Memulai Hidup Baru

Sejak percakapan malam kemarin, Arya sangat merasakan gelisah. Menghubungi Givanya mau pun Alea, Mami Givanya sudah berkali-kali Arya lakukan namun tetap saja tidak aktif.

Menghubungi sang Mamah, Arya selalu mendapat ceramah yang menurutnya sangat tidak bisa di terima.

“Ar, fokuslah bekerja. Givanya saja tidak mau memberikan kabar padamu. Itu artinya dia memang tidak ingin hubungan kalian baik-baik. Datang ke rumah menemui Papah dan Mamah saja tidak.” Inilah kata terakhir yang Arya dengar.

Berusaha menyelesaikan pekerjaan, nyatanya Arya menyerah. Hari ke delapan ia berada di luar negeri. Arya memilih pulang tanpa menyelesaikan pekerjaannya.

“Pah, tolong kali ini bantu Arya. Arya harus pulang. Papa bisa ganti Arya kan?” Tak bisa menolak sebab masa depan perusahaan hanya ada di tangan dia pria itu. Akhirnya Papah Riko mengiyakan permintaan sang anak.

Sedangkan di tempat yang berbeda, Givanya meneteskan air mata. Memperjuangkan cinta yang tak mendapat restu bahkan melihat bagaimana rupa asli sang mertua, membuat Givanya merasa bukan tidak mungkin Arya pun bisa bersikap demikian.

Pria tampan dan mapan yang kerap kali mengutarakan pujian padanya tentang kecantikan luar dalam yang Givanya miliki, membuat pikiran Givanya tak yakin jika Arya tak memandang ia dari segi fisik.

“Giv, tenanglah. Sebentar lagi kita akan sampai. Mami harap kamu akan mau mengikuti nasihat Mami. Kita tidak bisa bertahan di kota itu lagi, uang kita tidak akan cukup, Givanya. Membayar denda kontrak kerja itu sangat mahal. Sabar yah?” Alea tampak memeluk sang anak.

Dalam hati Alea menangis pilu. “Maafkan Mami, Giv. Mereka sangat jahat untuk kita yang kecil ini, Nak. Kita tidak akan hidup tenang selama di dekat mereka. Mami tidak bermaksud memaksamu pindah ke kota kecil ini.”

Keduanya terus saling berpelukan untuk menguatkan. Givanya bahkan tak bersuara apa pun selama perjalanan. Ia rasa tak ada gunanya untuk berbicara, sebab semuanya sudah hancur.

“Mami hanya menyimpan uang sisa kerjamu di atm tabungan kamu, sayang. Meskipun masih kurang, Mami akan usahakan untuk mengumpulkan uang tambahan. Suatu saat pasti ada waktunya orang akan mendonorkan mata untukmu.” Ucapan Alea seakan membuat Givanya teringat dengan kekurangannya kali ini.

Terlalu larut dalam keputus asaan, Givanya lupa jika ia harus berjuang untuk tetap sembuh dari buta itu.

“Givanya hanya tidak habis pikir Mi, mereka sangat tega dengan Givanya. Selama ini Mamah Vivi dan Papa Riko begitu sayang dengan Givanya. Tapi, sekarang mereka bahkan sangat tidak mau melihat Givanya.”

Tangis pilu menemani perjalanan mereka hingga akhirnya dua wanita itu tiba di sebuah rumah yang berukuran tidak begitu besar dan tidak begitu kecil.

Kala taksi itu pergi, Alea menuntun sang anak masuk ke dalam rumah. “Sayang. Duduk di sini dulu. Di dalam ternyata kotor sekali. Mami akan bersihkan dulu yah?” Alea membiarkan Givanya duduk di teras rumah.

Rumah Alea yang sudah lama tak ia tinggali semenjak kepergian kedua orangtuanya. Beruntung ia tak menjual rumah mendiang orangtuanya itu.

“Mami, Givanya bantu yah?” Tentu sebagai anak ia tidak akan tega membiarkan sang ibu kelelahan seorang diri.

“Sudah duduklah di sana. Lantainya sangat licin, Mami sebentar lagi selesai kok.”

Hingga tanpa terasa siang itu mereka habiskan dengan merapikan rumah dan beberapa barang bawaan mereka. Waktu kini sudah menunjukkan angka sembilan malam.

“Mba Alea, yah?” Seorang wanita dari sekitar rumah itu tampak menyembulkan kepalanya masuk.

“Siapa, Mi?” Tanya Givanya.

“Sepertinya tetangga lama.” jawab Alea beranjak dari duduknya.

“Eh Narti, iya Narti kan?” Alea sangat terkejut dan senang melihat tetangganya datang menghampiri rumah mereka.

Keduanya pun berpelukan sembari tertawa bahagia. Lama tak berjumpa tak mengurangi keakraban keduanya.

“Kalian sedang apa? Itu siapa?” tanya Narti kala melihat Givanya duduk dengan mie goreng di depannya.

Belum sempat memasak membuat Alea memilih membuat mie goreng. Besok ia berniat untuk ke pasar membeli bahan masakan.

“Oh itu…” tutur Alea terhenti kala mendengar ucapan sang putri.

“Senja, Tante. Nama Senja Givanya, anaknya Mami Alea.” Givanya tak menampakkan wajah sedih lagi.

Bahkan Alea pun kaget melihat reaksi sang anak yang tampak biasa-biasa saja.

Narti tersenyum mengangguk. Paras cantik Givanya membuatnya kagum.

“Jadi ini bintang modelnya kota kita yah, Alea? Cantik sekali.” Narti tersenyum mengagumi paras ayu anak tetangganya itu.

Alea sadar akan perubahan wajah sang anak, ia pun bergerak membawa tetangganyanya masuk ke dalam rumah.

“Ayo duduk dulu. Giv, makanlah. Obatmu harus kamu minum.” tutur Alea dengan lembut.

Narti yang kaget melihat wajah Givanya pun berusaha terlihat tenang. Sembari matanya melihat kode Alea yang memintanya diam dengan isyarat jari di bibirnya.

Melihat hanya ada sepiring mie instan, Narti pun berinisiatif membawa mereka ke rumahnya. “Senja yah tadi? Mau makan di rumah Tante saja? Kebetulan Tante masak banyak semua sudah pada makan. Kasihan mau minum obat makannya malah mie goreng.”

Tak menolak, Senja Givanya pun tersenyum. “Boleh Tante.” jawabnya.

Alea senang bercampur sedih. Ia tidak tega melihat sang anak terlihat baik-baik saja saat ini.

Mereka pun menuju kediaman tetangga lama itu. Disana Senja makan dengan lahap. Sementara Alea sudah menyelesaikan makannya dan berbicara bersama Narti.

Usai makan mereka pun di suguhkan beberapa kue dan cemilan. Sungguh Alea sangat bersyukur memiliki tetangga lama yang masih sangat baik padanya sama seperti dulu.

Hingga keduanya berbincang cukup lama.

“Narti, kami pulang dulu. Sudah sangat malam. Senja pasti kelelahan.”

***

Pagi ini rasanya begitu beda. Meski tak dapat melihat, nyatanya indera penciuman milik Senja dapat merasakan udara segar yang ia hirup.

“Sayang, kamu sudah bangun rupanya. Mami cari di kamar kok keluar sendirian?” Alea hampir panik tak mendapati anaknya di kamar.

“Udaranya sejuk, Mi. Senja suka.”

Mereka berdua akhirnya memilih duduk sejenak kala keadaan sekitar masih tampak kabut.

Rumah yang berada di dalam gang tak begitu sempit membuat keadaan sekeliling tampak asri.

“Kenapa kamu merubah panggilan itu, Giv?” tanya Alea.

Senja Givanya terdiam beberapa detik hingga akhirnya ia menjawab. “Aku ingin memulai semua dengan yang baru, Mami. Merubah panggilan mungkin salah satu langkah kecil yang menyenangkan. Mami berada di sisiku aku sudah sangat bersyukur. Soal jodoh aku serahkan pada Tuhan saja. Yang terpenting Mami tetap bersamaku.”

Penuturan sang anak membuat Alea tak tahan untuk tidak memeluk anaknya. Ia sangat terharu mendengarnya.

“Mami akan selalu bersama kamu, Sayang. Kita akan hidup bahagia. Mami janji itu.”

Percakapan keduanya berakhir kala Alea menyadari sinar mentari mulai tampak cerah.

“Sayang, Mami harus ke pasar sama Tante Narti. Semalam sudah janjian. Kamu di rumah saja jangan kemana-mana yah? Bahaya.” ujar Alea memberi peringatan pada anaknya.

Patuh Senja pun menganggukkan kepala.

“Senja di rumah saja, Mi.” jawabnya.

Usai mengunci pintu rumah dari luar, kini Alea berjalan ke rumah tetangganya. Meninggalkan Senja di dalam rumah seorang diri.

Dalam keheningan, Senja hanya bisa duduk tanpa melakukan apa pun. Bayangan dimana ia bekerja pagi hari sampai hampir tembus pagi lagi, dimana setiap saat ia terus di kejar para awak media, ingatannya kala sang kekasih datang menjemput untuk sekedar menemani makan siang.

Sungguh semuanya sangat membahagiakan dalam benak Senja. Kini semua tak lagi ia rasakan hanya karena kejadian kecelakaan tersebut.

Bahkan bagaimana penolakan calon mertuanya kala itu membuat Senja benar-benar tak menyangka.

Terpopuler

Comments

Arie

Arie

😭😭😭😭😭😭😭👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2022-11-26

0

mama yuhu

mama yuhu

anggaplah sikap mantan mertua itu cambukan buat melangkah kedepannya senja
tetap semangat

2022-11-24

1

mama yuhu

mama yuhu

👍🏽👍🏽

2022-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!