Hening. Rama belum merespon ucapan istrinya. Ia menatap sorot mata wanita dihadapannya, tidak ada kesedihan seperi semalam. Istrinya terlihat tenang.
"Baiklah aku setuju untuk bercerai dengan satu syarat, jadilah kekasihku! satu bulan saja" ucap Nirwana kembali. Nana mengajukan syarat perceraiannya.
"Kekasih?" tanya Rama sembari memicingkan kedua matanya.
"Ya, beri aku waktu, mari kita jalani hubungan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai. Jika dalam satu bulan kau tidak bisa mencintaiku, aku akan memberikan tanda tanganku tanpa syarat lagi" ucap Nana pasti.
Rama tampak berpikir, hanya satu bulan. Itu waktu yang sebentar dan tidak akan mengubah apapun.
"Baiklah aku setuju" jawabnya tak kalah tegas.
Nana mengulurkan tangannya, Rama menerima uluran tangannya, mereka berjabat tangan sebagai tanda mereka sepakat untuk menjalani hubungan satu bulan sebagai sepasang kekasih.
"Dan itu akan dimulai besok, hari ini aku akan bersiap siap dulu?" ucap Nana tegas, tidak ada lagi Nana yang lemah lembut dan sok imut.
"Mau kemana? " tanya Rama heran.
"Bukankah kita sepasang kekasih sekarang, jadi aku harus keluar dari rumah ini, kita tidak boleh tinggal dalam satu atap" jelas Nana.
Rama terdiam mendengar ucapan istrinya itu yang sekarang sudah berubah status menjadi kekasihnya. Nana berlalu pergi menuju kamar yang selama ini mereka tempati.
Masuk ke dalam kamar, ia langsung mengambil koper dan memasukkan beberapa baju yang dulu dia bawa waktu pindah ke kota Surabaya tempat tinggal suaminya. Membawa sebagian baju yang dibelikan oleh mertuanya, buat jaga - jaga kalau nanti ia butuh.
Memandang kamar itu sejenak. "Sampai jumpa kamar cantik" gumamnya sebelum menyeret kopernya keluar kamar.
"Kau akan tinggal dimana? " Suara bariton suaminya menghentikan langkahnya, Nana pikir suaminya itu sudah berangkat ke kantor. Nana berbalik.
"Aku akan mencari kos - kosan" jawab Nana biasa saja. Dia akan mencari tempat tinggal yang murah sesuai dengan dompetnya.
"Tinggallah di apartemenku" tawar Rama
Nana berpikir sejenak, meskipun sudah setahun hidup di kota Surabaya, dia belum terlalu mengenal kota itu. Dia benar benar berubah menjadi gadis imut dan pendiam, sering di rumah. Nana akan keluar rumah jika mama Silvi mengajaknya belanja.
Hanya mama Silvi yang membawanya jalan - jalan. Suaminya kemana? jangan ditanya Rama
sangat dingin kepadanya hanya di atas ranjang ia akan bersikap hangat.
Kalau dulu ia sering keluyuran, nongkrong, bar - bar, kasar sekarang ia berubah 180 derajad. Nana ingin berubah karena pesan ayahnya dan juga karena ia telah jatuh cinta pada suaminya.
Dia hanya ingin menjadi wanita yang layak untuk Rama, dia akan selalu bersikap baik dan tidak nakal supaya Rama menyukainya.
Kata mama Silvi, Rama suka wanita yang lemah lembut dan feminim.
Setelah berpikir sejenak Nana pun mengangguk.
Dia menerima kunci yang disodorkan Rama. Katanya itu adalah kunci apartemen. Tidak seperti kunci kebanyakan tapi seperti kartu atm.
Nana dengan ragu menerima kunci itu, meskipun ia tidak pernah memegang kartu apartemen tapi jangan sampai ia menunjukkannya pada Rama.
"Aku harus kemana?" tanyanya bingung setelah menerima kartu itu.
"Ke apartemenku"
"Alamatnya dimana?" tanya Nana lagi
"Aku akan mengantarmu"
Kenapa tidak bilang dari tadi.
"Terima kasih"
Mereka keluar bersama, berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman rumah. Nana tidak bisa mengemudi kan mobil. Di tempat tinggalnya, hanya sepeda yang dimilikinya.
Mobilpun melaju membelah keramaian kota Surabaya di pagi hari.
Setengah jam kemudian Mobil Rama berhenti di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Itu adalah apartemen Rama.
"Disini apartemenmu?" tanya Nana spontan.
"Hemmm" jawab Rama hanya berdehem ria.
"Kau menyewa disini? " Rama melotot tajam ke arahnya. "Aku hanya bertanya? Jadi kau membelinya"
Tanpa menjawab Rama keluar dari dalam mobil, diikuti Nana. Rama melangkah menuju lift disusul Nana. Nana memperhatikan Rama menggunakan liftnya, karena jujur ini adalah pertama kali Nana naik lift.
Dikota kecilnya tidak ada lift yang ada hanya tangga escalator. Beberapa kali mama Silvi mengajaknya naik lift, namun dengan halus Nana menolaknya.
Dia bersikap setenang mungkin , jangan sampai Rama merasa curiga. Sangat memalukan jika Rama tahu ini adalah pertama kalinya ia naik lift.
Lift terbuka, Rama masuk ke dalam, Nana segera menyusulnya dengan langkah cepat. Rama hanya melihatnya aneh.
Apa aku ketahuan ya.
Nana hanya tersenyum saat ditatap Rama. Tanpa terasa lift sudah naik ke atas dan berhenti dilantai 11. Entah ada berapa lantai gedung itu.
Mungkin besok aku akan menghitungnya.
Rama berjalan dan berhenti di depan pintu apartemen dengan nomor 55. Memasukkan kartunya kemudian pintu itu terbuka. Sejak tadi Nana tak melepaskan tatapannya akan aktivitaa Rama supaya besok ia bisa mempraktekkannya dengan lancar.
Rama membuka pintu lalu mempersilahkan Nana masuk.
"Masuklah! kamarmu yang itu" Rama menunjuk kamar tamu. Untuk sementara Nana akan tinggal disana. Nana mengangguk.
"Terima kasih" ucapnya sembari melihat isi bangunan itu. Ia merasa takjub, siapa yang punya ide membuat apartemen ini. "Dikotaku juga ada seperti ini, tapi biasanya disebut rumah susun bukan apartemen" gunamnya pelan.
"Aku akan ke kantor, kau bisa ditinggal sendiri? " tanya Rama sembari berpamitan sebelum keluar dari apartemen itu
"Ya, tidak apa - apa, terima kasih sudah mengantarku" jawab Nana ramah.
Rama keluar dari apartemen dengan pikiran yang entahlah, dia pun bingung dengan pikirannya.
Nana menyeret kopernya menuju kamar yang ditunjuk Rama. Mengeluarkan bisi kopernya, kemudian menyusun bajunya di lemari.
Dia membawa surat cerai itu dan beberapa dikumen penting.
"Aku harus mencari pekerjaan sebelum menjanda, dan semoga saja itu tidak terjadi. Jika memang harus bercerai aku harus siap dengan segaka konsekuensinya" gumam Nana lirih.
"Aku sudah tidak punya orangtua, suamipun masih abu abu, tidak ada yang akan menanggung hidupku. Aku harus bekerja untuk biaya hidup"
Setelah semuanya rapi. Nana akan keluar apartemen untuk mencari pekerjaan.
Setelah di depan lift. Tiba- tiba lift terbuka Nana segera masuk, ia melakukan seperti yang Rama lakukan tadi, bedanya ia menekan tombol untuk turun bukan naik.
Nana bernafas lega setelah keluar dari lift dengan mengusap dadanya pelan.
Dia berpakaian formal dengan map coklat ditangannya.
"Semangat semoga hari ini dapat pekerjaan" ucapnya pada diri sendiri.
Nana sudah berkeliling, keluar masuk dari perusahaan ini ke perusahaan itu. Saat ini ia berada didepan gedung besar dan tinggi.
"Kalau aku melamar pekerjaan disini, kira - kira diterima gak ya" tanya Nana pada dirinya sendiri.
"Tuan, bukankah itu Nyonya Nana" Beritahu Dimas asisten setia Rama.
Rama melihat ke arah yang ditunjuk Dimas.
"Kenapa dia berdiri disana? Apa yang dia lakukan? " tanya Rama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
ya mau cari kerja Rama kan mau cerai dr km buat jaga jaga m,jangan sampai masuk ke perusahaan kantor Rama bisa g diterima atau sebaliknya yg kuat ya Nana
2024-03-07
1
Sandisalbiah
jgn sampai nyasar di kantor Rama.. semoga Nana lebih kuat..
2023-12-22
0
Uthie
menurut saya menarik ceritanya 👍🤗
2023-04-30
1