...🌹🌹🌹...
Denok
" Psstt! Rin, Kok ganti orang sih?" Bisiknya kepada Karin yang kini berjalan bersisian bersamanya menuju room dengan cahaya pendar dan ornamen ciamik yang membuat siapa saja terpukau.
" Bentar - bentar, iya ya... beda sama yang di foto!" Sahut Karin sembari mengusap layar ponselnya guna memverifikasi.
Merasa bingung sebab mengapa yang ada di atas sofa itu merupakan pria muda yang begitu parlente.
" Apa dia salah duduk? Bukannya ini tempat..."
" Ah kalian sudah datang?"
Dua wanita yang kini nampak tegang itu saling bertukar pandang, manakala suara berat pria berhidung bangir dengan wajah tampan itu terdengar menyapa.
" Kenapa lu nggak bilang sih kalau jagung pegunungan Himalaya yang datang?"Ucap Denok dengan mulut tertutup. Membuat mereka bagai dukun yang komat-kamit baca mantra.
" Aku enggak tahu Sun, orang yang booking atas nama Ginanjar!" Sela Karin yang ogah di salahkan.
" Bisa bunting aku kalau dia yang nusuk, mana udah gak main tusuk-tusukkan!" Gerutunya demi mengingat bila selama ini ia memang hanya menemani aki- aki tua dengan memberikan pelayanan elus- mengelus.
Enggan berurusan dengan pria muda yang selalunya irit ongkos.
" Tapi, tunggu dulu...jagung Himalaya? Emang di pegunungan Himalaya ada yang nanem jagung?" Bisik Karin polos saat mereka sudah hampir dekat dengan meja pria ganteng itu.
"Hadeh! Ternyata, casing lu doang yang cantik Rin, otak lu kosong. Isinya kon*ol semua!"
Namun, bukannya marah, Karin justru tergelak demi melihat Denok yang bersungut-sungut. Membuat pria di hadapan mereka menyipitkan mata demi rasa penasaran.
" Kalian pasti Aries sama Gemini ya?" Sapa laki-laki yang sepertinya berusia 30-35 an tahu menurut analisanya.
Ya, sengaja menggunakan nama samaran agar bisnis berjalan lancar.
" Iya, aku Gemini!" Jawab Karin yang terlihat begitu senang.
Denok menatap heran ke arah Karin yang senyam-senyum sendiri manakala menatap pria itu.
" Kenapa si Karin?" Batin Denok merasai Karin dalam hati.
" Saya Leon!" Pria itu menjulurkan tangannya kepada Karin juga Denok. Membuat wanita yang sejatinya merupakan manager Denok itu belingsatan.
" Terus yang Ginanjar?..." Potong Denok tanpa basa - basi sebab ia ingin memperjelas situasi.
" Ah, itu nama belakangku!" Jawab Leon tersenyum menampilkan giginya yang rata, rapi , juga bersih.
" Hah?"
Dua wanita itu ber- hah secara bersamaan demi rasa terkejut yang luar biasa.
"Muke gile, bener-bener proyek besar ini Nok. Besar sekabehane ( semuanya!)" Bisik Karin yang sepertinya merubah rencana.
" Rin, kayaknya elu aja deh yang nyikat. Aku ogah kalau sama yang beginian, takut ma..."
" Oke, biar aku aja!"
" What?" Denok seketika terkejut demi melihat Karin yang langsung mengiyakan tawarannya. Tak seperti di hari lain, yang dimana wanita sexy itu enggan mau menerima job.
" Ayo duduk dulu, kita ngobrol!"
Denok sedikit heran kepada pria yang nampak kaya itu. Kenapa dia mau memesan jasa esek-esek dengan mereka? Pria sepertinya pasti dengan mudah di gandrungi banyak wanita bukan?
" Pinjam korek!" Denok yang sudah menggapit sebatang rokok dalam mulutnya meminta pemantik api kepada Karin. Membuat Leon tersenyum senang.
" Kalian udah tahu kan kalau habis ini kita ke vila yang ada di..."
" Hah, Villa?"
" Auuww!" Teriak Denok yang baru akan menyalakan cigaretnya dan merasa kesakitan sebab di cubit oleh Karin. Membuatnya seketika mendengus.
" Hemmm, apa kalian keberatan?"
" Keberatan lah, aku ada anak yang..."
" Aduh apaan sih?" Omel Denok lagi kala kakinya kembali di cubit oleh Karin.
" Bisa kok, tenang aja!" Sahut Karin yang sepertinya nampak terkesima dengan Leon. Membuat pria itu juga tersenyum.
Kini, Denok nampak mendengus dengan cuping hidung yang telah melebar demi melihat sikap menjijikan Karin.
Damned!
Dan benar saja, di menit ke tiga puluh, Karin dan Leon akhirnya pergi menuju ke sebuah villa menggunakan mobilnya. Meski Leon nampak terus menatap Denok dengan tatapan penasaran, tapi wanita ayu itu sudah berjanji untuk tidak melayani pria muda.
Lagipula, sepertinya pria itu menarik hati temannya.
Membuatnya memutuskan untuk nongkrong di sebuah cafe sebab malam ini sepertinya ia akan mendapatkan komisi yang besar tanpa harus mengocok sesuatu.
Dalam balutan dinding bercat kuning yang hangat, dua netranya tak sengaja menangkap gambar seorang wanita yang sangat ia kenali. Wanita yang menjadi istri laki-laki yang juga ia kenali.
Membuatnya seketika tersenyum kecut.
Ya, foto Felisha Gunawan dan Jonathan yang nampak tersenyum kala bangunan ini launching untuk pertama kali. Kerjaan bisnis yang seolah tiada pernah mati.
" Sendirian?" Ia melirik suara pria yang mendadak datang, dan menatapnya penuh minat. Pria berusia paruh baya yang tidak terlalu jelek tapi sedikit kusam.
Tapi, tidak untuk dompetnya yang jelas. Pria paruh baya seperti orang itu sudah bisa dipastikan memiliki uang yang cukup banyak.
Denok sudah paham dengan manusia modelan seperti itu. Mencari mangsa manusia hina seperti dirinya untuk kepuasan naf*su belaka.
" Boleh kita....?"
.
.
Kota D
Jonathan
Selepas ia resign dari perusahaan Jodhistira dan belajar mengelola perusahaan Papanya, ia menjadi orang yang makin pendiam. Sebab, kesibukan tak memberinya kesempatan hanya untuk basa-basi.
Lagipula, hidupnya saat bagai mati. Kosong dan tak memiliki arah.
Yang diinginkan kedua orangtuanya hanya kemewahan, nama besar, serta kedudukan yang tinggi. Lantas, pernahkah mereka memikirkan perasaan Jonathan ?
Menyesal?
Sudah pasti.
Apalagi, sebagai seorang laki-laki, ia merasa martabatnya telah di rendahkan oleh Feli, manakala wanita itu kerap memintanya untuk ini itu.
" Sayang!"
Ia menghentikan gerakan jarinya yang tengah mencumbui tombol laptopnya manakala tangan lembut itu mengalung ke lehernya.
Ia bukan pria munafik yang tahan dengan suguhan manis sang wanita. Namun, itu dulu, manakala ia belum mengetahui sifat Felisha yang sesungguhnya.
Hingga, suatu hari, ia mendapati fakta jika Felisha tak mau mengandung sebab ia takut jika tubuhnya tak lagi proporsional dan akan sangat berpengaruh pada elektabilitasnya.
Membuat Jonathan merasa semakin di rendahkan.
" Aku capek Fel!" Tolak Jonathan menolak Felisha yang telah mengenakan baju tidur satin dengan dada terbuka.
Rasanya, ia telah mati rasa terhadap Feli. Wanita diktaktor yang selalu ingin berkuasa. Membuatnya buru-buru meninggalkan Feli sebab bersama istrinya saat ini, hanya membuat dirinya semakin ingin marah saja.
" Aku mau kita punya anak!"
DEG!
Ucapan mengejutkan itu berhasil membuat langkah Jonathan seketika terhenti.
" Tidak semudah itu untuk menata kembali apa yang telah berserak Fel. Kuharap kau paham!" Ucap Jonathan dengan sorot mata yang begitu lelah dan kecewa.
.
.
Denok
Usai meladeni pria tadi dengan cara oral, ia melesatkan motor milik Karin menuju rumahnya. Ia langsung membuka pintu rumah kontrakannya sesaat setelah anak kunci selesai ia putar. Selalu membawa kunci cadangan sebab tak ingin mengganggu Yusuf.
Lagipula, ia lega, malam ini bisa pulang tak terlalu subuh namun bisa di pastikan jika Karin akan memberinya uang yang banyak.
ia langsung menuju kamar mandi lalu berkumur dengan cairan antiseptik yang telah ia dapatkan dari dokter guna menetralisir cairan jahanam yang tersisa dalam mulutnya.
Sempat terbesit dalam hati entah kapan ia akan keluar dari pekatnya lumpur dunia malam.
" Cup!" Panggilnya seraya menutup daun pintu kamar mandi usai membersihkan dirinya. Di malam jelang dini hari ini, ia sengaja membawa dua bungkus kwetiau goreng hangat untuk dirinya dan Yusuf.
" Cup bangun, ini Mamak baw...." Ia mengerutkan keningnya demi melihat kamar Yusuf yang kosong.
" Cup!" Panggilnya lagi mulai panik karena tak menemukan Yusuf. Kemana anaknya di jam selarut itu?
" Yusuf!" Ia bahkan memperjelas penyebutan namanya demi rasa khawatir. Hingga saat ia hendak menuju ke arah dapur, ia menemukan sesuatu yang menempel di dinding pintu kulkasnya.
...Mak, Yusuf minta maaf kalau selama ini menyusahkan Mamak. Yusuf pergi biar Mamak enggak lagi dihina ibu-ibu komplek kita. Gak usah cari Yusuf Mak, Yusuf yang bakal cari Mamak jika sudah sukses nanti. ...
...Yusuf sayang Mamak....
...TTD...
...Yusuf...
Entah kapan terakhir kali ia menangis dalam kesungguhan. Namun yang jelas, setalah seorang laki-laki pergi dengan cara tak jantan, ia tak lagi mau menangisi hal yang tak penting lagi.
Baginya, hidup adalah untuk berjuang. Walau cara yang dinilai salah, namun sejatinya ia hanya berusaha untuk menyambung nyawa.
Namun malam ini, membaca tulisan dalam kertas usang itu dari bocah yang amat ia sayangi, seolah merobek batin dan jiwanya secara bersamaan!
" Yusuf!" Lirihnya bersimpuh dalam tangis yang semakin pecah.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Zaitun Laharima
/Grin//Grin/
2024-02-16
0
Nazka Aditya
astaga...!!! 🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈
2023-01-16
0
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mungkinkah kalo denok masih perawan soalnya dia hanya melakukan or*l saja kan gak sampai nusuk nusuk....
2023-01-03
0