IMIGANAI [意味がない]

IMIGANAI [意味がない]

RAITO

Ibukota Taiyō 1988, kantor pusat Badan Kepolisian Nasional (Keisatsu-chō)/NPA Raito .....

Pertemuan mingguan para pemimpin kepolisian daerah ke kantor pusat untuk pertama kali semenjak Yuoru Tsushima menjabat sebagai komisaris Jenderal Raito.

Ada 15 pemimpin kepolisian daerah yang harus hadir mewakili daerahnya yaitu kota Chi, Jikan, Shugā, Yama, Hana, Kiseichū, Hikui, Takai, Man'naka, Ki no kan, Hachi, Kiiro, setsuzoku, Ame, dan ibukota Taiyō.

Pertemuan ini diadakan pada pukul 10 pagi, akan tetapi di dalam ruang meeting sudah penuh dengan perbincangan dari para pimpinan kepolisian daerah. Tak seperti biasanya, sebelum Kepala kepolisian Daruu Suzuki turun dari jabatannya, mereka tidak pernah datang lebih dulu di dalam ruang pertemuan. Begitu antusias nya mereka ingin segera bertemu dan berbincang dengan kepala kepolisian yang baru? atau ada sesuatu yang ingin mereka pastikan.

" Kudengar kepala yang baru masih sangat muda, bahkan seumuran dengan anak-anak kita, apakah itu benar? "

" Hai sōdesu. Apakah Anda tidak datang di hari upacara pelantikannya minggu lalu? "

" ..... Aku tidak datang. Banyak hal yang perlu diurus waktu itu. "

" Sayang sekali Anda melewatkan kesempatan bisa melihat Kaisar melantik langsung dirinya di depan semua polisi. "

"Hontōni? Dia bisa diperhatikan langsung oleh Kaisar pasti bukan sebuah kebetulan.."

" Aku dengar, saat anak itu masih di akademi kepolisian, Kaisar sering mengunjunginya langsung. "

"Wah, ada hubungan apa mereka? Orang penting seperti Kaisar, pemimpin negara kita bisa menempatkan waktu untuk membawanya ke posisi ini, pasti ada sesuatu yang akan terjadi. "

Ruangan pertemuan yang harusnya diisi dengan perbincangan mengenai kasus-kasus tertentu, sekarang seketika berubah topik menjadi ' hanya membicarakan tentang Yuoru saja '. Terlihat jelas bahwa mereka berburuk sangka kepada Kaisar dan Yuoru. Faktor pertama tentu saja karena kehadiran Yuoru sangat mendadak sehingga mereka berpikiran bahwa dia belum pantas mendapatkan posisi tinggi itu padahal masih muda dan belum ada pengalaman.

Dari koridor terdengar suara hentakan kaki yang lebih dari 2 langkah. Ada dua orang laki-laki yang memakai seragam formal kepolisian Raito, kemeja biru muda dan setelan jas hitam yang penuh dengan pernak pernik pangkat dari diri mereka. Bayangan terlihat, mereka memiliki tinggi badan kurang lebih 180 cm.

Setelah kedua orang tersebut sampai di depan pintu ruang meeting, laki-laki yang tampak mendominasi itu berhenti melangkah maju, ia seperti ragu dengan langkahnya. Kedua polisi yang menjaga di depan pintu memberinya salam hormat lalu memegang pintu, menandakan mereka siap untuk membuka jalan untuknya. Sementara itu laki-laki di belakangnya sudah tampak sangat siap.

" Hormat kepada Komisaris Jenderal! " teriak salah satu polisi penjaga itu, satunya langsung mengikuti arahan dan segera memberi hormat.

Kedua laki-laki itu membalas hormat dan mereka sama-sama menurunkan tangan.

Para pemimpin di dalam ruang pertemuan sontak kaget mendengar suara dari luar ruangan itu. Mereka yang tadinya masih sibuk membicarakan orang lain, tiba-tiba terdiam dan semua menatap ke arah pintu.

" Ssttt, diam! Ada yang akan masuk. "

"Apakah dia Komisaris Jenderal yang baru?"

" Mungkin saja. "

" Kecil kan suara kalian! Kalau benar Komisaris, berarti sudah sejak tadi mendengar pembicaraan kita. "

" Bersiap-siap saja. Pastikan kalian tidak membuat masalah nanti. "

" Dirimu lah yang memulainya lebih dulu tadi. "

Salah satu polisi memberanikan diri untuk bertanya, " Maaf, pak. Anda sudah harus masuk sekarang. Apakah ada masalah? "

Sementara laki-laki itu diam, laki-laki di belakangnya menepuk pelan pundaknya. " Komisaris Jenderal, kita harus masuk sekarang! "

Seketika ia sadar dan mengangguk.

Laki-laki di belakangnya itu langsung tersenyum seraya memberikan topi dan membantu memastikan pakaiannya sudah rapi atau belum.

" Oke, sekarang Anda sudah rapi. "

" Arigatō. " balasnya singkat. Terdengar suara uniknya yang sangat dalam, orang bisa langsung tahu bahwa sikapnya akan seperti apa.

" Kalau begitu kita masuk sekarang, sudah waktunya. " ucap laki- laki dengan lesung pipi itu.

Laki-laki yang mereka panggil sebagai Komisaris Jenderal itu hanya mengangguk pelan tanpa berbicara lagi. Kedua penjaga pintu itu pun langsung bersama-sama membuka pintu untuk mereka masuk ke dalam ruang pertemuan.

Pada saat baru saja akan melangkah masuk, seseorang gadis berteriak dari 10 meter di belakang mereka.

" Yuoru oniichan! "

Mendengar panggilan itu, laki-laki yang bersikap dingin itu langsung menoleh dan menatapnya datar.

Terlihat jelas wajah gadis berusia 17 tahun yang mengenakan seragam SMA itu sangat manis dan bersemangat.

" Ganbatte oniichan! Aku akan menunggumu di luar, oke? " ucapnya sambil tersenyum lebar.

" Sepertinya yang tampak semangat hanya Remi-Chan. "

Tanpa membalas sepatah kata pun, laki-laki yang bernama Yuoru itu melangkah masuk ke dalam ruang pertemuan. Sementara laki-laki yang selalu berada di belakangnya itu adalah Sersan Eiji Saito, bisa dikatakan kalau dia adalah tangan kanan Yuoru karena hampir semua pekerjaan ditangani olehnya.

Ia membungkuk ke arah gadis manis itu, ya dia adalah adik kandung Yuoru, namanya Remi Tsushima. Setelah memberi hormat, Eiji langsung menyusul Yuoru ke dalam ruang meeting, tak lama kemudian pintu kembali di tutup.

Remi sedikit kesal karena sikap Yuoru yang selalu dingin padanya, " Ihh, kenapa oniichan selalu kaku begitu? Apakah dia tidak bisa membalas dengan satu senyuman saja, dia kan tidak perlu berbicara. "

Setelah masuk ke ruang meeting, suasana sangat hening sekali seperti tempat pertapaan para biksu.

" Semua berdiri, beri hormat kepada Komisaris Jenderal Raito! " teriak tegas seorang sersan yang berdiri di depan papan materi kepolisian.

Sontak semua langsung berdiri dan memberi hormat, mereka tidak boleh menurunkan tangan sebelum Yuoru membalas dengan hormat juga atau dengan lisan.

Jujur, Yuoru terlihat agak kaget ketika sersan itu langsung berteriak, tetapi karena emosi nya tidak mudah tertebak, sehingga orang lain tidak pernah melihat ekspresi lain dari wajah tampannya itu.

Kurang lebih 2 menit Yuoru belum merespon mereka, ia hanya diam sambil menatap wajah kelima belas pimpinan kepolisian daerah itu dengan tatapan dingin.

Tangan beberapa pemimpin sudah tampak bergetar karena tidak kuat lagi untuk terus hormat, tetapi Yuoru seperti sengaja membiarkan mereka seperti itu untuk beberapa menit. Ya, siapa yang tidak akan mendengar pembicaraan buruk mereka tentang Yuoru tadi, bahkan dua penjaga pintu pun sampai geleng-geleng kepala mendengar ucapan buruk itu. Walau pembicaraan mereka terdengar ke luar, tapi ruang pertemuan terletak di lantai 3 kantor pusat bagian paling dalam, jadi tidak ada yang akan mendengar lagi selain orang-orang yang ada di dekat ruangan itu.

Waktu terus berjalan, sudah hampir 5 menit mereka masih berdiri dengan tangan kanan yang sudah mulai tampak kelelahan. Eiji menepuk pundak Yuoru pelan, secara tidak langsung menyuruh Yuoru untuk segera menghentikan hukuman itu.

Yuoru melihat jam di dinding, sudah menunjukkan pukul 10 pagi pas. Ia pun langsung duduk di kursi nya.

" Turunkan tangan kalian dan kembali lah duduk. " ucapnya singkat.

" Siap, pak! " jawab serentak mereka lalu bergegas duduk kembali.

Mereka tampak kelelahan, ada beberapa yang sudah berumur 50 tahun, tapi Yuoru dengan tegas nya menghukum tanpa membeda-bedakan mereka.

" Kalian datang lebih cepat dari saya. Sampai saya mengira bahwa saya sudah terlambat datang ke pertemuan pertama ini. Saya sangat salut dengan Anda semua. " sindir halus Yuoru dengan wajah datar.

" Hahaha, Kami harus terus punya semangat untuk kepolisian. Apalagi kalau ada Komisaris muda seperti Anda, kami jadi semakin semangat bekerja. " ucap pimpinan kota Haichi, yaitu Ketua Akira Sasaki.

" Benar apa kata Tuan Sasaki, apa lagi orang tua seperti kami ini memang sudah tidak akan lama lagi berhenti dari pekerjaan ini." sambung Ketua Ryu Hayashi, pimpinan kota Kiiro.

Mendengar ucapan dari kedua pimpinan itu, pimpinan yang lain jadi kembali bersuara dan dengan berani nya tertawa di depan Yuoru.

Eiji seketika tidak tahan dengan situasi kurang pantas itu, ia pun langsung mengetuk meja 3 kali untuk memperingati mereka. " Sumimasen! Anda sekalian sedang ada di dalam pertemuan, ditambah lagi Komisaris Jenderal kalian juga ada di depan mata. Saya mohon jaga lah sikap kalian! "

" Sikap kalian saat ini sangat jelas menjelaskan bahwa kalian tidak menghormati kami di hadapan kalian. " sambungnya tegas.

Mereka langsung kembali diam, tetapi terlihat jelas raut wajah mereka menunjukkan perasaan tidak nyaman dan menyimpan rasa kesal pada Yuoru dan Eiji.

" Kenapa kamu berbicara seperti itu? Ruangan ini kan memang untuk berbincang, biarkan saja mereka. Semakin lama di dalam ruangan ini, semakin banyak masalah yang terselesaikan namun bisa dibilang belum selesai juga. " tegur Yuoru dingin.

" Komisaris! Kalau waktu kita sebanyak 24 jam dalam 1 hari, saya akan membiarkan mereka seperti ini dan menemani Anda. Tetapi, ini baru pertemuan pertama, mereka sudah bersikap seperti ini. Apakah pantas? " kesal Eiji.

" Pantas! Karena kita akan bekerja sama sampai mampus untuk urusan internal negara ini." jawab Yuoru.

Mendengar perkataan Yuoru, membuat Eiji tak bisa berkata-kata. Yuoru memang jarang bisa berbicara lebih dalam kesehariannya, tapi kalau sudah membahas hal yang membuatnya tidak nyaman dan harus segera diluruskan, dia tidak akan terus diam.

" Apakah karena tadi saya lupa memperkenalkan diri, makanya para pimpinan terus berbicara santai? " tanya Yuoru.

Tidak ada yang berani menjawab saat Yuoru menanyakan hal itu, tetapi sudah terbaca jelas di wajah mereka bahwa apa pun yang dikatakan Yuoru akan membuat mereka semakin tidak menerima Yuoru.

" So no baai, saya akan memperkenalkan diri saya sekarang. " ungkap Yuoru seraya berdiri dari tempat duduknya.

Eiji hanya bisa menggelengkan kepala nya, ia tidak bisa lagi membantu Yuoru untuk menenangkan para pimpinan yang masih tidak yakin dengan kepemimpinan Yuoru.

Yuoru membungkuk beberapa detik lalu kembali berdiri dengan tegap. "Watashinonamaeha Tsushima yorudesu. Saya berdiri di sini sebagai Komisaris Jenderal Badan Kepolisian Nasional Raito. Saya sangat berharap kerja sama yang baik di antara pusat dan kepolisian daerah, saya akan banyak mendengarkan nasihat kalian kedepannya. Gaido shite kudasai! " ia kembali membungkuk.

" ..... Dan yang berdiri di samping saya adalah Sersan I Eiji Saito. Jika ada hal penting yang ingin dibahas, katakan lah padanya, dia akan segera menyelesaikan masalah tersebut. " sambung Yuoru. Eiji pun dengan terpaksa membungkuk karena Yuoru memperkenalkan diri mereka.

Setelah ia memperkenalkan diri, Yuoru kembali duduk. " Sumimasen, seperti yang dikatakan sersan I Saito, saat ini waktu sangat terbatas. Banyak masalah yang baru saya terima dan harus langsung saya tangani dengan para pimpinan sekarang."

" Hai, kami akan mendengarkan apa yang dikatakan Komisaris, baru kita bersama-sama mencari penyelesaiannya. " ucap pimpinan kota Jikan.

Semua sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan oleh pimpinan kota Jikan, mereka akan mencoba mendengarkan Yuoru dan menghormatinya sebagai atasan mereka.

Yuoru menadahkan tangan kanannya ke Eiji untuk mengambil berkas kasus yang dibawa olehnya tadi. Disisi lain Eiji masih terlihat tidak terima dengan sikap yang ditunjukkan para pemimpin kepolisian daerah itu, tetapi Yuoru masih saja bersikap datar seolah tidak terjadi apa pun.

Eiji pun memberikan dokumen di dalam map hitam itu kepada Yuoru sambil mencoba menenangkan emosinya.

Yuoru membuka dokumen tersebut, ia tidak perlu membacanya lagi karena sudah ada persiapan untuk membahas kasus-kasus itu di pertemuan ini. Yuoru pun menutup kembali berkas itu, hal itu membuat para pimpinan kembali bertanya-tanya tentang hal apa yang akan dilakukan Yuoru. Padahal mereka tidak mengetahui kalau Yuoru sudah ada persiapan, ia membuka berkas itu hanya untuk memastikan bahwasannya map yang diambil oleh Eiji tidak salah.

Yuoru lalu menyuruh staf untuk membagikan dokumen yang sama seperti miliknya kepada semua pimpinan, karena ia yakin mereka tidak sepenuhnya serius akan membahas permasalahan di pertemuan kali ini.

" Sudah dapat dokumennya semua? Baiklah, saya akan langsung membahasnya. " ucap cepat Yuoru.

" Seperti yang Anda sekalian lihat, di dalam dokumen itu hanya ada 2 kasus yang belum bisa diselesaikan pada saat pak Daruu masih memimpin."

" Kasus pertama adalah kasus tentang pembunuhan berantai yang terjadi di desa Mizu dari bulan Februari lalu. Desa Mizu adalah bagian dari kota Takai, pimpinan Kimura, apakah Anda bisa menjelaskan kembali tentang kasus tersebut? "

Pimpinan Kimura mengangguk, "Hai. Tentang kasus pembunuhan berantai itu, kami di kota Takai menyebutnya pembunuhan Kokoro o korosu, karena dari bukti yang sudah di dapatkan hingga saat ini, pelaku nya hanya membunuh korban untuk mengambil organ hatinya. " jelasnya sambil menggelengkan kepala, ia merasa prihatin dengan kasus yang belum bisa diselesaikan di kotanya.

" Saat ini belum ada kemajuan untuk mengetahui siapa pelaku dari pembunuhan itu. Sementara itu, korban terus bertambah, bahkan jam 1 pagi tadi saya juga mendapatkan telepon dari kota bahwa terjadi lagi pembunuhan itu di desa. "

" Berarti korban sampai tadi pagi berjumlah 11 orang dan semua korbannya adalah perempuan, benar kan? " tanya Yuoru.

Pimpinan Kimura mengangguk, ia tidak bisa menyangkal bahwa yang dikatakan oleh Yuoru benar.

Yuoru berdiri dari tempat duduknya dan bergegas membuka sebuah papan yang ditutupi kain hitam tadi. Ternyata papan kaca itu merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan Yuoru 1 hari sebelum pertemuan, bisa diartikan bahwa sejak kemarin ia hanya bolak balik kantor hanya untuk merangkai permasalahan yang akan mereka hadapi.

Terlihat jelas bahwa semua foto, nama, foto jasad di TKP, dan foto otopsi ada di papan tersebut. Slot yang masih kosong yaitu slot yang berada paling atas, sang pelaku yang belum diketahui identitasnya.

" Korban pertama bernama Emi Sato (23), dia dibunuh di stasiun desa Mizu saat akan kembali ke kota Takai pada saat liburan musim panas tahun lalu. Korban kedua, Sora Tanaka (17) dibunuh di sekolah SMA Kusari, lebih tepatnya di dalam toilet perempuan. Korban ketiga, Reina Yamamoto (21) dibunuh di pemandian air panas desa. Chika Kobayashi (19) dibunuh di rumahnya sendiri, disaksikan oleh adik laki-lakinya yang masih kelas 4 SD. Zie Fujikawa (25) dibunuh di taman desa pada malam hari saat baru pulang bekerja. Somi Murakami (20) dibunuh di stasiun desa Mizu bulan desember tahun lalu pada malam hari. Nana Ikari (23) dibunuh di tempat kerja nya, bank CVB pelaku menyamar sebagai nasabah. Hitana Ito (20) dibunuh di pasar tradisional desa Mizu pada siang hari, di saat kondisi pasar ramai. Jona Saito (24) dibunuh di rumahnya pada saat tahun baru. Kishi Watanabe (25) dibunuh di sawah milik orang tuanya. Dan yang hari ini adalah Miu Suzuki (21) dibunuh di halaman belakang rumah pamannya di pedalaman desa Mizu."

" Apakah informasi yang saya terima benar begitu pimpinan Kimura? " tanya Yuoru dengan tatapan serius.

Lagi-lagi tembakan langsung, pimpinan Kimura tidak bisa mengelak. " Hai, semua yang dikatakan Anda adalah benar. "

" Saya sudah melihat semua bukti yang sudah terkumpul, memang tidak ada yang bisa membantu untuk menunjukkan siapa pelakunya. " ucap Yuoru. "Oleh karena kita akan kembali menganalisa semua dari awal, hal yang sepele pun kemungkinan besar bisa sedikit membantu. "

" Jika pimpinan dari kota lain ada pendapat, utarakan saja! Kita akan mengolahnya bersama-sama di sini. "

Semua pimpinan langsung mengeluarkan pendapat mereka, pada saat Yuoru mulai mengambil tanggung jawab, mereka sedikit tidak lagi menekan Yuoru. Mulai perlahan-lahan bersama mencari sedikit harapan untuk menyelesaikan kasus yang belum selesai itu.

Eiji hanya bisa diam sambil memperhatikan Yuoru dan para pimpinan yang sangat serius menghadapi kasus pembunuhan itu. Berkali-kali ada perbedaan pendapat, namun itu tidak membuat mereka saling salah menyalahkan dan malah kembali fokus mencari jalan lain yang lebih baik.

" Yuoru-Sama, Anda terlalu bekerja keras dari kemarin hanya untuk orang seperti mereka. Anda terlalu baik. " batin Eiji.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 14.15, tetapi mereka belum juga keluar dari ruang pertemuan itu bahkan jam makan siang pun sudah terlupakan.

Walau jam makan siang sudah lewat 2 jam, sebagai pemimpin Yuoru tidak mungkin membiarkan semua orang bekerja keras tanpa makan atau minum, ia pun menyuruh Eiji untuk pergi membeli makanan dan minuman.

Selagi terus berusaha mencari penyelesaiannya, mereka harus makan dan minum di sana dan hampir tidak keluar sampai pada jam 5 sore. Sudah ada berapa kali para pimpinan itu keluar masuk ruangan hanya untuk pergi ke toilet.

BERSAMBUNG ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!