Setelah cukup lama, mereka akhirnya berhasil mengelompokkan modus pembunuhan yang dipakai oleh pelaku.
" Dari semua korban, benar-benar tidak berkaitan antara satu sama lain, mereka seperti orang yang kebetulan bisa dibunuh pada saat kejadian. Lalu usia dari korban rata-rata di umur 17 sampai 25 tahun, ada kemungkinan bahwa dia akan membunuh orang di atas atau di bawah umur kesebelas korban ini. Saat ini yang sudah jelas, korban yang dibunuh adalah wanita, jadi langsung perketat keamanan di sekitar TKP kesebelas korban dan perhatikan setiap wanita yang ada di sana. "
" Sumimasen, masalah personel yang sudah dikerahkan .... "
" Tidak cukup? Saya akan kirim mereka bersama Anda, kembali ke desa Mizu dan lakukan sesuai yang saya katakan! "
" Ini memang tidak akan mampu untuk menahan pembunuhan terjadi, setidaknya mengamati tempat-tempat itu pasti akan ada hasilnya. "
" Satu lagi, jangan pernah berspekulasi bahwa bisa jadi pelaku adalah seorang wanita, karena mereka bisa menyamar mungkin saja laki-laki. Pembunuhan yang dilakukan olehnya memang terlihat tidak terarah, tapi siapa yang tahu bahwa ini adalah rencana yang sudah jauh-jauh ia pikirkan. "
"Hai, saya mengerti Komisaris-Sama. " ucap pimpinan Kimura.
Para pimpinan sudah mulai menerima Yuoru untuk memimpin mereka di pertemuan, bahkan sudah ada kemajuan atas kasus yang tadinya terlihat buntu.
Sementara Youru masih memberikan sedikit penjelasan, Eiji dan beberapa staf sipil membantu membersihkan sampah yang ada di dalam ruangan sampai bersih kembali.
" Apakah para pimpinan ada yang masih ingin di bahas? " tanya Yuoru kembali duduk.
Semua pimpinan kembali berbisik-bisik satu sama lain.
" Sumimasen, Komisaris-Sama. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa ada 1 kasus lagi yang belum dibahas. " ungkap pimpinan kota Yama.
"Ah, Saya hampir lupa karena terlalu fokus tentang pembunuhan berantai ini. Watashi o yurushite. " ucap Yuoru.
" Kalau tentang kasus kedua, saya akan persingkat karena waktu kita sudah habis. "
" Kasus itu kasus yang harusnya ditangani oleh Kepolisian daerah kota Yama. Desa Aki, desa yang penduduknya masih berpegang teguh pada kebudayaan, mereka menolak revolusi yang terus terjadi di negara kita. Kasus ini juga sulit, kalau mereka tersinggung sedikit saja, mereka akan berbuat sesuatu yang nekat."
"Untuk masalah kedua, kita bahas dipertemuan minggu depan saja. Yang terpenting kita harus segera menyelesaikan masalah pembunuhan berantai di desa Mizu terlebih dahulu. Masalah di desa Aki, untuk sementara tinggalkan dulu, karena mereka masih bisa dikendalikan oleh hukum negara. "
"Baik, Pak Komisaris. " serentak semua pimpinan.
Yuoru langsung berdiri dari kursinya, mereka pun mengikuti lalu saling memberi hormat satu sama lain.
" Arigatōgozaimashita, saya pamit duluan. Sampai jumpa! " ucap Yuoru tegas.
Yuoru keluar dari ruang pertemuan dan tak lama diikuti oleh Eiji dan 2 staf sipil yang mengantarkan mereka sampai ke mobil.
Berjalan di koridor, Eiji langsung mencuri kesempatan untuk berbicara dengan atasannya itu mengenai permasalahan di ruang pertemuan tadi. "Yuoru-Sama, Anda tadi ..."
"Dōshite? " tanya singkat Yuoru dengan wajah datar.
Melihat ekspresi Yuoru yang tampak tidak ingin berbicara, ia pun mengurungkan niat untuk mengobrol. "Nanihitotsu, Yuoru-Sama. Hanya pembicaraan random saja. " jawabnya sambil tersenyum.
Sesampainya di depan pintu utama, kedua staf sipil itu kembali masuk ke dalam Kantor pusat karena tugas mereka untuk mengantar Yuoru dan Eiji sudah selesai. Sekarang gantian yang bertugas adalah pengawal pribadi yang bertugas di rumahnya.
Ada dua mobil yang sudah terparkir, mobil yang di depan adalah mobil yang akan ditumpangi oleh Yuoru dan Eiji, di dalam mobil itu juga sudah ada Remi yang sejak tadi pagi menunggu.
" Itu oniichan. Apakah sudah boleh pulang? " ucap Remi dengan wajah senang.
"Hai, Yuoru-Sama sudah bisa pulang bersama kita, Remi-San. " jawab sopir.
Tak lama kemudian, Eiji segera membuka pintu mobil supaya Yuoru bisa masuk dan bertemu dengan Remi. Setelah Yuoru masuk ia langsung menutup pintu mobil belakang lalu bergegas masuk dan duduk di kursi penumpang samping sopir.
Saat Yuoru baru saja duduk dengan tenang, Remi langsung mendekap lengan kirinya dengan sangat kuat saking senangnya. " Oniichan! Aku sangat...sangat merindukanmu. "
Risih dengan sikap adiknya, Yuoru segera menyingkirkan tangan Remi darinya.
"Ah, oniichan. Kenapa sikapmu tidak pernah berubah? Wajah tampanmu itu tidak pernah tersenyum. " kesal Remi.
" Maaf mengganggu. Remi-San, apakah Anda tidak bermain bersama teman sekolah hari ini? " tanya Eiji.
Remi menggelengkan kepala. "Īe. Hari ini aku ingin menginap di mansion, seharian ingin melihat ekspresi oniichan. "
" Tsumaranai. " ketus Yuoru datar.
Remi menjulurkan lidah, " Daijoubu. Aku akan melihat dari kejauhan saja, aku tidak akan mengganggu oniichan bekerja. "
Yuoru memalingkan pandangannya ke luar jendela, kalau sudah seperti itu mau Eiji atau pun Remi tidak akan ada yang bisa mengajaknya mengobrol lagi.
Perjalanan menuju kembali mansion membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Disaat inilah Yuoru mengambil kesempatan untuk tidur sejenak, karena saat tiba di mansion dia akan dihadapi dengan banyaknya dokumen di atas meja kerja nya yang harus segera dibereskan.
" Oniichan benar-benar tampan dari sudut pandang manapun ya, kan? "
Eiji menoleh sejenak, "Hai, jujur saya juga sangat tidak percaya diri saat berada di samping Yuoru-Sama. "
"Hah, doushite? Padahal aku juga merasa Eiji-Sama punya senyuman yang manis. Kalau di sekolah, pasti Eiji-Sama udah terkenal. " puji Remi.
" Fukanō. Pada saat sekolah dulu saya sangat bodoh, selalu tertinggal saat pergantian mata pelajaran. Dan lagi, saya sangat tidak pandai dalam berolahraga. "
" Benarkah? Tapi pada saat ini Anda berdiri di depan saya sebagai Sersan I Raito, siapa yang menyangka nya. "
" Hai, saya juga sangat bersyukur karena kebodohan saya bisa dirubah pada saat SMA. Bisa bertemu dan menemani kalian di sini, saya sangat senang. " ungkap Eiji sambil tersenyum.
" Arigatō, Eiji-Sama. Karena selalu bersama oniichan yang kaku ini. Aku yakin dia sebenarnya sangat kesepian dan butuh sandaran, tapi...sulit mengungkapkan isi hatinya. " ucap pelan Remi sambil menatap sedih pada Yuoru yang tengah tertidur.
Eiji tersenyum. "Daijoubu ka yo, Remi-san. Sudah tugas saya sebagai bawahan di Raito untuk berdiri bersama Yuoru-Sama. "
Saat Eiji dan Remi sedang berbincang, di waktu yang sama mobil mereka tengah berhenti di lampu merah, tandanya sebentar lagi mereka akan segera sampai di mansion.
Mobil mereka tepat berada di sebelah kanan trotoar. Pada saat itu, ada seorang gadis yang tengah berjalan ke arah sebaliknya, tetapi sebuah lonceng yang tergantung di tas nya tiba-tiba terjatuh di samping pintu mobil di mana Yuoru tidur menghadap ke luar jendela itu.
Pada saat akan mengambil kembali lonceng, gadis berwajah bulat dengan kulit putih pucat itu tidak sengaja melihat wajah Yuoru yang sedang tertidur. Di saat bersamaan, Yuoru terbangun dan langsung menatap gadis itu dengan tatapan dingin.
Tak lama mata mereka berpapasan, lampu menunjukkan warna hijau, sopir pun langsung mengendarai mobil kembali menuju ke mansion.
Yuoru terbangun dan kembali membenarkan posisi duduknya tanpa mengatakan apa pun.
Remi ternyata juga melihat gadis yang ada di trotoar itu, dia langsung berpikiran untuk menjahili kakaknya lagi.
" Oniichan, apakah gadis yang memakai kimono tadi cantik? " sindirnya sambil tersenyum.
Ya, benar. Gadis yang mereka lihat itu di sore hari yang cerah dan di pusat keramaian memakai pakaian tradisional. Kimono dengan perpaduan warna hitam dan putih, berpola lingkaran terlihat sangat cantik dipakai oleh gadis tersebut.
" Sawagashī! "
" Apakah Yuoru-Sama dan Remi-San membicarakan tentang gadis yang di trotoar dengan kimono? " tanya Eiji ikut berbincang.
Remi mengangguk semangat. "Hai, benar! Menurut Eiji-Sama, apakah gadis tadi cantik? "
Eiji tanpa ragu mengangguk. "Hai, tidak seperti gadis-gadis di kota, apakah dia berasal dari desa? "
"Bisa jadi. Dari pakaian dan tatapan mata nya melihat orang lain, sepertinya dia memang baru datang ke kota. "
" Oniichan, gadis seperti itu pasti penurut dan serba bisa. Apakah oniichan tidak ingin punya Tsuma seperti itu? " Lagi-lagi Remi mengejek Yuoru.
" Berbicara lah sesuka hatimu sekarang, nanti kupastikan kamu akan menangis. " ancam Yuoru.
Yuoru tidak mungkin tega menyakiti adiknya, dia hanya mengancam untuk memaksa Remi belajar apalagi dia akan menginap malam ini di mansion, Yuoru jadi bisa mengawasi Remi dari dekat.
" Waka tte-Waka tte. Diajak bercanda sedikit pun juga tidak pernah bisa. Oniichan memang membosankan! " kesal Remi sambil menyilang kedua tangannya.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di mansion. Yuoru bergegas keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Sementara itu, Eiji menunggu Remi yang masih ada di dalam mobil. " Huuh, menyebalkan sekali. " ungkapnya masih kesal pada sikap Yuoru.
" Yang sabar Remi-San! Yuoru-Sama sedang banyak pikiran saat ini, makanya dia mudah terbawa emosi. " hibur Eiji pelan.
"Hai, semoga saja benar begitu. Ya sudah, aku ingin langsung ke kamar, bawakan tas biola ku di dalam bagasi ya. "
" Baik, akan saya bantu bawa. "
Setelah dari pagi menguras otak dan pikiran untuk menyelesaikan teka-teki satu kasus, ia melepaskan jas seragamnya lalu meletakkannya di pinggir sofa. Yuoru langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang kerja nya. Dia terlihat sangat lelah, tetapi raut wajah yang dingin selalu menutupi emosi yang ia rasakan.
Ia berbaring sambil menutupi wajahnya dengan lengan kanannya, supaya tidak terkena cahaya dari lampu yang tepat di atas nya.
Tidak lama ia berbaring di sofa, salah satu pengawal pribadi nya mengetuk pintu ruang kerja nya, sontak Yuoru langsung terbangun dan duduk.
Tok...Tok...Tok...
" Sumimasen, chūdan shite sumimasen. Yuoru-Sama, ada tamu yang datang dari desa Aki untuk Anda. "
" Tamu dari desa Aki? Bukankah itu adalah nama desa dengan penduduk yang menolak revolusi. " batin Yuoru.
Tanpa berpikir panjang, Yuoru langsung menyuruh pengawal dan tamu tersebut untuk masuk ke ruangannya.
" Masuklah! "
"Hai, Sumimasen Komisaris-Sama. " ucap sopan pengawal itu sambil membuka kan pintu untuk tamu tersebut.
Di saat pintu terbuka, tamu yang tidak ia ketahui itu akhirnya terlihat. Untuk beberapa detik ia masih biasa saja, akan tetapi saat tamu itu mulai berjalan ke arah nya, Yuoru sontak terkejut dan langsung berdiri dari sofa saking kagetnya.
" Komisaris-Sama, saya pamit kembali ke depan! " ucap pengawal itu langsung bergegas pergi dari depan ruang kerja Yuoru.
" Anata ga...? " Yuoru tampak kebingungan.
Tamu itu membungkuk padanya. "Hai, Tanaka Ayuna tomōshimasu. Saya adalah calon sekretaris Anda, Komisaris Jenderal Tsushima-Sama. Saya di kirim langsung oleh kaisar untuk membantu Anda. " jelasnya dengan nada suara yang lembut dan tatanan bahasa yang sopan.
Siapa yang menyangka bahwa tamu yang ada di depan mata sekarang itu adalah orang yang sama dengan yang mereka temui di saat lampu merah tadi. Ya, gadis dengan kimono hitam berpola lingkaran putih itu, dia sekarang berdiri tepat di depan Yuoru.
Yuoru tidak bisa berkata-kata, tubuhnya seketika kaku tidak bisa memberikan respon untuk Ayuna yang memperkenalkan diri kepadanya. Ia masih tidak percaya bahwa gadis desa ya ia temui di jalan, merupakan sekretaris yang dipilih langsung oleh Kaisar untuk bekerja di sampingnya.
Di saat Yuoru mematung, Remi dan Eiji yang sedang lewat tidak sengaja mendengar dan melihat apa yang sedang terjadi. Remi pun langsung bergegas melihat Ayuna dari jarak dekat dan terus tertarik akan parasnya yang cantik dan sikapnya yang anggun ala gadis desa.
" Wah, sugoi! Bagaimana secara kebetulan bertemu di jalan dan akhirnya akan menetap di rumah ini? " ungkap bahagia Remi sambil berputar mengelilingi Ayuna.
" Saya benar-benar kaget, ternyata Anda adalah orang yang dikirim Kaisar. " ucap Eiji sambil tersenyum.
Ayuna mengangguk. " Hai, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk melayani semua yang diperlukan Komisaris-Sama. "
" Siapa nama oneesan? " tanya Remi dengan wajah penasaran.
Ayuna membungkuk, " Nama saya Ayuna Tanaka, saya berasal dari desa Aki di dalam kota Yama. "
" Suara oneesan sangat kawaii, lembut terdengar seperti suara mama saat waktu kita kecil. Bukan begitu oniichan? "
" Wakarimasen! " ketus Yuoru.
Ayuna lagi-lagi membungkuk sebagai rasa terima kasih nya karena Remi memujinya. "Arigatōgozaimashita, Remi-Sama. Anda juga memiliki wajah kecil yang imut, senyuman Anda juga sangat manis. " balasnya.
Walau sikap Ayuna sangat sopan dan terlihat polos, namun siapa yang sadar bahwa sejak pertama berkenalan ia tidak pernah tersenyum. Yuoru tidak akan mungkin memperhatikan hal itu, tetapi Remi dan Eiji sama sekali tidak membahas tentang itu.
Remi tersipu malu mendengar pujian dari Ayuna, dia terlihat sangat menyukai Ayuna walau baru pertama kali bertemu.
" Sore de, kamu akan menjadi asisten saya mulai hari ini? " tanya Yuoru dengan wajah serius.
Ayuna langsung merespon Yuoru, "Hai, Komisaris-Sama. Setelah saya sampai di rumah ini, saya memang sudah menjadi sekretaris Anda, itu adalah pesan dari Kaisar. "
Setelah mendengar jawaban itu, Yuoru tidak bertanya lagi tentang hal lain dari Ayuna, ia bahkan tidak mempermasalahkan tentang pakaian yang dikenakan oleh Ayuna saat ini.
" Eiji-San, antar Tanaka-San ke kamar tamu yang sudah dibersihkan! " perintah Yuoru.
Eiji langsung bergegas menjalankan perintah dari atasannya itu. "Hai, Yuoru-Sama. Mari saya akan tunjukkan jalannya untuk Anda Tanaka-San! "
Sementara Eiji dan Ayuna sudah pergi, Remi langsung mendekat ke Yuoru dan berbisik-bisik padanya.
" Oniichan, apakah tidak masalah jika sekretaris memakai kimono seperti itu? Bukankah Ayuna oneesan harus mengikuti pakaian yang dikenakan oniichan? " tanya Remi.
"Ya, walau pun oneesan terlihat sangat cantik dan anggun dengan kimono, tapi pasti dia akan diejek jika tidak memakai pakaian modern di kota ini. " sambungnya merasa khawatir dengan Ayuna.
" Siapa yang berani membicarakan orang-orangku di depan diriku, Remi-Chan? " ucap Yuoru dengan tatapan sinis.
"Hai, aku hanya khawatir saja ada yang begitu jahat pada oneesan. Dia kan datang dari desa, pasti banyak hal yang belum diketahui. Kalau begitu aku akan mengajarinya perlahan-lahan. "
" Terserah. " Yuoru berjalan menuju jendela seraya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Remi yang tidak mengerti mencoba melihat tindakan yang dilakukan kakaknya itu. Ternyata Yuoru mengambil pematik dan sebatang rokok dari saku celananya.
Remi langsung naik pitam melihat kakaknya itu, "Oniichan! Kenapa masih merokok?! Bukankah waktu itu aku menyuruhmu untuk berhenti, kenapa tidak dilakukan? "
Yuoru hanya sibuk menghisap rokok, ia tidak menghiraukan Remi yang sudah tampak marah melihatnya.
Sementara itu, Eiji mengantar Ayuna ke kamar nya sambil membawa tas bawaan milik Ayuna.
" Tanaka-San, kita sudah sampai, ini adalah kamar milik Anda mulai sekarang. Semoga betah tinggal di mansion ini ya. " ucap Eiji sambil tersenyum manis.
Ayuna membungkuk. "Arigatōgo, Saito-Sama. Saya akan bekerja dengan baik sebagai sekretaris Komisaris-Sama. Mohon bimbingannya! "
Eiji merasa sungkan dengan sikap Ayuna yang sangat sopan dan lembut, ia terkadang merasa bahasa dan tindakan yang dilakukannya tidak sopan untuk Ayuna.
Eiji membuka pintu kamar tersebut dan meletakkan tas di depan pintu, "Kalau begitu silahkan masuk Tanaka-San, saya akan meletakkan tas nya di sini saja ya. "
"Hai, arigatōgozaimashita. Maaf sudah membuat Anda repot Saito-Sama. "
Eiji menggelengkan kepala dengan wajah canggung. " Tidak kok, memang sudah menjadi tugas saya. Kalau ada apa-apa, Tanaka-San bisa bilang ke saya, saya akan membantu Anda. "
Ayuna mengangguk. "Hai, wakari mashi ta. "
"Emm, baiklah. Kalau begitu, saya tidak akan mengganggu Tanaka-San. Selamat beristirahat. " pamit Eiji sambil membungkuk.
Ayuna pun juga membungkuk. "Hai, Saito-Sama. Saido, kansha shimasu. "
Eiji tampak sangat canggung saat berbicara dengan Ayuna, namun ia tetap bersikap sopan dan berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Ia pun segera kembali ke ruang kerja Yuoru, untuk melihat kondisi tuannya itu.
Setelah Eiji pergi, Ayuna meletakkan tas nya di samping ranjang lalu menutup pintu kamarnya. Ia berjalan sambil menatap apa yang ada di depannya, seperti orang yang memang tidak pernah melihat benda-benda di dalam kamar itu.
Ayuna melihat ke luar jendela, ternyata di luar terhubung langsung dengan taman yang biasa digunakan Yuoru untuk bekerja saat merasa tidak nyaman di dalam ruang kerja. Ia melihat ke langit yang berwarna orange kemerahan, menandakan hari sudah akan gelap.
" Sudah jam 7, hari di sini sangat cepat berlalu padahal aku belum melakukan apa pun. " batin Ayuna seraya menatap ke luar. Setelah beberapa detik berdiri di depan jendela dengan tatapan kosong, ia pun menutup jendela tersebut dengan tirai berwarna putih itu.
BERSAMBUNG .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments