Mey terjebak di ruang meeting bersama Renan dan asistennya, Dito. Mey yang menjabat sebagai direktur keuangan harus menjadi yang terkahir meninggalkan ruang meeting karena Renan meminta detail keuangan perusahaan secara terpisah.
Mey berusaha menjelaskan dengan rinci hal yang diminta oleh Renan. Terlihat sekali jika Mey sangat menguasai pekerjaannya. Renan mendengarkan penjelasan Mey dengan seksama meski matanya fokus pada kertas laporan di tangannya.
"Ada lagi yang ingin Tuan Renan tanyakan?" tanya Mey setelah selesai dengan laporannya. Mey berusaha bersikap profesional dengan memanggil dia Tuan saat di kantor.
Ternyata dia pintar juga, batin Renan. Tetapi bukan itu yang membuat Renan tertarik.
Renan melemparkan berkas laporan di tangannya hingga berjatuhan di lantai lalu menatap Mey tajam.
"Katakan .... Berapa uang perusahaan yang sudah kamu gunakan?!"
Bukannya menerima pujian atas laporan yang dia berikan, Mey justru kembali dihina oleh Renan.
"Kenapa diam? Jangan takut, aku tidak akan melaporkannya pada Papa," ucap Renan dengan nada menyindir.
"Maaf saya tidak mengerti maksud Tuan."
"Tidak usah sok suci!"
"Jika anda mengira saya sudah menyelewengkan uang perusahaan anda salah besar! Tuan sudah menerima laporan yang saya berikan. Semuanya tertulis secara gamblang tidak ada yang aneh atau saya sembunyikan. Kalau Tuan masih tidak percaya, silahkan hubungi tim audit untuk memeriksa semuanya," jawab Mey tegas.
Renan sedikit terkejut mendengar jawaban Meylan.
Sebagai seorang istri mungkin dia akan diam dihina oleh Renan, tetapi sebagai bawahan Mey tidak terima jika kinerja dipertanyakan tanpa alasan. Mey menganggap Renan sudah mempertanyakan kredibilitasnya sebagai direktur keuangan.
"Aku akui kamu sangat pintar. Kamu berhasil mengambil hati orang tuaku baik di rumah maupun di perusahaan. Apa menguasai perusahaan juga bagian dari rencanamu?!"
Mey sudah mulai kebal dengan kata-kata Renan yang selalu menyudutkan dia.
"Maaf Tuan, tapi ini di kantor. Jika ada masalah lain mengenai pekerjaan saya maka akan saya jawab!"
Renan kembali terkejut mendengar jawaban Meylan. Mey yang ini sangat berbeda sekali dengan Mey saat di rumah. Mey ini terlihat tangguh dan mandiri.
"Beraninya kamu berkata seperti itu kepadaku!" Renan menggebrak meja.
"Ingat ya, Kamu bukan siapa-siapa! Pergi dari hadapanku sekarang!!!"
Mey hanya mengangguk. Sebelum pergi dia mengumpulkan berkas-berkas yang tadi di lemparkan oleh Renan. Sementara Renan melonggarkan dasinya lalu menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
"Carikan aku perempuan untuk menemani aku malam ini!" ucap Renan.
Dito mendelik tidak percaya. Dia tahu Renan sudah menikah dengan Meylan, bahkan dia juga datang ke acara pernikahan mereka. Bagaimana mungkin Renan berkata demikian sementara Mey masih berada di dalam ruangan yang sama dengan mereka.
"Ren ... ???"
"Kamu dengar aku kan? Kamu juga boleh memilih untuk dirimu sendiri kalau kamu mau!"
Dito menatap Mey dengan rasa bersalah. Baik Mey maupun Renan keduanya adalah sahabatnya. Dia yakin Mey mendengar kata-kata Renan dengan jelas.
"Saya permisi," ucap Mey setelah selesai membereskan berkas-berkas yang berjatuhan di lantai. Lalu dia berjalan meninggalkan ruangan tanpa menunjukkan ekspresi apapun di wajahnya.
"Apa kamu tidak keterlaluan?" tanya Dito setelah Mey keluar dari ruang meeting.
"Apa?!" Renan pura-pura bodoh.
"Dia istrimu Ren, Astaga .... Kalian sudah menikah!"
"Aku tidak menganggap perempuan murahan itu istriku!"
"Jangan bicara sembarangan! Mey gadis baik-baik!"
"Jadi kamu membelanya? Kamu sama seperti orang tuaku yang lebih membela dia dibandingkan aku?!" Renan mulai tegang.
"Bukan seperti itu. Tapi suka tidak suka, mau tidak mau kalian ini sudah resmi menikah."
"Aku tidak menginginkan pernikahan ini!"
"Kamu pikir Mey menginginkan pernikahan ini?!"
Renan tertawa. "Pertanyaanmu aneh! Mana ada perempuan yang tidak ingin menikah denganku? Aku bahkan yakin dia sudah merencanakan ini sejak lama! Sudah jangan bicarakan dia lagi!"
Lalu Renan dan Dito kembali ke ruangan masing-masing.
Sementara itu Mey berjalan menuju ruangannya sambil mengangkat wajahnya. Dia tidak akan menundukkan kepala hanya karena kata-kata Renan.
Jangan menangis! Ini di kantor Mey ... Ingat! Jangan tunjukkan kelemahanmu di hadapan orang-orang! Kamu wanita yang kuat!
Mey berusaha menenangkan dirinya. Dia tetap tersenyum ketika berpapasan dengan orang lain meskipun dia sedang memendam rasa sakit karena hinaan Renan.
*
*
*
Malam sudah larut tetapi Renan belum juga pulang ke rumah. Mey terus bertanya-tanya apa Renan sedang menghabiskan malam dengan wanita yang tadi dia pesan. Seburuk itukah dia?
Sebenarnya Mey sudah mengantuk, tetapi sebagai istri yang baik Mey berusaha tetap terjaga untuk menyambut suaminya pulang, tidak peduli apa yang suaminya sedang lakukan di luar sana.
Dan tak berapa lama terdengar suara mobil Renan. Mey langsung berlari ke depan pintu untuk menyambut Renan.
"Kakak baru pulang?" sambut Mey begitu Renan memasuki rumah.
Tetapi tidak ada jawaban yang keluar dari bibir pria tampan itu. Dia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Meylan. Aroma alkohol yang menyengat membuat Mey diam dan tidak bertanya lagi.
Dengan langkah berat Mey berjalan masuk ke kamarnya. Baru sehari dia menikah dengan Renan tetapi dia sudah mulai terbiasa diacuhkan.
Pagi harinya, seperti sebelumnya Mey sudah menyiapkan sarapan di bantu Bi Susi. Dia berharap pagi ini Renan mau memakan masakannya.
Mey sudah menunggu di meja makan. Sementara Bi Susi memanggil Renan untuk sarapan.
"Buang semua makanan ini. Aku tidak ingin makan!" ucap Renan begitu dia sampai di meja makan.
"Kak ... Apa maksudmu? Aku yang memasaknya." Mey tidak percaya mendengar perintah Renan.
"Bi ... Kamu dengar aku tadi kan? Buang semuanya! Aku tidak mau makan!" Bi Susi tampak kebingungan.
Dia menatap tidak enak kepada Mey tapi dia juga takut Renan marah jika dia tidak mengikuti perintahnya.
"Kalau kakak tidak mau memakannya aku yang akan memakannya Bi, jangan di buang. Berdosa buang-buang makanan."
"Aku bilang buang!" suara Renan semakin rendah tandanya dia semakin marah.
Dengan segera Bi Susi melakukan perintah Renan. Dia membersihkan meja dari hidangan yang sudah di sediakan Meylan.
"Kak ... Kenapa kakak sangat membenciku? Apa salahku pada Kakak?" Mey berusaha tidak menunjukkan kekecewaannya.
"Dengarkan aku perempuan murahan! Jangan berharap aku mau menganggap kamu sebagai istriku. Urus saja urusanmu sendiri dan jangan mengurusi urusanku!"
Seperti biasa, Renan berlalu setelah melontarkan kalimat menyakitkan untuk Meylan.
Mey tertunduk di meja makan. Bi Susi yang melihat semuanya jadi kasihan melihat Meylan.
"Sabar ya Non ... "
"Kenapa dia jadi seperti itu Bi? Kak Renan yang dulu aku kenal tidak seperti itu."
"Yang Bibi dengar, Tuan Renan pernah di kecewakan oleh kekasihnya. Tuan Renan mengetahui kekasihnya ternyata sudah punya pacar sebelum menjalin hubungan dengannya. Dia mau menjadi kekasih Tuan Renan hanya untuk mengambil uang tuan Renan lalu kabur bersama kekasihnya. Sepertinya sih begitu Non."
Mey mendengarkan cerita Bi Susi dengan seksama.
"Karena itu Tuan Renan sekarang berubah. Tuan seperti tidak percaya dengan wanita. Dia juga tidak mau menikah sampai-sampai Tuan Kusuma khawatir."
"Begitu rupanya ... " Mey mulai mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Nursiah Nursi
lanjut thoorr semangat 💪💪💪💪💪💪💪
2023-03-19
0