...🌹🌹🌹...
Denok
Ia tengah menyapukan bedak ke wajahnya yang ayu manakala Yusuf berdiri di ambang pintu kamar kontrakannya. Menatapnya muram dengan hati penuh keresahan.
" Mamak pergi lagi?"
Ia menghentikan tepukan sponnya kala mendengar suara lirih bocah sepuluh tahun itu.
" Kamu bulan depan wisata edukasi kan? Bayarnya banyak Cup, Mamak pingin kamu bisa ikut, nggak dirumah aja!" Ucapnya lagi untuk sejurus kemudian melanjutkan kegiatannya dalam memoles wajah.
Yusuf murung dan mendudukkan dirinya diatas kursi dari jalinan anyaman sintetis yang baru dibeli Denok beberapa Minggu ini.
" Ucup lebih baik nggak ikut wisata Mak ketimbang mamak pergi ke..."
Dengan wajah murung, Yusuf tak melanjutkan ucapannya. Ia tahu, ia hanyalah anak angkat. Namun, entah mengapa ia selalu tak sampai hati bila minat Denok berlelah-lelah.
" Tugas kamu belajar. Bukan saatnya mikir ini itu. Kalau kamu memang kasihan sama Mamak, sekolah yang bener, gunakan kesempatan yang ada Cup. Mumpung Mamak masih muda, masih bisa kerja buat kamu, ini yang Mamak bisa. Dahlah, Mamak udah di tunggu Tante Karin di depan. Mamak pergi dulu ya, ada ayam geprek itu di dapur Mamak baru pesan tadi. Dah ya...jangan lupa kunci pintu!"
Denok menyambar tas yang ia gantungkan di dekat pintu sesaat setelah mengusap lembut puncak kepala anak angkatnya itu. Sedikit terburu-buru sebab rupanya mengobrol singkat bersama bocah ganteng itu, membuat durasinya terkikis.
" Sory telat!" Ucapnya sesaat setelah menutup pintu rumahnya dan menatap temannya yang selama ini menjadi partnernya.
" Kebiasaan!" Ucap Karin sembari menyerahkan helm kepada wanita yang rambutnya kini sebahu dengan warnah biru gelap.
" Anak lagi posesif banget Rin. Mumet aku. Dah yok lah, kejar setoran nih!"
" Semangat ngelus aki- aki!" Keduanya tergelak bersamaan dengan motor yang melaju pelan.
.
.
Yusuf
Ia menatap nanar wanita cantik yang kini telah berlalu bersama Tante Karin. Sebulir kristal bening meluncur dari salah satu netra Yusuf.
Kasihan, juga iba. Itulah yang Yusuf rasakan saat ini. Apalagi, pernah suatu malam ia melihat Mamak muntah-muntah dengan wajah lelah dan dia kesulitan menolong.
Anak sekecil itu, tidak tahu apa sebenarnya yang dikerjakannya oleh wanita yang ia anggap sebagai malaikatnya itu. Namun yang ia tahu, semua orang memvonis buruk Mamaknya tercinta itu.
" Anak Lon - te!"
" Idih, ibunya kerja gak bener ini!"
Suara-suara sumbang itu seolah mengorek gendang telinganya dan membuat rumah siputnya nyeri. Nyatanya, ia tak setegar ibunya yang selalu bisa menyumpal bibir julid kaum sok suci.
Mendadak, dalam kepalanya, timbul pemikiran polos soal Mamaknya. Apa ia putus sekolah saja agar ibunya tak bekerja seperti itu? Atau lebih baik dia pergi tanpa harus menyusahkan Mamaknya lagi?
Tapi, tidak tahu diri sekali jika ia melakukan semua itu. Namun, belum juga perkataan menyakitkan dari ibu temannya di sekolah beberapa jam lalu sirna dari otaknya, sebuah gunjingan baru nampak membuat bocah lugu itu tersentak.
" Dah berangkat lagi dia, ini penyakit ini!"
" Tuh lihat tadi dandanannya!"
" Hus bik, jangan begitu, Denok itu paling rajin kalau ada yang kesusahan!"
" Ya iya, tapi...."
" Udahlah, kita pergi aja, nanti anaknya dengar. Anaknya suka ngadu ke ibunya, kemarin aja aku di labrak sama Denok gara gara anaknya ngadu!"
Praktis, semua percakapan itu seolah menjadi duri dalam dagingnya. Bagiamana ini? Apa yang musti ia lakukan untuk menghentikan ucapan-ucapan mengerikan itu?
...🌹🌹🌹...
Sementara itu, di belahan bumi lain, nampak seorang pria yang baru turun dari mobil mewahnya dengan berwajah lelah.
Ya, Jonathan yang saat ini berstatus sebagai suami dari Filisha Gunawan, anak dari salah pengusaha ternama di tanah air. Merasa semakin kesini, hari-hari yang di laluinya tak lebih dari sekedar robot.
" Kenapa telat? Gak jawab telpon dari aku juga?" Cecar Feli saat Jonathan baru menapaki lantai ruang tamu rumah besar mereka.
Membuat laki-laki tampan itu menghembuskan napas panjang.
" Aku capek Fel, aku nggak mau kita bahas hal yang enggak penting yang ujung-ujungnya buat kita bertengkar!" Sahutnya yang jengah sebab Felisha selalu saja membuat dirinya merasa kesal.
Wanita itu selalu memposisikan dirinya untuk menuruti semua keinginannya. Bahkan, kedua orang tuanya pun kerap membela Felisha. Entahlah, Jonathan sendiri juga merasa heran akan hal itu.
" Aku ini istri kamu Jo! Aku itu han...."
" Oh ya?"
" Istri?"
"Istri macam apa yang selalu mendiktator suaminya untuk ini itu?"
Sergah Jonathan yang entah mengapa tersulut emosinya. Membuat Feli seketika diam.
" Jangan bicara soal suami atau istri, karena selama ini yang aku rasa, aku hanya seperti kacung buatmu!" Tutur Jonathan penuh penekanan sesaat sebelum ia meninggal Felisha dengan rasa kesalnya.
Kenapa, kenapa selalu begini? Padahal Felisha juga ingin seperti pasangan lainnya.
Wanita itu hanya bisa meluapkan kekesalan dengan menghentakkan kakinya manakala Jonathan telah pergi.
" Kenapa dia sulit sekali dirubah?"
.
.
Jonathan
Andai waktu bisa ia putar kembali, ingin rasanya ia menolak permintaan keluarganya untuk menikahi Felisha. Keadaan yang benar-benar diluar dugaannya, membuat Jonathan tak memiliki banyak pilihan selain mau.
Bayangan akan wajah seseorang yang masih ada dalam benaknya, kerap membuatnya merasa frustasi juga bersalah di waktu bersamaan.
" Dimana kamu sekarang? Kenapa semua nomor juga media sosial tidak ada yang aktif?" Ia memejamkan mata di bawah guyuran air shower sembari menggumamkan sesuatu dalam hatinya.
Tentang seseorang yang sebenarnya begitu ingin ia selamatkan melalui caranya. Namun, ia menyadari, jalan yang begitu sulit, jelas membuat wanita itu kini membencinya. Bahkan sangat.
Selepas mengganti pakaiannya, ia turun untuk makan malam bersama Felisha. Benar-benar merasa lapar dan ingin mengisi perut dengan segera.
" Lusa aku terbang ke kota B, aku ada client yang mau bikin gaun tapi gak bisa kesini, dia bos besar, jadi harus aku..."
" Lanjut aja, itu kan passion kamu dari dulu!" Sahut Jonathan seraya membalikkan piring putihnya.
" Kamu ini kenapa sih Jo, tiap aku ngajak ngobrol kamu selalu gitu!" Kesal Feli seraya melempar sendok nasi.
Jonathan hanya diam. Semua itu terjadi lantaran ia lelah dengan hidup yang ia jalani saat ini. Dan sebagai pria, tidak seharusnya ia terus diatur seperti itu.
" Makanlah dengan benar, tidak baik berdebat di depan rezeki. Banyak diluaran sana orang yang harus bersusah payah demi sepiring nasi!"
Dan entah mengapa, saat mengatakan hal itu, wajah seseorang kembali memenuhi otaknya. Membuat rasa rindu mendadak menelusup di sela-sela kegiatan makannya.
" Di pinggiran kota kayak gini, ancaman mati karena perut kosong itu lebih mengerikan ketimbang mati karena gelut dengan orang!"
Ya, ia sangat ingat akan perkataan seorang wanita yang menampar kedudukannya sebagai pria kaya yang kontras dengan kehidupan kelas bawah. Membuatnya menjadi tak lagi menyia-nyiakan makanan yang ada.
" Dimana kamu sekarang? Apa kamu masih baik-baik saja?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Rina Wati
jojoon msh terbayang bayang denok
2023-01-14
0
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mom kok jojon nikahnya ama mak lampir beneran mom..... kan harusnya nikahnya sama bidadari berwujud mak lampir kayak mbak denok, walau luar kayak mak lampir tp hati kayak bidadari turun kayangan hiihihig
2023-01-03
1
moerni🍉🍉
uluh² Jojon..broken heart..poklek²
2022-11-27
0