Malam sudah larut tetapi seperti biasanya biasanya Renan belum pulang. Mey tahu Renan sedang menghabiskan waktu di klub malam bersama Dito dan mungkin beberapa perempuan. Mey tahu klub malam itu. Dia bisa saja mendatangi Renan di sana. Tapi apa yang akan dia lakukan di sana nanti? Apa yang akan dilakukan istri yang tidak dianggap ini jika menemukan suaminya bersama wanita lain?
Tidak ada rasa sakit hati meski dia tahu Renan sedang bersama wanita lain. Itu karena Mey memang tidak mencintai Renan. Di hatinya hanya ada Ivan.
Meski dia berusaha keras untuk mencintai Renan, tetap saja Ivan tidak bisa hilang dari hatinya. Ditambah sikap Renan yang seperti itu kepadanya, rasanya dia tidak akan pernah bisa jatuh cinta kepada Renan.
Akhirnya Mey hanya bisa pasrah menunggu Renan pulang. Seperti janjinya kepada Nyonya Kana, Mey akan menjadi istri yang baik bagi Renan. Mey menunggu di ruang tamu sampai dia ketiduran.
"Non ... Bangun ... Sudah pagi." Suara halus Bi Susi membangunkan Meylan.
Mey mengerjapkan matanya beberapa kali lalu melihat sekelilingnya. Dia baru sadar jika dia tertidur di ruang tamu.
"Apa Kakak sudah pulang?" tanya Mey.
"Tuan ada di kamarnya Non."
Kembali Mey merasa kecewa dengan sikap Renan.
Semalam waktu Renan pulang, dia pasti melihat Mey tertidur di sofa, tetapi kenapa dia tidak membangunkannya. Dia tahu betul jika Mey berada di sana karena menunggu kepulangannya.
Mey langsung naik ke lantai atas menuju kamar Renan.
"Kak ... Bisa bicara sebentar?" Mey mengetuk pintu kamar Renan.
Tidak ada jawaban. Kembali Mey mengetuk pintu sampai akhirnya Renan membukakan pintu kamarnya.
"Apa maumu perempuan murahan?!" Renan keluar dengan mata merah karena bangun tidur. "Pergi dan jangan ganggu aku!!!"
"Mari kita perjelas hubungan kita. Aku istrimu jadi aku minta kamu menghargai aku sebagai istri!"
Renan tidak menjawab. Dia terlihat malas untuk mendengarkan Mey bicara.
"Jangan acuhkan aku dan berhenti menyebutku perempuan murahan karena aku tidak seperti itu!!!"
Renan langsung menarik Mey hingga tubuh mereka berdekatan.
"Kalau kamu tidak suka sikapku kepadamu kenapa kamu tidak minta cerai saja? Kenapa kamu masih bertahan di sini dan berpura-pura menjadi istri yang baik?" bisik Renan.
"Apa belum cukup yang kamu dapatkan dari keluargaku? Kamu belum puas hah?! Kamu ingin mendapatkan lebih banyak lagi karena itu kamu tidak mau bercerai?" ucap Renan sambil menatap Mey dengan tajam.
Mey berusaha mendorong tubuh Renan hingga akhirnya Renan melepaskan tangannya. Harus diakui Renan memang tampan. Mey bisa berdebar jika terlalu dekat dengan Renan.
"Dengar Kak, aku menikah denganmu karena orang tuamu yang meminta! Dan aku sudah berjanji pada mereka akan menjadi istri yang baik untukmu. Jadi kalau kamu tidak suka silahkan katakan kepada mama dan papa agar kita bisa bercerai secepatnya!" balas Mey tegas lalu dia pergi dari hadapan Renan.
Renan mematung mendengar jawaban Meylan. Dia tidak menyangka gadis itu berani berkata seperti itu kepadanya.
"Menarik ... " gumam Renan. "Mau jual mahal rupanya." Lalu munculah seringai di bibir Renan.
Renan sudah dua kali dikhianati oleh kekasihnya. Yang pertama saat dia masih kuliah, kekasihnya memanfaatkan Renan untuk membayar biaya kuliahnya. Setelah keduanya sama-sama lulus gadis itu meninggalkan Renan dan berpacaran dengan pengusaha karena Renan kurang kaya menurutnya.
Yang kedua saat Renan sudah dipercaya papanya untuk mengurus salah satu cabang perusahaannya di luar kota. Renan menjalin hubungan serius dengan seorang wanita. Dia sangat mencintai wanita itu hingga mau memberikan apapun kepada wanita itu. Dia bahkan memberikan kartu Atm-nya.
Renan baru sadar dia telah dimanfaatkan setelah wanita itu kabur bersama kekasihnya dan menguras uang dia rekeningnya.
Renan memang berhasil menangkap wanita itu, tetapi kejadian itu membuat Renan berubah. Dia jadi dingin dan tidak percaya lagi dengan wanita. Dia memandang semua wanita sama seperti mantan kekasihnya, rela melakukan apa saja demi uang.
*
*
*
Mey tengah menikmati makan siang bersama Dito setelah selesai meeting. Dia tidak sadar dari kejauhan ada mata yang sedang memandanginya.
"Dia cantik juga," gumam Renan. "Bolehlah kapan-kapan aku kerjai!" Seringai kembali muncul di wajah Renan. Lalu dia berjalan mendekati Mey dan Dito.
"Kak ... Kakak mau makan juga? Aku pesankan makanan ya?" sambut Mey setelah melihat Renan menghampiri mejanya. Dia berusaha bersikap biasa setelah dia bicara dengan Renan
pagi tadi.
Renan tidak menjawab. Dia hanya duduk bersama mereka tanpa ikut berbicara. Karena Renan tidak menjawab, Mey pun melanjutkan obrolannya dengan Dito.
"Kamu ingat klien dari perusahaan X? Dia terus melotot padaku sampai aku risih." Mey berbicara sambil menikmati makanannya.
"Tentu saja, aku sampai harus mengatakan kalau kamu sudah punya dua anak agar dia berhenti melirikmu." Dito dan Mey tertawa bersamaan.
"Tapi dia tetap berusaha meminta nomor teleponku."
"Kamu kasih?"
Mey menggeleng. "Aku kasih nomormu," jawabnya sambil tertawa.
Renan melirik Mey dari sudut matanya. Dia bisa melihat dengan jelas jika Mey adalah wanita yang ceria, bahkan wajahnya menunjukkan ketulusan.
"Oh ... pantas dia terus menelpon aku. Sudah aku tegaskan berkali-kali kalau itu nomorku tetapi dia tidak percaya. Rupanya kamu pelakunya?!" balas Dito juga diiringi tawa.
Renan terus mengamati interaksi Dito dan Meylan. Dia masih menerka-nerka seperti apa Mey sebenarnya.
"Kalian akrab sekali, apa kamu juga pernah "memakainya"?" tanya Renan tiba-tiba.
Mey langsung menoleh ke arah Renan tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.
"Apa maksud kamu Ren?! Jangan asal bicara!"
"Kok nyolot sih Dit? Aku kan cuma tanya?! Gadis seperti dia inikan biasanya banyak yang ... Kamu tahulah maksudku!"
Mey hanya bisa diam mendengar Renan menghinanya di depan Dito. Wajahnya yang merah padam bisa menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang.
"Jangan keterlaluan Ren, ini tempat umum nanti ada yang dengar!"
"Dito, aku duluan." Mey berdiri dari duduknya dan meninggalkan mereka berdua.
"Kamu kenapa sih Ren? Sikap kamu itu sudah keterlaluan tau nggak?!" Dito sewot melihat Renan tetap tenang. "Dia itu istrimu!"
"Aku nggak habis pikir, kenapa orang-orang sangat menyukainya. Kamu tahu? Papa sampai mengancam akan mewariskan seluruh hartanya untuk perempuan itu kalau aku menolak menikah dengannya. Luar biasa bukan?"
"Apa yang sudah dia lakukan sampai orang tuaku sendiri lebih memilih dia daripada aku anaknya?!" Suasana menjadi murung.
"Orang tuamu memilih dia pasti ada alasannya Ren. Dan kamu membencinya karena kamu pikir semua perempuan sama seperti mantan kekasihmu itu. Mey berbeda. Hilangkan pikiran negatif mu! Tidak semua perempuan sama seperti mantanmu!"
"Lihat kan? ... Bahkan kamu juga membela dia. Aku jadi yakin kalau kamu sudah tidur dengannya."
"Ren, jaga ucapanmu!" Dito sudah mulai kesal menghadapi Renan. "Kalau kamu bukan temanku pasti sudah aku gampar mulutmu itu!"
"Wow ... kamu bahkan mau menggampar mulutku demi perempuan itu. Perempuan itu pasti hebat sekali!" Renan berdiri lalu meninggalkan Dito sendiri.
"Hei ... Mau kemana kamu? Tidak jadi makan?" teriak Dito.
"Makan saja sendiri!"
Di dalam ruangannya Mey berusaha menyembunyikan kesedihannya. Kata-kata Renan sangat keterlaluan. Bahkan dia sudah terang-terangan menghinanya di depan Dito.
"Ivan ... Rasanya aku tidak sanggup." Mey teringat dengan kekasih hatinya. Laki-laki yang selalu bersikap lembut kepadanya.
Dia buka lagi satu-satunya foto Ivan yang masih dia simpan. Ingin sekali rasanya Mey menghubungi laki-laki itu. Dia sangat merindukannya, tetapi Mey ingat siapa dirinya sekarang. Dia sudah menjadi istri orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments