Bab 3. Kemanakah kau?

...🌹🌹🌹...

Denok

" Psstt! Rin, Kok ganti orang sih?" Bisiknya kepada Karin yang kini berjalan bersisian bersamanya menuju room dengan cahaya pendar dan ornamen ciamik yang membuat siapa saja terpukau.

" Bentar - bentar, iya ya... beda sama yang di foto!" Sahut Karin sembari mengusap layar ponselnya guna memverifikasi.

Merasa bingung sebab mengapa yang ada di atas sofa itu merupakan pria muda yang begitu parlente.

" Apa dia salah duduk? Bukannya ini tempat..."

" Ah kalian sudah datang?"

Dua wanita yang kini nampak tegang itu saling bertukar pandang, manakala suara berat pria berhidung bangir dengan wajah tampan itu terdengar menyapa.

" Kenapa lu nggak bilang sih kalau jagung pegunungan Himalaya yang datang?"Ucap Denok dengan mulut tertutup. Membuat mereka bagai dukun yang komat-kamit baca mantra.

" Aku enggak tahu Sun, orang yang booking atas nama Ginanjar!" Sela Karin yang ogah di salahkan.

" Bisa bunting aku kalau dia yang nusuk, mana udah gak main tusuk-tusukkan!" Gerutunya demi mengingat bila selama ini ia memang hanya menemani aki- aki tua dengan memberikan pelayanan elus- mengelus.

Enggan berurusan dengan pria muda yang selalunya irit ongkos.

" Tapi, tunggu dulu...jagung Himalaya? Emang di pegunungan Himalaya ada yang nanem jagung?" Bisik Karin polos saat mereka sudah hampir dekat dengan meja pria ganteng itu.

"Hadeh! Ternyata, casing lu doang yang cantik Rin, otak lu kosong. Isinya kon*ol semua!"

Namun, bukannya marah, Karin justru tergelak demi melihat Denok yang bersungut-sungut. Membuat pria di hadapan mereka menyipitkan mata demi rasa penasaran.

" Kalian pasti Aries sama Gemini ya?" Sapa laki-laki yang sepertinya berusia 30-35 an tahu menurut analisanya.

Ya, sengaja menggunakan nama samaran agar bisnis berjalan lancar.

" Iya, aku Gemini!" Jawab Karin yang terlihat begitu senang.

Denok menatap heran ke arah Karin yang senyam-senyum sendiri manakala menatap pria itu.

" Kenapa si Karin?" Batin Denok merasai Karin dalam hati.

" Saya Leon!" Pria itu menjulurkan tangannya kepada Karin juga Denok. Membuat wanita yang sejatinya merupakan manager Denok itu belingsatan.

" Terus yang Ginanjar?..." Potong Denok tanpa basa - basi sebab ia ingin memperjelas situasi.

" Ah, itu nama belakangku!" Jawab Leon tersenyum menampilkan giginya yang rata, rapi , juga bersih.

" Hah?"

Dua wanita itu ber- hah secara bersamaan demi rasa terkejut yang luar biasa.

"Muke gile, bener-bener proyek besar ini Nok. Besar sekabehane ( semuanya!)" Bisik Karin yang sepertinya merubah rencana.

" Rin, kayaknya elu aja deh yang nyikat. Aku ogah kalau sama yang beginian, takut ma..."

" Oke, biar aku aja!"

" What?" Denok seketika terkejut demi melihat Karin yang langsung mengiyakan tawarannya. Tak seperti di hari lain, yang dimana wanita sexy itu enggan mau menerima job.

" Ayo duduk dulu, kita ngobrol!"

Denok sedikit heran kepada pria yang nampak kaya itu. Kenapa dia mau memesan jasa esek-esek dengan mereka? Pria sepertinya pasti dengan mudah di gandrungi banyak wanita bukan?

" Pinjam korek!" Denok yang sudah menggapit sebatang rokok dalam mulutnya meminta pemantik api kepada Karin. Membuat Leon tersenyum senang.

" Kalian udah tahu kan kalau habis ini kita ke vila yang ada di..."

" Hah, Villa?"

" Auuww!" Teriak Denok yang baru akan menyalakan cigaretnya dan merasa kesakitan sebab di cubit oleh Karin. Membuatnya seketika mendengus.

" Hemmm, apa kalian keberatan?"

" Keberatan lah, aku ada anak yang..."

" Aduh apaan sih?" Omel Denok lagi kala kakinya kembali di cubit oleh Karin.

" Bisa kok, tenang aja!" Sahut Karin yang sepertinya nampak terkesima dengan Leon. Membuat pria itu juga tersenyum.

Kini, Denok nampak mendengus dengan cuping hidung yang telah melebar demi melihat sikap menjijikan Karin.

Damned!

Dan benar saja, di menit ke tiga puluh, Karin dan Leon akhirnya pergi menuju ke sebuah villa menggunakan mobilnya. Meski Leon nampak terus menatap Denok dengan tatapan penasaran, tapi wanita ayu itu sudah berjanji untuk tidak melayani pria muda.

Lagipula, sepertinya pria itu menarik hati temannya.

Membuatnya memutuskan untuk nongkrong di sebuah cafe sebab malam ini sepertinya ia akan mendapatkan komisi yang besar tanpa harus mengocok sesuatu.

Dalam balutan dinding bercat kuning yang hangat, dua netranya tak sengaja menangkap gambar seorang wanita yang sangat ia kenali. Wanita yang menjadi istri laki-laki yang juga ia kenali.

Membuatnya seketika tersenyum kecut.

Ya, foto Felisha Gunawan dan Jonathan yang nampak tersenyum kala bangunan ini launching untuk pertama kali. Kerjaan bisnis yang seolah tiada pernah mati.

" Sendirian?" Ia melirik suara pria yang mendadak datang, dan menatapnya penuh minat. Pria berusia paruh baya yang tidak terlalu jelek tapi sedikit kusam.

Tapi, tidak untuk dompetnya yang jelas. Pria paruh baya seperti orang itu sudah bisa dipastikan memiliki uang yang cukup banyak.

Denok sudah paham dengan manusia modelan seperti itu. Mencari mangsa manusia hina seperti dirinya untuk kepuasan naf*su belaka.

" Boleh kita....?"

.

.

Kota D

Jonathan

Selepas ia resign dari perusahaan Jodhistira dan belajar mengelola perusahaan Papanya, ia menjadi orang yang makin pendiam. Sebab, kesibukan tak memberinya kesempatan hanya untuk basa-basi.

Lagipula, hidupnya saat bagai mati. Kosong dan tak memiliki arah.

Yang diinginkan kedua orangtuanya hanya kemewahan, nama besar, serta kedudukan yang tinggi. Lantas, pernahkah mereka memikirkan perasaan Jonathan ?

Menyesal?

Sudah pasti.

Apalagi, sebagai seorang laki-laki, ia merasa martabatnya telah di rendahkan oleh Feli, manakala wanita itu kerap memintanya untuk ini itu.

" Sayang!"

Ia menghentikan gerakan jarinya yang tengah mencumbui tombol laptopnya manakala tangan lembut itu mengalung ke lehernya.

Ia bukan pria munafik yang tahan dengan suguhan manis sang wanita. Namun, itu dulu, manakala ia belum mengetahui sifat Felisha yang sesungguhnya.

Hingga, suatu hari, ia mendapati fakta jika Felisha tak mau mengandung sebab ia takut jika tubuhnya tak lagi proporsional dan akan sangat berpengaruh pada elektabilitasnya.

Membuat Jonathan merasa semakin di rendahkan.

" Aku capek Fel!" Tolak Jonathan menolak Felisha yang telah mengenakan baju tidur satin dengan dada terbuka.

Rasanya, ia telah mati rasa terhadap Feli. Wanita diktaktor yang selalu ingin berkuasa. Membuatnya buru-buru meninggalkan Feli sebab bersama istrinya saat ini, hanya membuat dirinya semakin ingin marah saja.

" Aku mau kita punya anak!"

DEG!

Ucapan mengejutkan itu berhasil membuat langkah Jonathan seketika terhenti.

" Tidak semudah itu untuk menata kembali apa yang telah berserak Fel. Kuharap kau paham!" Ucap Jonathan dengan sorot mata yang begitu lelah dan kecewa.

.

.

Denok

Usai meladeni pria tadi dengan cara oral, ia melesatkan motor milik Karin menuju rumahnya. Ia langsung membuka pintu rumah kontrakannya sesaat setelah anak kunci selesai ia putar. Selalu membawa kunci cadangan sebab tak ingin mengganggu Yusuf.

Lagipula, ia lega, malam ini bisa pulang tak terlalu subuh namun bisa di pastikan jika Karin akan memberinya uang yang banyak.

ia langsung menuju kamar mandi lalu berkumur dengan cairan antiseptik yang telah ia dapatkan dari dokter guna menetralisir cairan jahanam yang tersisa dalam mulutnya.

Sempat terbesit dalam hati entah kapan ia akan keluar dari pekatnya lumpur dunia malam.

" Cup!" Panggilnya seraya menutup daun pintu kamar mandi usai membersihkan dirinya. Di malam jelang dini hari ini, ia sengaja membawa dua bungkus kwetiau goreng hangat untuk dirinya dan Yusuf.

" Cup bangun, ini Mamak baw...." Ia mengerutkan keningnya demi melihat kamar Yusuf yang kosong.

" Cup!" Panggilnya lagi mulai panik karena tak menemukan Yusuf. Kemana anaknya di jam selarut itu?

" Yusuf!" Ia bahkan memperjelas penyebutan namanya demi rasa khawatir. Hingga saat ia hendak menuju ke arah dapur, ia menemukan sesuatu yang menempel di dinding pintu kulkasnya.

...Mak, Yusuf minta maaf kalau selama ini menyusahkan Mamak. Yusuf pergi biar Mamak enggak lagi dihina ibu-ibu komplek kita. Gak usah cari Yusuf Mak, Yusuf yang bakal cari Mamak jika sudah sukses nanti. ...

...Yusuf sayang Mamak....

...TTD...

...Yusuf...

Entah kapan terakhir kali ia menangis dalam kesungguhan. Namun yang jelas, setalah seorang laki-laki pergi dengan cara tak jantan, ia tak lagi mau menangisi hal yang tak penting lagi.

Baginya, hidup adalah untuk berjuang. Walau cara yang dinilai salah, namun sejatinya ia hanya berusaha untuk menyambung nyawa.

Namun malam ini, membaca tulisan dalam kertas usang itu dari bocah yang amat ia sayangi, seolah merobek batin dan jiwanya secara bersamaan!

" Yusuf!" Lirihnya bersimpuh dalam tangis yang semakin pecah.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Zaitun Laharima

Zaitun Laharima

/Grin//Grin/

2024-02-16

0

Nazka Aditya

Nazka Aditya

astaga...!!! 🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈

2023-01-16

0

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

mungkinkah kalo denok masih perawan soalnya dia hanya melakukan or*l saja kan gak sampai nusuk nusuk....

2023-01-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Aku dan hitamku
2 Bab 2. Setangkup haru dalam rindu
3 Bab 3. Kemanakah kau?
4 Bab 4. Meminta pekerjaan
5 Bab 5. Menggali motif
6 Bab 6. Kekecewaan masa lalu.
7 Bab 7. Secuil titik terang
8 Bab 8. Heading to the J
9 Bab 9. Melarikan diri
10 Bab 10. Kasih tak langsung
11 Bab 11. Mendapat pekerjaan
12 Bab 12. Kegelisahan Feli
13 Bab 13. Ujian kehidupan
14 Bab 14. Sebuah suara
15 Bab 15. Anak?
16 Bab 16. Diskriminasi
17 Bab 17. Kenyataan harus di kabarkan
18 Bab 18. Di persimpangan hati Denok
19 Bab 19. Bersama sekutu
20 Bab 20. Rencana Jonathan
21 Bab 21. Kalah telak
22 Bab 22. Segumpal niat
23 Bab 23. Terpaksa menerima
24 Bab 24. Turun kasta
25 Bab 25. Upaya membebaskan Yusuf
26 Bab 26. Bertemu lagi
27 Bab 27. Bilang aja cemburu
28 Bab 28. Perasaan Jonathan
29 Bab 29. Hari pertama bekerja
30 Bab 30. Meluruskan jalan hidup
31 Bab 31. Tak bisa melupakan
32 Bab 32. Mengembalikan Yusuf
33 Bab 33. Sebuah Aral
34 Bab 34. Kanker otak
35 Bab 35. Naik pitam
36 Bab 36. Tak memiliki pilihan
37 Bab 37. Night with you
38 Bab 38. Setitik kecurigaan
39 Bab 39. Sepenggal kisah kelam
40 Bab 40. Pembicaraan pria dewasa
41 Bab 41. Ulah Windi
42 Bab 42. Kemarahan Jonathan
43 Bab 43. Sikap seorang sahabat
44 Bab 44. Pertanyaan menohok
45 Bab 45. Manusia dengan segala warna hidupnya
46 Bab 46. Sebuah harga diri
47 Bab 47. Siapa dia?
48 Bab 48. Hiburan baru
49 Bab 49. Keadaan kacau
50 Bab 50. Bertemu denganmu
51 Bab 51. Di satu sore yang indah
52 Bab 52. Di persimpangan pilihan
53 Bab 53. Misi penyelamatan part 1
54 Bab 54. Misi penyelamatan part 2
55 Bab 55. Misi penyelamatan part 3
56 Bab 56. Perkenalan yang unik
57 Bab 57. Kunjungan orang dari masa lalu
58 Bab 58. Kala keharmonisan berbicara
59 Bab 59. Keluarga yang berdaulat
60 Bab 60. Kelakuan absdurd sang CEO
61 Bab 61. Menabur angin menuai badai
62 Bab 62. Dari author
63 Bab 63. Pergilah bersama nasibmu
64 Bab 64. Ketika keadilan berbicara
65 Bab 65. Pelukku untukmu
66 Bab 66. Kesadaran insan biasa
67 Bab 67. Kisah membahagiakan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1. Aku dan hitamku
2
Bab 2. Setangkup haru dalam rindu
3
Bab 3. Kemanakah kau?
4
Bab 4. Meminta pekerjaan
5
Bab 5. Menggali motif
6
Bab 6. Kekecewaan masa lalu.
7
Bab 7. Secuil titik terang
8
Bab 8. Heading to the J
9
Bab 9. Melarikan diri
10
Bab 10. Kasih tak langsung
11
Bab 11. Mendapat pekerjaan
12
Bab 12. Kegelisahan Feli
13
Bab 13. Ujian kehidupan
14
Bab 14. Sebuah suara
15
Bab 15. Anak?
16
Bab 16. Diskriminasi
17
Bab 17. Kenyataan harus di kabarkan
18
Bab 18. Di persimpangan hati Denok
19
Bab 19. Bersama sekutu
20
Bab 20. Rencana Jonathan
21
Bab 21. Kalah telak
22
Bab 22. Segumpal niat
23
Bab 23. Terpaksa menerima
24
Bab 24. Turun kasta
25
Bab 25. Upaya membebaskan Yusuf
26
Bab 26. Bertemu lagi
27
Bab 27. Bilang aja cemburu
28
Bab 28. Perasaan Jonathan
29
Bab 29. Hari pertama bekerja
30
Bab 30. Meluruskan jalan hidup
31
Bab 31. Tak bisa melupakan
32
Bab 32. Mengembalikan Yusuf
33
Bab 33. Sebuah Aral
34
Bab 34. Kanker otak
35
Bab 35. Naik pitam
36
Bab 36. Tak memiliki pilihan
37
Bab 37. Night with you
38
Bab 38. Setitik kecurigaan
39
Bab 39. Sepenggal kisah kelam
40
Bab 40. Pembicaraan pria dewasa
41
Bab 41. Ulah Windi
42
Bab 42. Kemarahan Jonathan
43
Bab 43. Sikap seorang sahabat
44
Bab 44. Pertanyaan menohok
45
Bab 45. Manusia dengan segala warna hidupnya
46
Bab 46. Sebuah harga diri
47
Bab 47. Siapa dia?
48
Bab 48. Hiburan baru
49
Bab 49. Keadaan kacau
50
Bab 50. Bertemu denganmu
51
Bab 51. Di satu sore yang indah
52
Bab 52. Di persimpangan pilihan
53
Bab 53. Misi penyelamatan part 1
54
Bab 54. Misi penyelamatan part 2
55
Bab 55. Misi penyelamatan part 3
56
Bab 56. Perkenalan yang unik
57
Bab 57. Kunjungan orang dari masa lalu
58
Bab 58. Kala keharmonisan berbicara
59
Bab 59. Keluarga yang berdaulat
60
Bab 60. Kelakuan absdurd sang CEO
61
Bab 61. Menabur angin menuai badai
62
Bab 62. Dari author
63
Bab 63. Pergilah bersama nasibmu
64
Bab 64. Ketika keadilan berbicara
65
Bab 65. Pelukku untukmu
66
Bab 66. Kesadaran insan biasa
67
Bab 67. Kisah membahagiakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!