...🌹🌹🌹...
Yusuf
Entah benar atau salah, ia tak tahu. Yang jelas, selain tak tahan mendengar cibiran orang-orang soal Mamaknya, ia nekat pergi karena tak ingin menyusahkan Mamak lagi. Begitu pikirnya.
Ia kini nampak menyelinap diantara tumpukan pisang raja nangka, pisang tanduk, juga pisang ambon yang telah di tutup terpal coklat dalam muatan truk bertonase besar.
Ia tahu, jika orang yang memiliki truk ini akan menuju kota. Setahu dia, kota adalah tempat orang-orang kaya.
Siapa tahu, ia bisa bekerja dan mendapat uang banyak. Karena selama ia masih hidup satu atap dengan Mamak, wanita berhati malaikat itu pasti akan terus berlelah karenanya.
Sungguh, bocah ini tengah menantang takdir.
Dan pilihan untuk pergi jauh, ia rasa adalah alternatif yang pas untuk dirinya saat ini. Ada jiwa petarung dalam tubuh laki-laki mungil ini. Setidaknya, ditakdirkan hidup susah, akan membuat dia jauh lebih kuat di masa mendatang.
Entah pukul berapa saat ini, namun saat ia mengerjapkan mata, sorot horizon di ufuk timur telah menggelar harapan baru bagi setiap manusia. Menandakan jika ia telah melalui malam yang panjang.
Ya, Yusuf telah sampai di kota.
Perut perih sebab lambung kosong tiada isi makin menyiksa. Ia mengistirahatkan diri di tepian trotoar. Menyeka air matanya yang tiada mampu berhenti mengalir kala merasa jika menahan lapar itu benar-benar menyakitkan hati.
Hingga, ia yang tak mengerti tujuannya saat ini, terpaksa duduk kala kaki ya terasa letih usai berjalan mencari sesuatu untuk bisa ia makan. Bolak-balik mengerjapkan mata sebab mendadak kepalanya pusing.
Dari jarak beberapa meter, ia melihat seorang pegawai rumah makan cepat saji yang membawa disposal berisikan sampah makanan. Dan dari tangkapan matanya, ia seperti melihat ada sisa roti yang turut dibuang.
Dan, dorongan dari sebuah rasa lapar berhasil menggiring anak itu untuk menuju kesana. Apa mau dikata, tak sepersen pun uang yang ia bawa. Ia benar-benar seperti seorang gelandangan.
Namun, saat ia lekas menyebrang di jalanan yang luas itu, suara klakson mobil mewah mendadak mengangetkan dirinya.
TIN!!!
BRUK!
" Mamak!"
.
.
Jonathan
Feli yang pagi ini membuat moodnya buruk menyulut niatnya untuk berangkat pagi-pagi sekali menuju kantor. Itu lebih baik ketimbang harus adu mulut di jam sepagi ini.
Ia yang sibuk menyalakan sound dalam mobilnya, seketika terkejut demi melihat anak kecil yang mendadak berdiri menyebrang di jalanan lebar itu. Membuatnya spontan menekan klakson.
TIN!!
CIIT!!!
BRUK!
Naas, ia yang merasa telah menginjak rem semaksimal mungkin itu sepertinya masih saja mengenai korban.
" Oh sial!" Makinya demi merutuki diri sendiri yang tak fokus saat berkendara.
Jelas ini salahnya.
Ia langsung melepas sabuk pengaman demi rasa cemas akan siapa sosok yang barusan ia tabrak.
Dalam sekejap, jalanan yang semula lengang itu kini dipenuhi oleh beberapa orang yang penasaran juga ingin menyaksikan kejadian laka iku.
" Astaga!" Gumamnya demi melihat seorang bocah laki-laki yang kini tergeletak.
" Dek! Dek!" Ia menepuk pipi bocah laki-laki yang saat ini nampak meringis.
" Mamak!" Ucap anak itu seperti kesakitan. Membuat Jonathan panik.
" Bawa kerumah sakit saja Pak, itu kakinya luka!" Timpal salah seorang pengerumun. Membuat Jonathan seketika membopong tubuh anak itu tanpa menunggu lagi.
...🌹🌹🌹...
Karin
Ia langsung bertolak dari Villa menuju kontrakan Denok menggunakan taksi meski Leon sebenarnya masih ingin menghabiskan malam bersama. Baginya, Denok dan dirinya itu sama, tak memiliki siapapun di dunia ini.
Membuatnya lebih memilih meninggalkan Leon dan berjanji akan kembali esok hari.
Informasi tentang Yusuf yang meninggalkan rumah juga membuatnya risau. Bahkan, saat ini ia nampak kesulitan menenangkan Denok yang terlibat adu mulut dengan tetangganya yang kerap nyinyir.
" Saya makan gak pernah gedor rumah Ibuk, terus kenapa kalau saya ngelontee? Yang saya jual punya saya sendiri!, kenapa hah?"
" Anak saya sekarang pergi karena mulut Ibuk yang harusnya aku sumpal pakek tai sejak dulu. Sini kalau berani, kok kebangeten banget!"
Denok berucap dengan emosi yang masih meluap-luap hingga saat ini. Padahal, sejak pukul tiga dini hari, ia telah memporak-porandakan kediaman ibu julid itu, hingga membuat kesemua orang keluar dari sarangnya.
" Wanita gila!" Ketus ibu ibu yang rambutnya berhasil di jambak oleh Denok.
" Emang aku gila, terus kenapa masalahnya hah?" Timpal Denok hendak menyerang kembali.
" Udah Nok, udah! Gak penting ngeladeni mereka, mending sekarang kita fokus cari Yusuf!" Ucap Karin menarik kerah baju Denok yang susah di kendalikan.
" Aku rela Rin dihina, mbok semua manusia ngecap aku jelek wes bah bah kono ( terserah), tapi mbok ya jangan anakku Rin!" Ia berucap dengan air mata yang bagai ditumpahkan. Benar-benar lelah akan hinaan yang hanya bisa menghakimi.
" Ngapain lihat-lihat, bubar sana! Wujudnya aja manusia kalian ini, aslinya sama aja kayak binatang!" Seru Karin yang geram dengan gerombolan Ibu-ibu yang masih saja berdiri disana.
Dan bentakan Karin, sukses membuat sekumpul manusia jahanam versi sok alim itu buyar dalam sekejap.
.
.
Dirumah sakit Kota D
" Bagaimana Dok?" Tanya Jonathan yang panik serta takut terjadi sesuatu terhadap korban tabrakan itu, kepada dokter yang menangani anak laki-laki tadi.
" Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Hanya kulit sedekit terkelupas dan luka lecet, sudah kami lakukan pengobatan, dan anak itu sepertinya dehidrasi, sehingga dia tegang. Sekarang dia sedang makan di dalam. Ngomong-ngomong, dia siapanya anda?"
Jonathan hanya diam. Mustahil dia menceritakan jika dia merupakan orang yang menabrak bocah itu. Salah-salah, jika keluarganya tahu, akan berbuntut panjang.
" Boleh saya masuk?"
Dokter itu mengangguk seraya tersenyum.
Ia kini membuka pintu dari kaca itu secara perlahan. Membuat bocah yang nampak makan dengan rakus itu seketika berhenti.
" Jangan takut, teruskan saja makanmu!" Ucap Jonathan sedikit menarik senyuman agar membuat anak itu tak takut.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jonathan kembali kali ini sembari melihat balutan perban pada kaki bocah itu.
Bocah itu mengangguk. Mewakili jawaban jika dia tidak apa-apa.
" Maaf karena saya merepotkan anda Pak!"
Jonathan menarik senyuman lebar demi mendengar kalimat yang terlontar dari mulut korbannya. Anak yang luar biasa sekali pikirnya.
" Saya yang minta maaf karena membuat kamu celaka!"
" Tapi saya berterimakasih untuk itu!"
Membuat Jonathan terdiam sembari mengerutkan keningnya. Maksudnya?
"Terimakasih untuk apa?"
" Karena anda, sekarang saya bisa makan. Kalau saya tidak anda tabrak, mungkin saat ini saya masih menahan lapar!"
DEG
Hati Jonathan seketika terasa begitu nyeri manakala mendengar kalimat bocah itu. Siapa sebenarnya bocah ini? Apa benar dia gelandangan? Tapi, jika dilihat dari pakaiannya, anak ini seperti anak rumahan.
" Kalau begitu habiskan. Setelah ini, aku antar kamu pulang!"
" Saya tidak punya rumah Pak. Tapi, bolehkah saya minta tolong hal yang lain?"
Jonathan menatap lekat-lekat manik mata bocah itu. Merasa begitu heran.
" Beri saya pekerjaan Pak!"
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sri Winda
mewek bacanya....
2023-05-05
0
Alyn Aziz
ya Allah yusup😭😭😭😭
2023-01-25
1
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
ucup pemersatu mamak denok dan papah jojon,,, ikhiirrrrr....... swit swit....
2023-01-03
1