnya, lagipula dia yang menabrak kakiku pertama kalinya dan aku sudah mendengar erangan kecilnya.
Lalu terakhir, Roh yang ketiga. Memiliki wujud menyerupai seekor panda dengan warna hitam dan putih yang terbalik. Selain warna dan ukurannya, wujud lainnya benar-benar menyerupai seekor panda.
Karena aku sudah tahu dua pemilik suara sebelumnya, jadi pasti Panda ini pemilik suara serak itu.
Aku mengangguk perlahan selagi melihat ketiga Roh yang duduk tenang di depanku.
Ketiganya sama-sama memiliki ukuran yang sama dengan sebuah bola tennis ... Atau mungkin bola pingpong?
Apapun itu, mereka terlihat cukup imut. Jika bisa aku ingin membawa mereka.
Yah, hal itu tidak mungkin terjadi sih.
"Ke-ke-kenapa seorang anak manusia bisa melihat kami?" Ucap si bola bulu, dengan suaranya yang gemetar.
"Hm? Kenapa? Apa ada yang salah jika seorang manusia bisa melihat kalian? Sebelumnya kau sudah mengatakan beberapa hal tentang aku yang memiliki Energi Spiritual atau apapun itu cukup besar, kan? Kau juga sudah menduga jika aku bisa melihat kalian. Lalu kenapa kau bertanya lagi?"
Aku menekuk lutut dan berjongkok, mendekatkan wajahku ke arah ketiga Roh yang masih duduk pada permukaan tanah. Dengan serempak, ketiganya segera mundur beberapa sentimeter ke belakang.
Mereka benar-benar waspada denganku. Hmm ... Apa yang sebaiknya aku katakan di situasi seperti ini, ya? Lupakan itu. Lebih baik aku segera masuk ke intinya sebelum hari menjadi gelap.
"Hei, apa kalian tahu Roh yang memiliki wujud seekor rubah dengan sembilan ekor dan sembilan kepala? Aku menemuinya tiga hari lalu dan kami sudah berjanji untuk bertemu kembali di sekitar sini. Jika kalian tahu, aku harap untuk memberitahukannya padaku." Ucapku dengan nada seramah mungkin.
"Hm? Roh berwujud seekor Rubah dengan sembilan ekor dan sembilan kepala? Aku tidak pernah melihatnya. Bagaimana dengan kalian berdua?" Tanya si Tempurung selagi menengok pada kedua rekan di sampingnya.
Keduanya menggelengkan tubuh mereka ke samping, mereka tidak tahu ya? Bagaimana ini? Mencarinya secara sembarangan juga hanya akan membuang-buang waktu.
"Apa kalian tahu tempat dimana aku mungkin bisa menemukannya? Atau tempat di mana aku bisa bertanya pada Roh yang kemungkinan mengetahuinya? Aku akan memberi kalian kacang ini sebagai gantinya."
Aku merogoh saku dan mengeluarkan beberapa kacang, ini sisa dari penelitian di kebun sekolah tadi pagi. Untung saja aku membawanya.
"Kacang!! Berikan padaku!!"
"Aku juga mau!!"
"Hei, bocah manusia!! Berikan semua kacang milikmu padaku!!"
Sepertinya mereka menyukainya, syukurlah kalau begitu.
"Ya~ ya~ aku membawa banyak jadi ambil semuanya."
Setelah melakukan beberapa penyogokan kecil itu, ketiga Roh itu langsung memberitahuku tempat di mana seorang Roh yang mungkin mengetahui keberadaan dari Roh rubah berkepala sembilan yang aku cari.
Tempatnya terletak pada bagian Utara kaki gunung, saat ini aku berada di sebelah barat laut jadi jarak dari tempatnya sendiri cukup dekat. Pada akhirnya, aku pun memutuskan untuk pergi ke sana.
Lalu ini mungkin sedikit tidak berkaitan, tapi perasaan tentang adanya sesuatu mengawasi diriku entah kenapa terasa lebih kuat dari sebelumnya.
Tapi saat aku mencoba untuk mencari tahu sumbernya, anehnya tidak menemukan apapun.
Apa mungkin hanya perasaanku? Aku harap tidak terjadi apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments