Bab 4. Meminta pekerjaan

...🌹🌹🌹...

Yusuf

Entah benar atau salah, ia tak tahu. Yang jelas, selain tak tahan mendengar cibiran orang-orang soal Mamaknya, ia nekat pergi karena tak ingin menyusahkan Mamak lagi. Begitu pikirnya.

Ia kini nampak menyelinap diantara tumpukan pisang raja nangka, pisang tanduk, juga pisang ambon yang telah di tutup terpal coklat dalam muatan truk bertonase besar.

Ia tahu, jika orang yang memiliki truk ini akan menuju kota. Setahu dia, kota adalah tempat orang-orang kaya.

Siapa tahu, ia bisa bekerja dan mendapat uang banyak. Karena selama ia masih hidup satu atap dengan Mamak, wanita berhati malaikat itu pasti akan terus berlelah karenanya.

Sungguh, bocah ini tengah menantang takdir.

Dan pilihan untuk pergi jauh, ia rasa adalah alternatif yang pas untuk dirinya saat ini. Ada jiwa petarung dalam tubuh laki-laki mungil ini. Setidaknya, ditakdirkan hidup susah, akan membuat dia jauh lebih kuat di masa mendatang.

Entah pukul berapa saat ini, namun saat ia mengerjapkan mata, sorot horizon di ufuk timur telah menggelar harapan baru bagi setiap manusia. Menandakan jika ia telah melalui malam yang panjang.

Ya, Yusuf telah sampai di kota.

Perut perih sebab lambung kosong tiada isi makin menyiksa. Ia mengistirahatkan diri di tepian trotoar. Menyeka air matanya yang tiada mampu berhenti mengalir kala merasa jika menahan lapar itu benar-benar menyakitkan hati.

Hingga, ia yang tak mengerti tujuannya saat ini, terpaksa duduk kala kaki ya terasa letih usai berjalan mencari sesuatu untuk bisa ia makan. Bolak-balik mengerjapkan mata sebab mendadak kepalanya pusing.

Dari jarak beberapa meter, ia melihat seorang pegawai rumah makan cepat saji yang membawa disposal berisikan sampah makanan. Dan dari tangkapan matanya, ia seperti melihat ada sisa roti yang turut dibuang.

Dan, dorongan dari sebuah rasa lapar berhasil menggiring anak itu untuk menuju kesana. Apa mau dikata, tak sepersen pun uang yang ia bawa. Ia benar-benar seperti seorang gelandangan.

Namun, saat ia lekas menyebrang di jalanan yang luas itu, suara klakson mobil mewah mendadak mengangetkan dirinya.

TIN!!!

BRUK!

" Mamak!"

.

.

Jonathan

Feli yang pagi ini membuat moodnya buruk menyulut niatnya untuk berangkat pagi-pagi sekali menuju kantor. Itu lebih baik ketimbang harus adu mulut di jam sepagi ini.

Ia yang sibuk menyalakan sound dalam mobilnya, seketika terkejut demi melihat anak kecil yang mendadak berdiri menyebrang di jalanan lebar itu. Membuatnya spontan menekan klakson.

TIN!!

CIIT!!!

BRUK!

Naas, ia yang merasa telah menginjak rem semaksimal mungkin itu sepertinya masih saja mengenai korban.

" Oh sial!" Makinya demi merutuki diri sendiri yang tak fokus saat berkendara.

Jelas ini salahnya.

Ia langsung melepas sabuk pengaman demi rasa cemas akan siapa sosok yang barusan ia tabrak.

Dalam sekejap, jalanan yang semula lengang itu kini dipenuhi oleh beberapa orang yang penasaran juga ingin menyaksikan kejadian laka iku.

" Astaga!" Gumamnya demi melihat seorang bocah laki-laki yang kini tergeletak.

" Dek! Dek!" Ia menepuk pipi bocah laki-laki yang saat ini nampak meringis.

" Mamak!" Ucap anak itu seperti kesakitan. Membuat Jonathan panik.

" Bawa kerumah sakit saja Pak, itu kakinya luka!" Timpal salah seorang pengerumun. Membuat Jonathan seketika membopong tubuh anak itu tanpa menunggu lagi.

...🌹🌹🌹...

Karin

Ia langsung bertolak dari Villa menuju kontrakan Denok menggunakan taksi meski Leon sebenarnya masih ingin menghabiskan malam bersama. Baginya, Denok dan dirinya itu sama, tak memiliki siapapun di dunia ini.

Membuatnya lebih memilih meninggalkan Leon dan berjanji akan kembali esok hari.

Informasi tentang Yusuf yang meninggalkan rumah juga membuatnya risau. Bahkan, saat ini ia nampak kesulitan menenangkan Denok yang terlibat adu mulut dengan tetangganya yang kerap nyinyir.

" Saya makan gak pernah gedor rumah Ibuk, terus kenapa kalau saya ngelontee? Yang saya jual punya saya sendiri!, kenapa hah?"

" Anak saya sekarang pergi karena mulut Ibuk yang harusnya aku sumpal pakek tai sejak dulu. Sini kalau berani, kok kebangeten banget!"

Denok berucap dengan emosi yang masih meluap-luap hingga saat ini. Padahal, sejak pukul tiga dini hari, ia telah memporak-porandakan kediaman ibu julid itu, hingga membuat kesemua orang keluar dari sarangnya.

" Wanita gila!" Ketus ibu ibu yang rambutnya berhasil di jambak oleh Denok.

" Emang aku gila, terus kenapa masalahnya hah?" Timpal Denok hendak menyerang kembali.

" Udah Nok, udah! Gak penting ngeladeni mereka, mending sekarang kita fokus cari Yusuf!" Ucap Karin menarik kerah baju Denok yang susah di kendalikan.

" Aku rela Rin dihina, mbok semua manusia ngecap aku jelek wes bah bah kono ( terserah), tapi mbok ya jangan anakku Rin!" Ia berucap dengan air mata yang bagai ditumpahkan. Benar-benar lelah akan hinaan yang hanya bisa menghakimi.

" Ngapain lihat-lihat, bubar sana! Wujudnya aja manusia kalian ini, aslinya sama aja kayak binatang!" Seru Karin yang geram dengan gerombolan Ibu-ibu yang masih saja berdiri disana.

Dan bentakan Karin, sukses membuat sekumpul manusia jahanam versi sok alim itu buyar dalam sekejap.

.

.

Dirumah sakit Kota D

" Bagaimana Dok?" Tanya Jonathan yang panik serta takut terjadi sesuatu terhadap korban tabrakan itu, kepada dokter yang menangani anak laki-laki tadi.

" Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Hanya kulit sedekit terkelupas dan luka lecet, sudah kami lakukan pengobatan, dan anak itu sepertinya dehidrasi, sehingga dia tegang. Sekarang dia sedang makan di dalam. Ngomong-ngomong, dia siapanya anda?"

Jonathan hanya diam. Mustahil dia menceritakan jika dia merupakan orang yang menabrak bocah itu. Salah-salah, jika keluarganya tahu, akan berbuntut panjang.

" Boleh saya masuk?"

Dokter itu mengangguk seraya tersenyum.

Ia kini membuka pintu dari kaca itu secara perlahan. Membuat bocah yang nampak makan dengan rakus itu seketika berhenti.

" Jangan takut, teruskan saja makanmu!" Ucap Jonathan sedikit menarik senyuman agar membuat anak itu tak takut.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jonathan kembali kali ini sembari melihat balutan perban pada kaki bocah itu.

Bocah itu mengangguk. Mewakili jawaban jika dia tidak apa-apa.

" Maaf karena saya merepotkan anda Pak!"

Jonathan menarik senyuman lebar demi mendengar kalimat yang terlontar dari mulut korbannya. Anak yang luar biasa sekali pikirnya.

" Saya yang minta maaf karena membuat kamu celaka!"

" Tapi saya berterimakasih untuk itu!"

Membuat Jonathan terdiam sembari mengerutkan keningnya. Maksudnya?

"Terimakasih untuk apa?"

" Karena anda, sekarang saya bisa makan. Kalau saya tidak anda tabrak, mungkin saat ini saya masih menahan lapar!"

DEG

Hati Jonathan seketika terasa begitu nyeri manakala mendengar kalimat bocah itu. Siapa sebenarnya bocah ini? Apa benar dia gelandangan? Tapi, jika dilihat dari pakaiannya, anak ini seperti anak rumahan.

" Kalau begitu habiskan. Setelah ini, aku antar kamu pulang!"

" Saya tidak punya rumah Pak. Tapi, bolehkah saya minta tolong hal yang lain?"

Jonathan menatap lekat-lekat manik mata bocah itu. Merasa begitu heran.

" Beri saya pekerjaan Pak!"

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Sri Winda

Sri Winda

mewek bacanya....

2023-05-05

0

Alyn Aziz

Alyn Aziz

ya Allah yusup😭😭😭😭

2023-01-25

1

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

ucup pemersatu mamak denok dan papah jojon,,, ikhiirrrrr....... swit swit....

2023-01-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Aku dan hitamku
2 Bab 2. Setangkup haru dalam rindu
3 Bab 3. Kemanakah kau?
4 Bab 4. Meminta pekerjaan
5 Bab 5. Menggali motif
6 Bab 6. Kekecewaan masa lalu.
7 Bab 7. Secuil titik terang
8 Bab 8. Heading to the J
9 Bab 9. Melarikan diri
10 Bab 10. Kasih tak langsung
11 Bab 11. Mendapat pekerjaan
12 Bab 12. Kegelisahan Feli
13 Bab 13. Ujian kehidupan
14 Bab 14. Sebuah suara
15 Bab 15. Anak?
16 Bab 16. Diskriminasi
17 Bab 17. Kenyataan harus di kabarkan
18 Bab 18. Di persimpangan hati Denok
19 Bab 19. Bersama sekutu
20 Bab 20. Rencana Jonathan
21 Bab 21. Kalah telak
22 Bab 22. Segumpal niat
23 Bab 23. Terpaksa menerima
24 Bab 24. Turun kasta
25 Bab 25. Upaya membebaskan Yusuf
26 Bab 26. Bertemu lagi
27 Bab 27. Bilang aja cemburu
28 Bab 28. Perasaan Jonathan
29 Bab 29. Hari pertama bekerja
30 Bab 30. Meluruskan jalan hidup
31 Bab 31. Tak bisa melupakan
32 Bab 32. Mengembalikan Yusuf
33 Bab 33. Sebuah Aral
34 Bab 34. Kanker otak
35 Bab 35. Naik pitam
36 Bab 36. Tak memiliki pilihan
37 Bab 37. Night with you
38 Bab 38. Setitik kecurigaan
39 Bab 39. Sepenggal kisah kelam
40 Bab 40. Pembicaraan pria dewasa
41 Bab 41. Ulah Windi
42 Bab 42. Kemarahan Jonathan
43 Bab 43. Sikap seorang sahabat
44 Bab 44. Pertanyaan menohok
45 Bab 45. Manusia dengan segala warna hidupnya
46 Bab 46. Sebuah harga diri
47 Bab 47. Siapa dia?
48 Bab 48. Hiburan baru
49 Bab 49. Keadaan kacau
50 Bab 50. Bertemu denganmu
51 Bab 51. Di satu sore yang indah
52 Bab 52. Di persimpangan pilihan
53 Bab 53. Misi penyelamatan part 1
54 Bab 54. Misi penyelamatan part 2
55 Bab 55. Misi penyelamatan part 3
56 Bab 56. Perkenalan yang unik
57 Bab 57. Kunjungan orang dari masa lalu
58 Bab 58. Kala keharmonisan berbicara
59 Bab 59. Keluarga yang berdaulat
60 Bab 60. Kelakuan absdurd sang CEO
61 Bab 61. Menabur angin menuai badai
62 Bab 62. Dari author
63 Bab 63. Pergilah bersama nasibmu
64 Bab 64. Ketika keadilan berbicara
65 Bab 65. Pelukku untukmu
66 Bab 66. Kesadaran insan biasa
67 Bab 67. Kisah membahagiakan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Aku dan hitamku
2
Bab 2. Setangkup haru dalam rindu
3
Bab 3. Kemanakah kau?
4
Bab 4. Meminta pekerjaan
5
Bab 5. Menggali motif
6
Bab 6. Kekecewaan masa lalu.
7
Bab 7. Secuil titik terang
8
Bab 8. Heading to the J
9
Bab 9. Melarikan diri
10
Bab 10. Kasih tak langsung
11
Bab 11. Mendapat pekerjaan
12
Bab 12. Kegelisahan Feli
13
Bab 13. Ujian kehidupan
14
Bab 14. Sebuah suara
15
Bab 15. Anak?
16
Bab 16. Diskriminasi
17
Bab 17. Kenyataan harus di kabarkan
18
Bab 18. Di persimpangan hati Denok
19
Bab 19. Bersama sekutu
20
Bab 20. Rencana Jonathan
21
Bab 21. Kalah telak
22
Bab 22. Segumpal niat
23
Bab 23. Terpaksa menerima
24
Bab 24. Turun kasta
25
Bab 25. Upaya membebaskan Yusuf
26
Bab 26. Bertemu lagi
27
Bab 27. Bilang aja cemburu
28
Bab 28. Perasaan Jonathan
29
Bab 29. Hari pertama bekerja
30
Bab 30. Meluruskan jalan hidup
31
Bab 31. Tak bisa melupakan
32
Bab 32. Mengembalikan Yusuf
33
Bab 33. Sebuah Aral
34
Bab 34. Kanker otak
35
Bab 35. Naik pitam
36
Bab 36. Tak memiliki pilihan
37
Bab 37. Night with you
38
Bab 38. Setitik kecurigaan
39
Bab 39. Sepenggal kisah kelam
40
Bab 40. Pembicaraan pria dewasa
41
Bab 41. Ulah Windi
42
Bab 42. Kemarahan Jonathan
43
Bab 43. Sikap seorang sahabat
44
Bab 44. Pertanyaan menohok
45
Bab 45. Manusia dengan segala warna hidupnya
46
Bab 46. Sebuah harga diri
47
Bab 47. Siapa dia?
48
Bab 48. Hiburan baru
49
Bab 49. Keadaan kacau
50
Bab 50. Bertemu denganmu
51
Bab 51. Di satu sore yang indah
52
Bab 52. Di persimpangan pilihan
53
Bab 53. Misi penyelamatan part 1
54
Bab 54. Misi penyelamatan part 2
55
Bab 55. Misi penyelamatan part 3
56
Bab 56. Perkenalan yang unik
57
Bab 57. Kunjungan orang dari masa lalu
58
Bab 58. Kala keharmonisan berbicara
59
Bab 59. Keluarga yang berdaulat
60
Bab 60. Kelakuan absdurd sang CEO
61
Bab 61. Menabur angin menuai badai
62
Bab 62. Dari author
63
Bab 63. Pergilah bersama nasibmu
64
Bab 64. Ketika keadilan berbicara
65
Bab 65. Pelukku untukmu
66
Bab 66. Kesadaran insan biasa
67
Bab 67. Kisah membahagiakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!