Mey sudah mengganti pakaiannya. Pakaian pengantin yang tadi dia kenakan sudah dia ganti dengan baju tidur biasa bukan lingerie layaknya pasangan pengantin di malam pertama mereka.
Mey menunggu di kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Lama sekali Mey menunggu tetapi suaminya, Renan tidak juga menampakkan batang hidungnya.
Mey yang mulai mengantuk tiba-tiba kaget mendengar suara pintu terbuka. Seorang pria tampan masuk membawa aura dingin yang menusuk.
Renan berjalan melewati Mey yang sedang duduk di tempat tidur tanpa menatap Mey. Bahkan sepertinya dia tidak menganggap Mey ada di sana. Dia langsung menuju lemari dan mengambil apa yang dia perlukan.
Mey tidak tahu harus bagaimana. Dia tahu Renan adalah anak Ruan Kusuma dan Nyonya Kana, tetapi mereka hanya bertemu beberapa kali, itupun waktu mereka masih kecil.
Mey disekolahkan di sekolah asrama, hanya pulang ke rumah keluarga Kusuma saat liburan. Sementara Renan, setelah lulus SMA dia langsung kuliah di luar negeri dan jarang pulang.
"Kak ... Aku Mey," ucap Mey polos. Tetapi Renan tidak menjawab.
"Aku bodoh sekali. Tentu saja dia tahu namaku Mey. Kami sudah menikah!" gumam Mey.
Usia Renan memang lebih tua dari Mey karena itu Mey sengaja memanggilnya kakak.
Mey terus mengikuti Renan di belakangnya. Tetapi Renan tetap mengacuhkan Mey. Dia sama sekali tidak melirik Mey.
"Apa kakak ingin mandi? Aku bisa siapkan air untuk kakak mandi."
Renan tetap membisu. Dia sibuk mencari sesuatu di dalam lemari.
"Apa kakak mencari sesuatu? Aku bisa bantu?" tanya Mey lagi.
Lagi-lagi Renan diam membisu.
Wajah Renan terlihat kesal, entah karena dia tidak menemukan barang yang dia cari atau mungkin karena suara Mey yang terus mengganggunya.
Renan berdiri lalu berjalan menuju pintu.
"Kak ... Apa Kakak tidak tidur di sini bersamaku?"
Renan menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan berjalan mendekati Mey. Mereka kini berhadapan. Ini adalah pertama kali mata mereka bertemu. Bahkan sejak di pesta tadi Renan sama sekali tidak mau melihat Mey. Dia selalu memalingkan wajahnya dari Mey.
Mey sampai mundur beberapa langkah karena takut dengan tatapan Renan.
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini. Jadi berapa uang yang kau inginkan agar kamu mau bercerai dariku?"
Begitulah kalimat yang pertama kali keluar dari Renan, pria yang kini telah resmi menjadi suami Mey.
"Apa maksud Kakak?" Renan berjalan semakin dekat sementara Mey terus mundur hingga tubuhnya menabrak tembok.
"Kamu menginginkan uang kan? Kamu menikah denganku karena uang bukan? Jadi, katakan padaku berapa yang kamu inginkan?" Renan terus melangkahkan kakinya hingga kini tidak ada jarak yang memisahkan dia dengan Mey.
Mey tidak bisa berkata-kata. Di malam pertamanya dia sudah direndahkan seperti ini oleh suaminya sendiri.
"Kenapa? Kamu tidak bisa menjawab? Kamu masih menghitung-hitung uang yang kamu inginkan? Atau kamu sedang mempertimbangkan mana yang lebih menguntungkan tetap menjadi istriku atau ambil tawaran yang aku berikan?"
Sungguh Mey marah mendengar kata-kata Renan. Dia tidak bisa menjawab karena dia tidak menyangka Renan akan berkata demikian, bukan seperti yang dipikirkan Renan. Dia tidak menikah dengan Renan karena uang. Bagaimana Renan bisa berkata seperti itu kepadanya.
Lidah Mey terasa kelu.
"Katakan padaku jika kamu sudah punya jawabannya!" ucap Renan sambil berbalik dan langsung pergi meninggalkan Mey.
Tubuh Mey lemas setelah kepergian Renan. Tidak terasa bulir bening menetes di pipinya. Perlahan dia melangkahkan kakinya ke tempat tidur lalu meringkuk di sana.
Andai saja ini malam pertamanya dengan Ivan, pasti dia akan sangat bahagia. Air mata Mey mengalir mengingat laki-laki yang sudah dua tahun mengisi hatinya. Sekarang laki-laki itu harus dia usir keluar dari hatinya. Semua yang sudah dia ukir dan dia rencanakan dengan Ivan harus dia kubur dalam-dalam.
Dulu jika dia sedang sedih, Ivan lah yang akan datang untuk menghiburnya. Memberikan pelukan sekedar untuk menenangkan perasaannya. Tetapi sekarang, Mey hanya bisa meringkuk sendirian.
"Ivan ... Apa yang sedang kamu lakukan? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu masih menangisi aku?"
*
*
*
Pagi sudah tiba. Mey bangun lebih pagi dari biasanya. Dia ingin menyiapkan sarapan untuk Renan meskipun di rumah ini sudah ada pembantu.
Dia sudah melupakan kejadian semalam. Mata bengkak, bekas tangisnya sudah dia sembunyikan dengan polesan make up. Sebenarnya dia masih mendapat jatah cuti tetapi Mey memutuskan untuk berangkat bekerja. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan di rumah karena sudah terbiasa bekerja.
Sementara Renan, sejak beberapa hari yang lalu dia sudah resmi menjabat sebagai CEO di perusahaannya, tempat yang sama dengan Mey bekerja. Jabatan itu diberikan oleh Tuan Kusuma kepadanya karena Renan bersedia menikah dengan Mey. Sebelumnya Renan mengurus perusahaan lain di luar kota.
"Kak ... Aku sudah memasak sarapan," ucap Mey begitu dia melihat Renan. Renan sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke kantor.
Tetapi Renan bersikap acuh. Dia sama sekali tidak menanggapi kata-kata Mey. Dia terus berjalan melewati Mey yang sudah sejak tadi menunggunya untuk sarapan.
Mey mengikuti Renan dari belakang hingga mereka sampai di depan rumah. Dia sana mobil Renan sudah disiapkan oleh sopir.
"Aku mau bawa mobil sendiri. Pergilah!" ucap Renan kepada sopir baru itu sambil berjalan menuju mobil. Sopir itu pun lalu pergi dari hadapan Renan.
"Kak ... Apa kita akan berangkat ke kantor bersama?"
Renan langsung menghentikan langkahnya mendengar pertanyaan Mey. Seperti tadi malam, dia langsung berbalik dan berjalan mendekati Mey.
"Apa kamu sangat ingin pengakuan dari orang-orang? Apa kamu berniat menyombongkan diri dengan menunjukkan kalau kamu sekarang adalah menantu keluarga Kusuma?" bisik Renan dengan nada mencekam.
Lagi-lagi kata-kata Renan menusuk perasaan Mey.
"Orang tuaku sudah memfasilitasi hidupmu dengan fasilitas mewah sama seperti yang aku dapatkan. Tetapi sepertinya itu belum cukup untukmu. Kamu masih ingin menguasai semuanya bukan? Dasar tidak tahu diri!" Renan berbalik dan langsung masuk ke mobilnya.
Air mata Mey hampir menetes. Dia tidak tahu kenapa Renan sangat membencinya padahal Renan yang dia kenal dulu sangat baik padanya.
"Tahan Mey, kamu kuat. Kamu pasti bisa!" Mey menyemangati dirinya sendiri.
Lalu dia masuk ke dalam dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Tidak lupa dia meminta sopir untuk menyiapkan mobilnya.
"Non ... Tadi Tuan Renan berpesan kalau mulai nanti malam Non Mey tidur di kamar tengah. Sementara Tuan Renan tidur di kamar utama," ucap Bi Susi, orang yang sudah lama bekerja pada keluarga Kusuma. Nyonya Kana sengaja mengirim Bi Susi agar tinggal bersama Mey dan Renan karena dia sudah mengenal keduanya.
"Kapan dia berkata seperti itu?"
"Tadi waktu saya menyiapkan keperluan Tuan Renan. Selain itu Tuan Renan juga berpesan agar Nyonya dan Tuan Kusuma jangan sampai mengetahui hal ini."
"Baik Bi ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments