Ibukota Taiyō 1988, kantor pusat Badan Kepolisian Nasional (Keisatsu-chō)/NPA Raito .....
Pertemuan mingguan para pemimpin kepolisian daerah ke kantor pusat untuk pertama kali semenjak Yuoru Tsushima menjabat sebagai komisaris Jenderal Raito.
Ada 15 pemimpin kepolisian daerah yang harus hadir mewakili daerahnya yaitu kota Chi, Jikan, Shugā, Yama, Hana, Kiseichū, Hikui, Takai, Man'naka, Ki no kan, Hachi, Kiiro, setsuzoku, Ame, dan ibukota Taiyō.
Pertemuan ini diadakan pada pukul 10 pagi, akan tetapi di dalam ruang meeting sudah penuh dengan perbincangan dari para pimpinan kepolisian daerah. Tak seperti biasanya, sebelum Kepala kepolisian Daruu Suzuki turun dari jabatannya, mereka tidak pernah datang lebih dulu di dalam ruang pertemuan. Begitu antusias nya mereka ingin segera bertemu dan berbincang dengan kepala kepolisian yang baru? atau ada sesuatu yang ingin mereka pastikan.
" Kudengar kepala yang baru masih sangat muda, bahkan seumuran dengan anak-anak kita, apakah itu benar? "
" Hai sōdesu. Apakah Anda tidak datang di hari upacara pelantikannya minggu lalu? "
" ..... Aku tidak datang. Banyak hal yang perlu diurus waktu itu. "
" Sayang sekali Anda melewatkan kesempatan bisa melihat Kaisar melantik langsung dirinya di depan semua polisi. "
"Hontōni? Dia bisa diperhatikan langsung oleh Kaisar pasti bukan sebuah kebetulan.."
" Aku dengar, saat anak itu masih di akademi kepolisian, Kaisar sering mengunjunginya langsung. "
"Wah, ada hubungan apa mereka? Orang penting seperti Kaisar, pemimpin negara kita bisa menempatkan waktu untuk membawanya ke posisi ini, pasti ada sesuatu yang akan terjadi. "
Ruangan pertemuan yang harusnya diisi dengan perbincangan mengenai kasus-kasus tertentu, sekarang seketika berubah topik menjadi ' hanya membicarakan tentang Yuoru saja '. Terlihat jelas bahwa mereka berburuk sangka kepada Kaisar dan Yuoru. Faktor pertama tentu saja karena kehadiran Yuoru sangat mendadak sehingga mereka berpikiran bahwa dia belum pantas mendapatkan posisi tinggi itu padahal masih muda dan belum ada pengalaman.
Dari koridor terdengar suara hentakan kaki yang lebih dari 2 langkah. Ada dua orang laki-laki yang memakai seragam formal kepolisian Raito, kemeja biru muda dan setelan jas hitam yang penuh dengan pernak pernik pangkat dari diri mereka. Bayangan terlihat, mereka memiliki tinggi badan kurang lebih 180 cm.
Setelah kedua orang tersebut sampai di depan pintu ruang meeting, laki-laki yang tampak mendominasi itu berhenti melangkah maju, ia seperti ragu dengan langkahnya. Kedua polisi yang menjaga di depan pintu memberinya salam hormat lalu memegang pintu, menandakan mereka siap untuk membuka jalan untuknya. Sementara itu laki-laki di belakangnya sudah tampak sangat siap.
" Hormat kepada Komisaris Jenderal! " teriak salah satu polisi penjaga itu, satunya langsung mengikuti arahan dan segera memberi hormat.
Kedua laki-laki itu membalas hormat dan mereka sama-sama menurunkan tangan.
Para pemimpin di dalam ruang pertemuan sontak kaget mendengar suara dari luar ruangan itu. Mereka yang tadinya masih sibuk membicarakan orang lain, tiba-tiba terdiam dan semua menatap ke arah pintu.
" Ssttt, diam! Ada yang akan masuk. "
"Apakah dia Komisaris Jenderal yang baru?"
" Mungkin saja. "
" Kecil kan suara kalian! Kalau benar Komisaris, berarti sudah sejak tadi mendengar pembicaraan kita. "
" Bersiap-siap saja. Pastikan kalian tidak membuat masalah nanti. "
" Dirimu lah yang memulainya lebih dulu tadi. "
Salah satu polisi memberanikan diri untuk bertanya, " Maaf, pak. Anda sudah harus masuk sekarang. Apakah ada masalah? "
Sementara laki-laki itu diam, laki-laki di belakangnya menepuk pelan pundaknya. " Komisaris Jenderal, kita harus masuk sekarang! "
Seketika ia sadar dan mengangguk.
Laki-laki di belakangnya itu langsung tersenyum seraya memberikan topi dan membantu memastikan pakaiannya sudah rapi atau belum.
" Oke, sekarang Anda sudah rapi. "
" Arigatō. " balasnya singkat. Terdengar suara uniknya yang sangat dalam, orang bisa langsung tahu bahwa sikapnya akan seperti apa.
" Kalau begitu kita masuk sekarang, sudah waktunya. " ucap laki- laki dengan lesung pipi itu.
Laki-laki yang mereka panggil sebagai Komisaris Jenderal itu hanya mengangguk pelan tanpa berbicara lagi. Kedua penjaga pintu itu pun langsung bersama-sama membuka pintu untuk mereka masuk ke dalam ruang pertemuan.
Pada saat baru saja akan melangkah masuk, seseorang gadis berteriak dari 10 meter di belakang mereka.
" Yuoru oniichan! "
Mendengar panggilan itu, laki-laki yang bersikap dingin itu langsung menoleh dan menatapnya datar.
Terlihat jelas wajah gadis berusia 17 tahun yang mengenakan seragam SMA itu sangat manis dan bersemangat.
" Ganbatte oniichan! Aku akan menunggumu di luar, oke? " ucapnya sambil tersenyum lebar.
" Sepertinya yang tampak semangat hanya Remi-Chan. "
Tanpa membalas sepatah kata pun, laki-laki yang bernama Yuoru itu melangkah masuk ke dalam ruang pertemuan. Sementara laki-laki yang selalu berada di belakangnya itu adalah Sersan Eiji Saito, bisa dikatakan kalau dia adalah tangan kanan Yuoru karena hampir semua pekerjaan ditangani olehnya.
Ia membungkuk ke arah gadis manis itu, ya dia adalah adik kandung Yuoru, namanya Remi Tsushima. Setelah memberi hormat, Eiji langsung menyusul Yuoru ke dalam ruang meeting, tak lama kemudian pintu kembali di tutup.
Remi sedikit kesal karena sikap Yuoru yang selalu dingin padanya, " Ihh, kenapa oniichan selalu kaku begitu? Apakah dia tidak bisa membalas dengan satu senyuman saja, dia kan tidak perlu berbicara. "
Setelah masuk ke ruang meeting, suasana sangat hening sekali seperti tempat pertapaan para biksu.
" Semua berdiri, beri hormat kepada Komisaris Jenderal Raito! " teriak tegas seorang sersan yang berdiri di depan papan materi kepolisian.
Sontak semua langsung berdiri dan memberi hormat, mereka tidak boleh menurunkan tangan sebelum Yuoru membalas dengan hormat juga atau dengan lisan.
Jujur, Yuoru terlihat agak kaget ketika sersan itu langsung berteriak, tetapi karena emosi nya tidak mudah tertebak, sehingga orang lain tidak pernah melihat ekspresi lain dari wajah tampannya itu.
Kurang lebih 2 menit Yuoru belum merespon mereka, ia hanya diam sambil menatap wajah kelima belas pimpinan kepolisian daerah itu dengan tatapan dingin.
Tangan beberapa pemimpin sudah tampak bergetar karena tidak kuat lagi untuk terus hormat, tetapi Yuoru seperti sengaja membiarkan mereka seperti itu untuk beberapa menit. Ya, siapa yang tidak akan mendengar pembicaraan buruk mereka tentang Yuoru tadi, bahkan dua penjaga pintu pun sampai geleng-geleng kepala mendengar ucapan buruk itu. Walau pembicaraan mereka terdengar ke luar, tapi ruang pertemuan terletak di lantai 3 kantor pusat bagian paling dalam, jadi tidak ada yang akan mendengar lagi selain orang-orang yang ada di dekat ruangan itu.
Waktu terus berjalan, sudah hampir 5 menit mereka masih berdiri dengan tangan kanan yang sudah mulai tampak kelelahan. Eiji menepuk pundak Yuoru pelan, secara tidak langsung menyuruh Yuoru untuk segera menghentikan hukuman itu.
Yuoru melihat jam di dinding, sudah menunjukkan pukul 10 pagi pas. Ia pun langsung duduk di kursi nya.
" Turunkan tangan kalian dan kembali lah duduk. " ucapnya singkat.
" Siap, pak! " jawab serentak mereka lalu bergegas duduk kembali.
Mereka tampak kelelahan, ada beberapa yang sudah berumur 50 tahun, tapi Yuoru dengan tegas nya menghukum tanpa membeda-bedakan mereka.
" Kalian datang lebih cepat dari saya. Sampai saya mengira bahwa saya sudah terlambat datang ke pertemuan pertama ini. Saya sangat salut dengan Anda semua. " sindir halus Yuoru dengan wajah datar.
" Hahaha, Kami harus terus punya semangat untuk kepolisian. Apalagi kalau ada Komisaris muda seperti Anda, kami jadi semakin semangat bekerja. " ucap pimpinan kota Haichi, yaitu Ketua Akira Sasaki.
" Benar apa kata Tuan Sasaki, apa lagi orang tua seperti kami ini memang sudah tidak akan lama lagi berhenti dari pekerjaan ini." sambung Ketua Ryu Hayashi, pimpinan kota Kiiro.
Mendengar ucapan dari kedua pimpinan itu, pimpinan yang lain jadi kembali bersuara dan dengan berani nya tertawa di depan Yuoru.
Eiji seketika tidak tahan dengan situasi kurang pantas itu, ia pun langsung mengetuk meja 3 kali untuk memperingati mereka. " Sumimasen! Anda sekalian sedang ada di dalam pertemuan, ditambah lagi Komisaris Jenderal kalian juga ada di depan mata. Saya mohon jaga lah sikap kalian! "
" Sikap kalian saat ini sangat jelas menjelaskan bahwa kalian tidak menghormati kami di hadapan kalian. " sambungnya tegas.
Mereka langsung kembali diam, tetapi terlihat jelas raut wajah mereka menunjukkan perasaan tidak nyaman dan menyimpan rasa kesal pada Yuoru dan Eiji.
" Kenapa kamu berbicara seperti itu? Ruangan ini kan memang untuk berbincang, biarkan saja mereka. Semakin lama di dalam ruangan ini, semakin banyak masalah yang terselesaikan namun bisa dibilang belum selesai juga. " tegur Yuoru dingin.
" Komisaris! Kalau waktu kita sebanyak 24 jam dalam 1 hari, saya akan membiarkan mereka seperti ini dan menemani Anda. Tetapi, ini baru pertemuan pertama, mereka sudah bersikap seperti ini. Apakah pantas? " kesal Eiji.
" Pantas! Karena kita akan bekerja sama sampai mampus untuk urusan internal negara ini." jawab Yuoru.
Mendengar perkataan Yuoru, membuat Eiji tak bisa berkata-kata. Yuoru memang jarang bisa berbicara lebih dalam kesehariannya, tapi kalau sudah membahas hal yang membuatnya tidak nyaman dan harus segera diluruskan, dia tidak akan terus diam.
" Apakah karena tadi saya lupa memperkenalkan diri, makanya para pimpinan terus berbicara santai? " tanya Yuoru.
Tidak ada yang berani menjawab saat Yuoru menanyakan hal itu, tetapi sudah terbaca jelas di wajah mereka bahwa apa pun yang dikatakan Yuoru akan membuat mereka semakin tidak menerima Yuoru.
" So no baai, saya akan memperkenalkan diri saya sekarang. " ungkap Yuoru seraya berdiri dari tempat duduknya.
Eiji hanya bisa menggelengkan kepala nya, ia tidak bisa lagi membantu Yuoru untuk menenangkan para pimpinan yang masih tidak yakin dengan kepemimpinan Yuoru.
Yuoru membungkuk beberapa detik lalu kembali berdiri dengan tegap. "Watashinonamaeha Tsushima yorudesu. Saya berdiri di sini sebagai Komisaris Jenderal Badan Kepolisian Nasional Raito. Saya sangat berharap kerja sama yang baik di antara pusat dan kepolisian daerah, saya akan banyak mendengarkan nasihat kalian kedepannya. Gaido shite kudasai! " ia kembali membungkuk.
" ..... Dan yang berdiri di samping saya adalah Sersan I Eiji Saito. Jika ada hal penting yang ingin dibahas, katakan lah padanya, dia akan segera menyelesaikan masalah tersebut. " sambung Yuoru. Eiji pun dengan terpaksa membungkuk karena Yuoru memperkenalkan diri mereka.
Setelah ia memperkenalkan diri, Yuoru kembali duduk. " Sumimasen, seperti yang dikatakan sersan I Saito, saat ini waktu sangat terbatas. Banyak masalah yang baru saya terima dan harus langsung saya tangani dengan para pimpinan sekarang."
" Hai, kami akan mendengarkan apa yang dikatakan Komisaris, baru kita bersama-sama mencari penyelesaiannya. " ucap pimpinan kota Jikan.
Semua sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan oleh pimpinan kota Jikan, mereka akan mencoba mendengarkan Yuoru dan menghormatinya sebagai atasan mereka.
Yuoru menadahkan tangan kanannya ke Eiji untuk mengambil berkas kasus yang dibawa olehnya tadi. Disisi lain Eiji masih terlihat tidak terima dengan sikap yang ditunjukkan para pemimpin kepolisian daerah itu, tetapi Yuoru masih saja bersikap datar seolah tidak terjadi apa pun.
Eiji pun memberikan dokumen di dalam map hitam itu kepada Yuoru sambil mencoba menenangkan emosinya.
Yuoru membuka dokumen tersebut, ia tidak perlu membacanya lagi karena sudah ada persiapan untuk membahas kasus-kasus itu di pertemuan ini. Yuoru pun menutup kembali berkas itu, hal itu membuat para pimpinan kembali bertanya-tanya tentang hal apa yang akan dilakukan Yuoru. Padahal mereka tidak mengetahui kalau Yuoru sudah ada persiapan, ia membuka berkas itu hanya untuk memastikan bahwasannya map yang diambil oleh Eiji tidak salah.
Yuoru lalu menyuruh staf untuk membagikan dokumen yang sama seperti miliknya kepada semua pimpinan, karena ia yakin mereka tidak sepenuhnya serius akan membahas permasalahan di pertemuan kali ini.
" Sudah dapat dokumennya semua? Baiklah, saya akan langsung membahasnya. " ucap cepat Yuoru.
" Seperti yang Anda sekalian lihat, di dalam dokumen itu hanya ada 2 kasus yang belum bisa diselesaikan pada saat pak Daruu masih memimpin."
" Kasus pertama adalah kasus tentang pembunuhan berantai yang terjadi di desa Mizu dari bulan Februari lalu. Desa Mizu adalah bagian dari kota Takai, pimpinan Kimura, apakah Anda bisa menjelaskan kembali tentang kasus tersebut? "
Pimpinan Kimura mengangguk, "Hai. Tentang kasus pembunuhan berantai itu, kami di kota Takai menyebutnya pembunuhan Kokoro o korosu, karena dari bukti yang sudah di dapatkan hingga saat ini, pelaku nya hanya membunuh korban untuk mengambil organ hatinya. " jelasnya sambil menggelengkan kepala, ia merasa prihatin dengan kasus yang belum bisa diselesaikan di kotanya.
" Saat ini belum ada kemajuan untuk mengetahui siapa pelaku dari pembunuhan itu. Sementara itu, korban terus bertambah, bahkan jam 1 pagi tadi saya juga mendapatkan telepon dari kota bahwa terjadi lagi pembunuhan itu di desa. "
" Berarti korban sampai tadi pagi berjumlah 11 orang dan semua korbannya adalah perempuan, benar kan? " tanya Yuoru.
Pimpinan Kimura mengangguk, ia tidak bisa menyangkal bahwa yang dikatakan oleh Yuoru benar.
Yuoru berdiri dari tempat duduknya dan bergegas membuka sebuah papan yang ditutupi kain hitam tadi. Ternyata papan kaca itu merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan Yuoru 1 hari sebelum pertemuan, bisa diartikan bahwa sejak kemarin ia hanya bolak balik kantor hanya untuk merangkai permasalahan yang akan mereka hadapi.
Terlihat jelas bahwa semua foto, nama, foto jasad di TKP, dan foto otopsi ada di papan tersebut. Slot yang masih kosong yaitu slot yang berada paling atas, sang pelaku yang belum diketahui identitasnya.
" Korban pertama bernama Emi Sato (23), dia dibunuh di stasiun desa Mizu saat akan kembali ke kota Takai pada saat liburan musim panas tahun lalu. Korban kedua, Sora Tanaka (17) dibunuh di sekolah SMA Kusari, lebih tepatnya di dalam toilet perempuan. Korban ketiga, Reina Yamamoto (21) dibunuh di pemandian air panas desa. Chika Kobayashi (19) dibunuh di rumahnya sendiri, disaksikan oleh adik laki-lakinya yang masih kelas 4 SD. Zie Fujikawa (25) dibunuh di taman desa pada malam hari saat baru pulang bekerja. Somi Murakami (20) dibunuh di stasiun desa Mizu bulan desember tahun lalu pada malam hari. Nana Ikari (23) dibunuh di tempat kerja nya, bank CVB pelaku menyamar sebagai nasabah. Hitana Ito (20) dibunuh di pasar tradisional desa Mizu pada siang hari, di saat kondisi pasar ramai. Jona Saito (24) dibunuh di rumahnya pada saat tahun baru. Kishi Watanabe (25) dibunuh di sawah milik orang tuanya. Dan yang hari ini adalah Miu Suzuki (21) dibunuh di halaman belakang rumah pamannya di pedalaman desa Mizu."
" Apakah informasi yang saya terima benar begitu pimpinan Kimura? " tanya Yuoru dengan tatapan serius.
Lagi-lagi tembakan langsung, pimpinan Kimura tidak bisa mengelak. " Hai, semua yang dikatakan Anda adalah benar. "
" Saya sudah melihat semua bukti yang sudah terkumpul, memang tidak ada yang bisa membantu untuk menunjukkan siapa pelakunya. " ucap Yuoru. "Oleh karena kita akan kembali menganalisa semua dari awal, hal yang sepele pun kemungkinan besar bisa sedikit membantu. "
" Jika pimpinan dari kota lain ada pendapat, utarakan saja! Kita akan mengolahnya bersama-sama di sini. "
Semua pimpinan langsung mengeluarkan pendapat mereka, pada saat Yuoru mulai mengambil tanggung jawab, mereka sedikit tidak lagi menekan Yuoru. Mulai perlahan-lahan bersama mencari sedikit harapan untuk menyelesaikan kasus yang belum selesai itu.
Eiji hanya bisa diam sambil memperhatikan Yuoru dan para pimpinan yang sangat serius menghadapi kasus pembunuhan itu. Berkali-kali ada perbedaan pendapat, namun itu tidak membuat mereka saling salah menyalahkan dan malah kembali fokus mencari jalan lain yang lebih baik.
" Yuoru-Sama, Anda terlalu bekerja keras dari kemarin hanya untuk orang seperti mereka. Anda terlalu baik. " batin Eiji.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 14.15, tetapi mereka belum juga keluar dari ruang pertemuan itu bahkan jam makan siang pun sudah terlupakan.
Walau jam makan siang sudah lewat 2 jam, sebagai pemimpin Yuoru tidak mungkin membiarkan semua orang bekerja keras tanpa makan atau minum, ia pun menyuruh Eiji untuk pergi membeli makanan dan minuman.
Selagi terus berusaha mencari penyelesaiannya, mereka harus makan dan minum di sana dan hampir tidak keluar sampai pada jam 5 sore. Sudah ada berapa kali para pimpinan itu keluar masuk ruangan hanya untuk pergi ke toilet.
BERSAMBUNG ...
Setelah cukup lama, mereka akhirnya berhasil mengelompokkan modus pembunuhan yang dipakai oleh pelaku.
" Dari semua korban, benar-benar tidak berkaitan antara satu sama lain, mereka seperti orang yang kebetulan bisa dibunuh pada saat kejadian. Lalu usia dari korban rata-rata di umur 17 sampai 25 tahun, ada kemungkinan bahwa dia akan membunuh orang di atas atau di bawah umur kesebelas korban ini. Saat ini yang sudah jelas, korban yang dibunuh adalah wanita, jadi langsung perketat keamanan di sekitar TKP kesebelas korban dan perhatikan setiap wanita yang ada di sana. "
" Sumimasen, masalah personel yang sudah dikerahkan .... "
" Tidak cukup? Saya akan kirim mereka bersama Anda, kembali ke desa Mizu dan lakukan sesuai yang saya katakan! "
" Ini memang tidak akan mampu untuk menahan pembunuhan terjadi, setidaknya mengamati tempat-tempat itu pasti akan ada hasilnya. "
" Satu lagi, jangan pernah berspekulasi bahwa bisa jadi pelaku adalah seorang wanita, karena mereka bisa menyamar mungkin saja laki-laki. Pembunuhan yang dilakukan olehnya memang terlihat tidak terarah, tapi siapa yang tahu bahwa ini adalah rencana yang sudah jauh-jauh ia pikirkan. "
"Hai, saya mengerti Komisaris-Sama. " ucap pimpinan Kimura.
Para pimpinan sudah mulai menerima Yuoru untuk memimpin mereka di pertemuan, bahkan sudah ada kemajuan atas kasus yang tadinya terlihat buntu.
Sementara Youru masih memberikan sedikit penjelasan, Eiji dan beberapa staf sipil membantu membersihkan sampah yang ada di dalam ruangan sampai bersih kembali.
" Apakah para pimpinan ada yang masih ingin di bahas? " tanya Yuoru kembali duduk.
Semua pimpinan kembali berbisik-bisik satu sama lain.
" Sumimasen, Komisaris-Sama. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa ada 1 kasus lagi yang belum dibahas. " ungkap pimpinan kota Yama.
"Ah, Saya hampir lupa karena terlalu fokus tentang pembunuhan berantai ini. Watashi o yurushite. " ucap Yuoru.
" Kalau tentang kasus kedua, saya akan persingkat karena waktu kita sudah habis. "
" Kasus itu kasus yang harusnya ditangani oleh Kepolisian daerah kota Yama. Desa Aki, desa yang penduduknya masih berpegang teguh pada kebudayaan, mereka menolak revolusi yang terus terjadi di negara kita. Kasus ini juga sulit, kalau mereka tersinggung sedikit saja, mereka akan berbuat sesuatu yang nekat."
"Untuk masalah kedua, kita bahas dipertemuan minggu depan saja. Yang terpenting kita harus segera menyelesaikan masalah pembunuhan berantai di desa Mizu terlebih dahulu. Masalah di desa Aki, untuk sementara tinggalkan dulu, karena mereka masih bisa dikendalikan oleh hukum negara. "
"Baik, Pak Komisaris. " serentak semua pimpinan.
Yuoru langsung berdiri dari kursinya, mereka pun mengikuti lalu saling memberi hormat satu sama lain.
" Arigatōgozaimashita, saya pamit duluan. Sampai jumpa! " ucap Yuoru tegas.
Yuoru keluar dari ruang pertemuan dan tak lama diikuti oleh Eiji dan 2 staf sipil yang mengantarkan mereka sampai ke mobil.
Berjalan di koridor, Eiji langsung mencuri kesempatan untuk berbicara dengan atasannya itu mengenai permasalahan di ruang pertemuan tadi. "Yuoru-Sama, Anda tadi ..."
"Dōshite? " tanya singkat Yuoru dengan wajah datar.
Melihat ekspresi Yuoru yang tampak tidak ingin berbicara, ia pun mengurungkan niat untuk mengobrol. "Nanihitotsu, Yuoru-Sama. Hanya pembicaraan random saja. " jawabnya sambil tersenyum.
Sesampainya di depan pintu utama, kedua staf sipil itu kembali masuk ke dalam Kantor pusat karena tugas mereka untuk mengantar Yuoru dan Eiji sudah selesai. Sekarang gantian yang bertugas adalah pengawal pribadi yang bertugas di rumahnya.
Ada dua mobil yang sudah terparkir, mobil yang di depan adalah mobil yang akan ditumpangi oleh Yuoru dan Eiji, di dalam mobil itu juga sudah ada Remi yang sejak tadi pagi menunggu.
" Itu oniichan. Apakah sudah boleh pulang? " ucap Remi dengan wajah senang.
"Hai, Yuoru-Sama sudah bisa pulang bersama kita, Remi-San. " jawab sopir.
Tak lama kemudian, Eiji segera membuka pintu mobil supaya Yuoru bisa masuk dan bertemu dengan Remi. Setelah Yuoru masuk ia langsung menutup pintu mobil belakang lalu bergegas masuk dan duduk di kursi penumpang samping sopir.
Saat Yuoru baru saja duduk dengan tenang, Remi langsung mendekap lengan kirinya dengan sangat kuat saking senangnya. " Oniichan! Aku sangat...sangat merindukanmu. "
Risih dengan sikap adiknya, Yuoru segera menyingkirkan tangan Remi darinya.
"Ah, oniichan. Kenapa sikapmu tidak pernah berubah? Wajah tampanmu itu tidak pernah tersenyum. " kesal Remi.
" Maaf mengganggu. Remi-San, apakah Anda tidak bermain bersama teman sekolah hari ini? " tanya Eiji.
Remi menggelengkan kepala. "Īe. Hari ini aku ingin menginap di mansion, seharian ingin melihat ekspresi oniichan. "
" Tsumaranai. " ketus Yuoru datar.
Remi menjulurkan lidah, " Daijoubu. Aku akan melihat dari kejauhan saja, aku tidak akan mengganggu oniichan bekerja. "
Yuoru memalingkan pandangannya ke luar jendela, kalau sudah seperti itu mau Eiji atau pun Remi tidak akan ada yang bisa mengajaknya mengobrol lagi.
Perjalanan menuju kembali mansion membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Disaat inilah Yuoru mengambil kesempatan untuk tidur sejenak, karena saat tiba di mansion dia akan dihadapi dengan banyaknya dokumen di atas meja kerja nya yang harus segera dibereskan.
" Oniichan benar-benar tampan dari sudut pandang manapun ya, kan? "
Eiji menoleh sejenak, "Hai, jujur saya juga sangat tidak percaya diri saat berada di samping Yuoru-Sama. "
"Hah, doushite? Padahal aku juga merasa Eiji-Sama punya senyuman yang manis. Kalau di sekolah, pasti Eiji-Sama udah terkenal. " puji Remi.
" Fukanō. Pada saat sekolah dulu saya sangat bodoh, selalu tertinggal saat pergantian mata pelajaran. Dan lagi, saya sangat tidak pandai dalam berolahraga. "
" Benarkah? Tapi pada saat ini Anda berdiri di depan saya sebagai Sersan I Raito, siapa yang menyangka nya. "
" Hai, saya juga sangat bersyukur karena kebodohan saya bisa dirubah pada saat SMA. Bisa bertemu dan menemani kalian di sini, saya sangat senang. " ungkap Eiji sambil tersenyum.
" Arigatō, Eiji-Sama. Karena selalu bersama oniichan yang kaku ini. Aku yakin dia sebenarnya sangat kesepian dan butuh sandaran, tapi...sulit mengungkapkan isi hatinya. " ucap pelan Remi sambil menatap sedih pada Yuoru yang tengah tertidur.
Eiji tersenyum. "Daijoubu ka yo, Remi-san. Sudah tugas saya sebagai bawahan di Raito untuk berdiri bersama Yuoru-Sama. "
Saat Eiji dan Remi sedang berbincang, di waktu yang sama mobil mereka tengah berhenti di lampu merah, tandanya sebentar lagi mereka akan segera sampai di mansion.
Mobil mereka tepat berada di sebelah kanan trotoar. Pada saat itu, ada seorang gadis yang tengah berjalan ke arah sebaliknya, tetapi sebuah lonceng yang tergantung di tas nya tiba-tiba terjatuh di samping pintu mobil di mana Yuoru tidur menghadap ke luar jendela itu.
Pada saat akan mengambil kembali lonceng, gadis berwajah bulat dengan kulit putih pucat itu tidak sengaja melihat wajah Yuoru yang sedang tertidur. Di saat bersamaan, Yuoru terbangun dan langsung menatap gadis itu dengan tatapan dingin.
Tak lama mata mereka berpapasan, lampu menunjukkan warna hijau, sopir pun langsung mengendarai mobil kembali menuju ke mansion.
Yuoru terbangun dan kembali membenarkan posisi duduknya tanpa mengatakan apa pun.
Remi ternyata juga melihat gadis yang ada di trotoar itu, dia langsung berpikiran untuk menjahili kakaknya lagi.
" Oniichan, apakah gadis yang memakai kimono tadi cantik? " sindirnya sambil tersenyum.
Ya, benar. Gadis yang mereka lihat itu di sore hari yang cerah dan di pusat keramaian memakai pakaian tradisional. Kimono dengan perpaduan warna hitam dan putih, berpola lingkaran terlihat sangat cantik dipakai oleh gadis tersebut.
" Sawagashī! "
" Apakah Yuoru-Sama dan Remi-San membicarakan tentang gadis yang di trotoar dengan kimono? " tanya Eiji ikut berbincang.
Remi mengangguk semangat. "Hai, benar! Menurut Eiji-Sama, apakah gadis tadi cantik? "
Eiji tanpa ragu mengangguk. "Hai, tidak seperti gadis-gadis di kota, apakah dia berasal dari desa? "
"Bisa jadi. Dari pakaian dan tatapan mata nya melihat orang lain, sepertinya dia memang baru datang ke kota. "
" Oniichan, gadis seperti itu pasti penurut dan serba bisa. Apakah oniichan tidak ingin punya Tsuma seperti itu? " Lagi-lagi Remi mengejek Yuoru.
" Berbicara lah sesuka hatimu sekarang, nanti kupastikan kamu akan menangis. " ancam Yuoru.
Yuoru tidak mungkin tega menyakiti adiknya, dia hanya mengancam untuk memaksa Remi belajar apalagi dia akan menginap malam ini di mansion, Yuoru jadi bisa mengawasi Remi dari dekat.
" Waka tte-Waka tte. Diajak bercanda sedikit pun juga tidak pernah bisa. Oniichan memang membosankan! " kesal Remi sambil menyilang kedua tangannya.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di mansion. Yuoru bergegas keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Sementara itu, Eiji menunggu Remi yang masih ada di dalam mobil. " Huuh, menyebalkan sekali. " ungkapnya masih kesal pada sikap Yuoru.
" Yang sabar Remi-San! Yuoru-Sama sedang banyak pikiran saat ini, makanya dia mudah terbawa emosi. " hibur Eiji pelan.
"Hai, semoga saja benar begitu. Ya sudah, aku ingin langsung ke kamar, bawakan tas biola ku di dalam bagasi ya. "
" Baik, akan saya bantu bawa. "
Setelah dari pagi menguras otak dan pikiran untuk menyelesaikan teka-teki satu kasus, ia melepaskan jas seragamnya lalu meletakkannya di pinggir sofa. Yuoru langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di ruang kerja nya. Dia terlihat sangat lelah, tetapi raut wajah yang dingin selalu menutupi emosi yang ia rasakan.
Ia berbaring sambil menutupi wajahnya dengan lengan kanannya, supaya tidak terkena cahaya dari lampu yang tepat di atas nya.
Tidak lama ia berbaring di sofa, salah satu pengawal pribadi nya mengetuk pintu ruang kerja nya, sontak Yuoru langsung terbangun dan duduk.
Tok...Tok...Tok...
" Sumimasen, chūdan shite sumimasen. Yuoru-Sama, ada tamu yang datang dari desa Aki untuk Anda. "
" Tamu dari desa Aki? Bukankah itu adalah nama desa dengan penduduk yang menolak revolusi. " batin Yuoru.
Tanpa berpikir panjang, Yuoru langsung menyuruh pengawal dan tamu tersebut untuk masuk ke ruangannya.
" Masuklah! "
"Hai, Sumimasen Komisaris-Sama. " ucap sopan pengawal itu sambil membuka kan pintu untuk tamu tersebut.
Di saat pintu terbuka, tamu yang tidak ia ketahui itu akhirnya terlihat. Untuk beberapa detik ia masih biasa saja, akan tetapi saat tamu itu mulai berjalan ke arah nya, Yuoru sontak terkejut dan langsung berdiri dari sofa saking kagetnya.
" Komisaris-Sama, saya pamit kembali ke depan! " ucap pengawal itu langsung bergegas pergi dari depan ruang kerja Yuoru.
" Anata ga...? " Yuoru tampak kebingungan.
Tamu itu membungkuk padanya. "Hai, Tanaka Ayuna tomōshimasu. Saya adalah calon sekretaris Anda, Komisaris Jenderal Tsushima-Sama. Saya di kirim langsung oleh kaisar untuk membantu Anda. " jelasnya dengan nada suara yang lembut dan tatanan bahasa yang sopan.
Siapa yang menyangka bahwa tamu yang ada di depan mata sekarang itu adalah orang yang sama dengan yang mereka temui di saat lampu merah tadi. Ya, gadis dengan kimono hitam berpola lingkaran putih itu, dia sekarang berdiri tepat di depan Yuoru.
Yuoru tidak bisa berkata-kata, tubuhnya seketika kaku tidak bisa memberikan respon untuk Ayuna yang memperkenalkan diri kepadanya. Ia masih tidak percaya bahwa gadis desa ya ia temui di jalan, merupakan sekretaris yang dipilih langsung oleh Kaisar untuk bekerja di sampingnya.
Di saat Yuoru mematung, Remi dan Eiji yang sedang lewat tidak sengaja mendengar dan melihat apa yang sedang terjadi. Remi pun langsung bergegas melihat Ayuna dari jarak dekat dan terus tertarik akan parasnya yang cantik dan sikapnya yang anggun ala gadis desa.
" Wah, sugoi! Bagaimana secara kebetulan bertemu di jalan dan akhirnya akan menetap di rumah ini? " ungkap bahagia Remi sambil berputar mengelilingi Ayuna.
" Saya benar-benar kaget, ternyata Anda adalah orang yang dikirim Kaisar. " ucap Eiji sambil tersenyum.
Ayuna mengangguk. " Hai, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk melayani semua yang diperlukan Komisaris-Sama. "
" Siapa nama oneesan? " tanya Remi dengan wajah penasaran.
Ayuna membungkuk, " Nama saya Ayuna Tanaka, saya berasal dari desa Aki di dalam kota Yama. "
" Suara oneesan sangat kawaii, lembut terdengar seperti suara mama saat waktu kita kecil. Bukan begitu oniichan? "
" Wakarimasen! " ketus Yuoru.
Ayuna lagi-lagi membungkuk sebagai rasa terima kasih nya karena Remi memujinya. "Arigatōgozaimashita, Remi-Sama. Anda juga memiliki wajah kecil yang imut, senyuman Anda juga sangat manis. " balasnya.
Walau sikap Ayuna sangat sopan dan terlihat polos, namun siapa yang sadar bahwa sejak pertama berkenalan ia tidak pernah tersenyum. Yuoru tidak akan mungkin memperhatikan hal itu, tetapi Remi dan Eiji sama sekali tidak membahas tentang itu.
Remi tersipu malu mendengar pujian dari Ayuna, dia terlihat sangat menyukai Ayuna walau baru pertama kali bertemu.
" Sore de, kamu akan menjadi asisten saya mulai hari ini? " tanya Yuoru dengan wajah serius.
Ayuna langsung merespon Yuoru, "Hai, Komisaris-Sama. Setelah saya sampai di rumah ini, saya memang sudah menjadi sekretaris Anda, itu adalah pesan dari Kaisar. "
Setelah mendengar jawaban itu, Yuoru tidak bertanya lagi tentang hal lain dari Ayuna, ia bahkan tidak mempermasalahkan tentang pakaian yang dikenakan oleh Ayuna saat ini.
" Eiji-San, antar Tanaka-San ke kamar tamu yang sudah dibersihkan! " perintah Yuoru.
Eiji langsung bergegas menjalankan perintah dari atasannya itu. "Hai, Yuoru-Sama. Mari saya akan tunjukkan jalannya untuk Anda Tanaka-San! "
Sementara Eiji dan Ayuna sudah pergi, Remi langsung mendekat ke Yuoru dan berbisik-bisik padanya.
" Oniichan, apakah tidak masalah jika sekretaris memakai kimono seperti itu? Bukankah Ayuna oneesan harus mengikuti pakaian yang dikenakan oniichan? " tanya Remi.
"Ya, walau pun oneesan terlihat sangat cantik dan anggun dengan kimono, tapi pasti dia akan diejek jika tidak memakai pakaian modern di kota ini. " sambungnya merasa khawatir dengan Ayuna.
" Siapa yang berani membicarakan orang-orangku di depan diriku, Remi-Chan? " ucap Yuoru dengan tatapan sinis.
"Hai, aku hanya khawatir saja ada yang begitu jahat pada oneesan. Dia kan datang dari desa, pasti banyak hal yang belum diketahui. Kalau begitu aku akan mengajarinya perlahan-lahan. "
" Terserah. " Yuoru berjalan menuju jendela seraya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Remi yang tidak mengerti mencoba melihat tindakan yang dilakukan kakaknya itu. Ternyata Yuoru mengambil pematik dan sebatang rokok dari saku celananya.
Remi langsung naik pitam melihat kakaknya itu, "Oniichan! Kenapa masih merokok?! Bukankah waktu itu aku menyuruhmu untuk berhenti, kenapa tidak dilakukan? "
Yuoru hanya sibuk menghisap rokok, ia tidak menghiraukan Remi yang sudah tampak marah melihatnya.
Sementara itu, Eiji mengantar Ayuna ke kamar nya sambil membawa tas bawaan milik Ayuna.
" Tanaka-San, kita sudah sampai, ini adalah kamar milik Anda mulai sekarang. Semoga betah tinggal di mansion ini ya. " ucap Eiji sambil tersenyum manis.
Ayuna membungkuk. "Arigatōgo, Saito-Sama. Saya akan bekerja dengan baik sebagai sekretaris Komisaris-Sama. Mohon bimbingannya! "
Eiji merasa sungkan dengan sikap Ayuna yang sangat sopan dan lembut, ia terkadang merasa bahasa dan tindakan yang dilakukannya tidak sopan untuk Ayuna.
Eiji membuka pintu kamar tersebut dan meletakkan tas di depan pintu, "Kalau begitu silahkan masuk Tanaka-San, saya akan meletakkan tas nya di sini saja ya. "
"Hai, arigatōgozaimashita. Maaf sudah membuat Anda repot Saito-Sama. "
Eiji menggelengkan kepala dengan wajah canggung. " Tidak kok, memang sudah menjadi tugas saya. Kalau ada apa-apa, Tanaka-San bisa bilang ke saya, saya akan membantu Anda. "
Ayuna mengangguk. "Hai, wakari mashi ta. "
"Emm, baiklah. Kalau begitu, saya tidak akan mengganggu Tanaka-San. Selamat beristirahat. " pamit Eiji sambil membungkuk.
Ayuna pun juga membungkuk. "Hai, Saito-Sama. Saido, kansha shimasu. "
Eiji tampak sangat canggung saat berbicara dengan Ayuna, namun ia tetap bersikap sopan dan berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Ia pun segera kembali ke ruang kerja Yuoru, untuk melihat kondisi tuannya itu.
Setelah Eiji pergi, Ayuna meletakkan tas nya di samping ranjang lalu menutup pintu kamarnya. Ia berjalan sambil menatap apa yang ada di depannya, seperti orang yang memang tidak pernah melihat benda-benda di dalam kamar itu.
Ayuna melihat ke luar jendela, ternyata di luar terhubung langsung dengan taman yang biasa digunakan Yuoru untuk bekerja saat merasa tidak nyaman di dalam ruang kerja. Ia melihat ke langit yang berwarna orange kemerahan, menandakan hari sudah akan gelap.
" Sudah jam 7, hari di sini sangat cepat berlalu padahal aku belum melakukan apa pun. " batin Ayuna seraya menatap ke luar. Setelah beberapa detik berdiri di depan jendela dengan tatapan kosong, ia pun menutup jendela tersebut dengan tirai berwarna putih itu.
BERSAMBUNG .....
Keesokan pagi nya, di mansion ...
Seperti biasa sebelum melakukan aktivitas, Yuoru, Remi, dan Eiji sarapan terlebih dahulu. Ditambah lagi sekarang mereka memiliki anggota baru yang tinggal di mansion, yaitu Ayuna.
Yuoru selalu datang tepat waktu, kalau sudah ada Yuoru pasti Eiji juga ada. Yuoru sebagai tuan dari mansion, tentu akan duduk di kursi paling depan, sementara Eiji duduk di kursi seberang kiri Youru.
Yuoru melihat jam yang ada di dinding, sekarang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. " Di mana Remi-chan? Apakah dia tidak berangkat sekolah hari ini? " tanya Yuoru dengan tatapan datar.
Eiji menggeleng. " Sepertinya Remi-San masih berada di dalam kamarnya. Saya akan memanggilnya jika Yuoru-Sama merasa khawatir. " jawabnya seraya berdiri dari tempat duduknya.
"Īe, tidak perlu Eiji-Sama. " ucap Remi sambil berjalan bersama dengan Ayuna.
Ternyata Remi sedikit terlambat karena dia menjemput Ayuna dari kamarnya, dia terlihat sangat ingin akrab dengan asisten dari kakaknya itu. Mungkin karena Yuoru tidak dekat dengannya sebagai kakak, jadi saat melihat Ayuna yang bersikap lembut dan sopan membuatnya ingin tahu segala hal tentang Ayuna.
" Cepatlah duduk dan sarapan, jika kamu tidak ingin terlambat ke sekolah. " perintah Yuoru dengan wajah datarnya.
"Hai, oniichan. Oneesan duduk di sebelahku, ya? " tanya Remi.
" Terserah. " ketus Yuoru.
Remi langsung mengajak Ayuna untuk duduk bersamanya. Kalau Eiji duduk di seberang kiri Youru, maka Remi duduk di seberang kanan Yuoru, dan Ayuna berada tepat di sebelah kiri dari Remi.
" Duduk di sini oneesan!" ajak Remi dengan wajah senang.
Ayuna menunduk. " Hai, arigatōgo Remi-Sama. " jawabnya sambil duduk di kursi perlahan-lahan.
Karena semua sudah berkumpul, Yuoru mulai lebih dulu dengan mengambil sumpit yang ada di samping mangkuk nya. Karena dia adalah tuan rumah dan orang yang paling terhormat, maka saat dia sudah bergerak untuk makan yang lain juga harus segera makan.
" Suteki nani choushoku wa, semuanya!" ucap Remi sambil menunduk, lalu segera mengambil sumpitnya.
Reiji pun mengatakan hal yang sama, " suteki nani choushoku wa, Yuoru-Sama, Remi-San, dan Tanaka-San. "
"Hai, suteki nani choushoku wa. Komisshonā-Sama, Saito-Sama, Remi-Sama." balas Ayuna dengan nada pelan.
Lagi-lagi hanya Yuoru saja yang tidak saling merespon, ia hanya sibuk menyantap makanannya dan segera pergi dari meja makan ketika sudah selesai. Beberapa detik kemudian, Eiji juga harus pergi menyusul tuannya itu, walau sebenarnya dia belum menyelesaikan sarapannya.
Yuoru berjalan menuju ke ruang kerja nya. Eiji segera menyusulnya dari belakang dengan terburu-buru.
"Gochisōsamadeshita!"
Remi menggelengkan kepala nya seraya meletakkan sumpit di atas mangkuknya. "Huuh, setiap pagi masih saja begitu. " keluhnya.
Ayuna melirik ke arah Yuoru dan Eiji yang semakin jauh, " Kenapa, Remi-Sama? "
" Oniichan, selalu saja bersikap acuh pada orang lain. Aku sampai bingung harus bagaimana supaya dia bisa berubah. "
" Maaf, sebelumnya jika saya mengatakan ini dengan lancang. Menurut saya, setiap orang punya cara sendiri dalam bersikap. Mungkin, Komisaris-Sama dingin di mulut tapi hangat di hati. Kita tidak ada yang tahu akan pemikiran seseorang, ada baiknya jika terus berpikir positif itu juga akan membantu Komisaris-Sama untuk berpikir lebih lembut kedepannya. " saran Ayuna panjang lebar dengan nada pelan.
Mendengar ucapan Ayuna membuat Remi kembali memikirkan apa yang telah ia katakan. "Huhh, kamu benar oneesan. Tidak seharusnya aku mengatakan begitu. Aku seharusnya terus mendukung oniichan. "
Ayuna lega mendengar Remi akan terus bersikap positif pada Yuoru, walau sikap dan tindakan yang dilakukan masih acuh pada orang lain.
Ayuna meletakkan sumpit di atas mangkuk miliknya perlahan, " Gochisōsamadeshita. " Setelah mengatakan terima kasih, ia berdiri dari kursi. "Remi-Sama, saya harus menyusul Komisshonā-Sama dan Saito-Sama. " Jā, mata, Remi-Sama. " pamitnya seraya menunduk.
Remi pun menunduk juga sambil menatap Ayuna dengan wajah kebingungan. "Ah, iya. Sampai jumpa lagi, oneesan. "
Ayuna berjalan dengan langkah kecil, hal itu sudah menjadi kebiasaan ditambah lagi dia juga masih memakai kimono yang membuat langkahnya jadi pelan. Akan tetapi, seperti keunggulan untuk Ayuna, karena di perkotaan apalagi ibukota seperti itu sudah sangat jarang yang memakai pakaian tradisional. Jadi, dia terlihat istimewa. Apalagi saat ini Ayuna akan selalu bersama Yuoru sebagai sekretaris nya, pasti akan banyak yang diam-diam tertarik dengan penampilan Ayuna sebagai seorang wanita.
Kalau akan seperti itu, apa yang akan dilakukan Yuoru mengingat dirinya paling tidak suka melihat orang-orang yang ada dipihaknya terusik?
Sementara itu, Yuoru dan Eiji sedang berada di ruang kerja milik Yuoru. Mereka sedang membahas kasus pembunuhan berantai Kokoro o korosu yang akan mereka selidiki langsung dibawah pimpinan Youru sebagai Komisaris Jenderal Raito. Sebenarnya, jika melihat pangkat dari Yuoru, dia tidak perlu repot-repot turun tangan langsung untuk menyelidiki kasus yang ditangani kepolisian. Akan tetapi, Yuoru tidak bisa diam saja mengingat akan semakin banyaknya korban jika mereka terus tertunda oleh waktu.
" Menurutmu bagaimana? " tanya Yuoru datar seraya memainkan pematik di tangan kanannya.
Eiji mengerutkan kedua alisnya selagi sedang berpikir.
" Kangaeru jikan ga nai, Eiji. " ucap Yuoru kembali mendesak Eiji yang tengah berpikir.
Sontak Eiji langsung terdiam. Tentu saja yang dikatakan Yuoru benar, bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk banyak berpikir saat ini. Situasi sedang genting, pemikiran kritis memang dibutuhkan tetapi juga tidak harus terburu-buru.
Yuoru dan Eiji sedang membicarakan masalah di desa Mizu itu, Ayuna baru datang dan tidak sengaja mendengar setengah dari kasus yang dibahas oleh mereka dari depan pintu. Tak mau lama-lama berdiam diri, Ayuna pun dengan berani mengetuk pintu yang sudah terbuka lebar itu.
Tok...Tok
" Permisi, Komisshonā-Sama dan Saito-Sama. Maaf sudah mengganggu pembicaraan Anda berdua. " ucap pelan Ayuna seraya membungkuk.
" Masuklah! Kamu datang di waktu yang tepat, Tanaka-San. " perintah Yuoru.
Ayuna pun melangkah masuk ke dalam ruangan itu dan berdiri tepat di depan meja kerja Yuoru.
Yuoru berjalan santai menuju ke arah jendela dengan sebatang rokok yang sudah ada di tangan kanannya.
" Kamu pasti sudah mendengar apa yang kami bicarakan, bukan? " tanya Yuoru tajam.
Ayuna mengangguk pelan. "Hai, Komisshonā-Sama. Kurang lebih saya memang mendengar pembicaraan Anda berdua tadi. Maaf, kalau saya dengan lancang mendengarnya. " ia membungkuk dengan rasa bersalah.
Eiji merasa tidak nyaman dengan sikap Ayuna, ia mengira Yuoru akan memarahinya karena mendengar permasalahan yang sedang dibicarakan tadi.
"Itu, Tanaka-San. Tidak perlu meminta maaf. Anda memang boleh mendengarnya, karena mulai sekarang Anda akan berada disamping Yuoru-Sama terus. Dan kamu yang akan mengurus kepentingan-kepentingan di kepolisian mewakili Yuoru-Sama. " jelas Eiji.
Tidak menyangkal dengan apa yang dikatakan oleh Eiji untuk Ayuna, Yuoru malah sibuk menghisap rokoknya sambil melihat ke pemandangan di luar jendela. Padahal dia sendiri yang mengatakan bahwa saat ini tidak ada waktu untuk banyak bersantai dan berpikir, tetapi malah dia sendiri yang bersantai-santai.
" Tetap saja, saya merasa tidak sopan. " ucap Ayuna.
Mendengar Ayuna terus merasa bersalah karena merasa dia sudah tidak sopan kepada Yuoru dan Eiji, Yuoru jadi tidak memiliki keinginan untuk menghabiskan rokoknya, ia langsung membuangnya.
" Jika kamu memang sudah mendengarnya, maka saya ingin melihat apakah kamu bisa membantu menyelesaikan masalahnya. " tegas Yuoru seraya berjalan ke kursi kerjanya lalu duduk.
Ayuna menunduk. " Hai, Komisshonā-Sama. "
" Menurut saya, pembunuhan berantai di desa Mizu harus segera ditangani. Mengingat tidak tahu kapan pelaku akan menghabisi korban baru. " jelas Ayuna. " Jika Komisshonā-Sama turun langsung menangani kasus ini ke TKP, itu membuat kasus ini diketahui oleh banyak orang dan itu akan membuat pelaku semakin berkeinginan untuk membunuh lagi. "
" Jadi, ada baiknya jika menyelidiki secara tertutup dan memilih beberapa tim yang akan dibentuk untuk kasus ini. Kalau pelaku tetap tahu tentang rencana di kepolisian, maka sudah jelas kalau di antara kita ada yang membocorkan informasi tersebut. Walau belum bisa dipastikan berapa persen berhasilnya, ada baiknya mencoba dengan cara ini. Jika memang benar ada orang yang membocorkan informasi pada pelaku, maka akan mudah untuk kita menemukan pelaku nya tanpa membuat lebih banyak keributan dan tidak membuat cemas masyarakat. " sambungnya panjang lebar.
Yuoru masih belum merespon seolah dia belum cukup percaya pada rencana yang dikatakan Ayuna akan berhasil.
" Komisshonā-Sama, jangan lupakan bahwa ada Wakil Komisaris yang belum tahu tentang rencana Anda. " peringat Eiji.
" Wakari mashi ta. Tapi orang itu tidak pernah muncul saat diperlukan, menunggunya akan membuang waktu. " jawab Yuoru datar.
" Kalau Komisshonā-Sama benar-benar masih bersikeras untuk turun tangan, maka kita bisa memakai cara lain untuk mengelabui pelaku. " ucap Ayuna yakin.
Yuoru melirik ke arah Ayuna, ia melihat tatapan mata Ayuna sangat percaya diri dan seolah benar-benar ingin melakukan yang terbaik untuk membantu.
" Apa lagi yang kamu pikirkan? " tanya Yuoru.
" Jika Komisshonā-Sama bersikeras tetap ingin menyelesaikan kasus dengan tangan Anda sendiri, maka kita harus menyamar untuk mengelabui pihak-pihak yang mungkin saja orang yang berkaitan dengan pelaku. "
" Jika mereka melihat rombongan yang datang bukanlah rombongan polisi yang dikabarkan akan memeriksa TKP, tentu saja mereka akan sedikit lengah dan memberitahukan hal itu kepada pemimpin mereka. Maka saat itu, kita bisa bergerak untuk menyelidiki hal-hal yang penting dengan cepat. "
Pemikiran Ayuna membuat Yuoru sedikit tertarik dengannya, tetapi ia masih juga belum tergerak untuk mengikuti saran yang diberikan oleh Ayuna karena Yuoru tidak mudah percaya kepada orang lain, apalagi nantinya orang tersebut akan terus berada di sampingnya.
" Untuk seorang gadis dari desa, pemikiran seperti ini merupakan kejeniusan. Bisa saja dia masuk ke akademi dengan mudah. Apakah Kaisar mengirimnya hanya untuk menjadi sekretaris? " batin Yuoru sambil menatap dingin pada Ayuna.
Yuoru beranjak dari kursinya, " Tidak ada salahnya untuk percaya dengan ucapannya, bukan? " batinnya.
" Kamu sudah memikirkan sejauh itu, padahal kamu baru mendengar pembicaraan kami. Lantas, apa rencana yang kamu pikirkan? " tanya Yuoru.
Ayuna menunduk. " Saya memikirkan bahwa menyamar sebagai para medis dari kota akan mengalihkan perhatian mereka. Kita perlu dokter sungguhan, supaya kita bisa benar-benar mengecoh perhatian mereka. " jawabnya teguh.
Beberapa detik Yuoru berdiri, Eiji pun hanya diam tidak bisa menerka apa yang sedang Yuoru pikirkan.
Setelah beberapa menit, Yuoru berjalan ke luar dari ruang kerja nya seraya menghidupkan pematik yang ada di tangannya.
" Aku akan ikuti caramu. Tapi, kita akan bahas itu lagi nanti setelah Arata kembali. " ucap Yuoru sambil berjalan.
Ayuna membungkuk. " Hai, Komisshonā-Sama. Maaf, kalau setiap perkataan saya agak menyinggung dan kasar tadi. "
" Bantu bereskan berkas-berkas yang ada di rak buku, aku sudah muak melihatnya. " perintah Yuoru tanpa berhenti berjalan.
Ayuna melirik ke rak buku yang ada di depannya. "Hai, saya akan langsung membereskannya untuk Anda. "
Pembicaraan yang rumit itu akhirnya berakhir. Untuk saat ini, hanya itu cara yang bisa coba supaya menekan angka pembunuhan yang terjadi di desa Aki saat mereka menyelidiki kasus secara langsung.
Setelah meninggalkan Ayuna, Yuoru dan Eiji bergegas masuk ke dalam mobil, mereka akan berangkat menuju ke kediaman Wakil Komisaris Arata Hayashi. Dia merupakan teman Yuoru disaat masih belajar di akademi kepolisian, lebih tepatnya orang mengira bahwa mereka adalah rival. Hal itu dilakukan supaya tampak dari luar bahwa kepolisian Raito memiliki dua kubu yang terlihat jelas saling menjatuhkan, padahal itu hanya untuk mengelabui musuh dan memfokuskan tugas.
Pukul 10 pagi, Ayuna baru saja selesai membereskan dokumen yang tidak diperlukan lagi dari rak buku. Dia tidak terlihat lelah sama sekali, padahal sudah dari pagi sibuk di ruang kerja nya Yuoru. Ya, sebagai gadis yang hampir seumur hidup di desa, pastinya Ayuna sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti itu.
Dia duduk di sofa yang ada di samping jendela sambil melirik sekelilingnya yang sudah bersih kembali. " Tempat ini sunyi tetapi gelap, berbeda dengan di desa. " ucapnya dengan nada pelan.
Selagi beristirahat, Ayuna mengambil sesuatu dari bajunya. Sebuah benda yang selalu ia bawa ke mana-mana, yaitu sebuah lonceng kecil berwarna emas yang berbunyi nyaring saat bergoyang. Awalnya lonceng kecil itu ia gantung di tas miliknya, tetapi Ayuna tidak mau gantungan itu terjatuh dan hilang lagi, makanya dia berniat membawanya bersama dirinya.
Dia tidak mengatakan apa pun, tetapi saat menatap benda mati itu Ayuna terlihat sedih. Tatapan matanya sayu, seolah mengingatkannya akan sesuatu yang hilang.
Sementara itu, Yuoru dan Eiji sedang ada di kediaman Arata. Sejak pagi mereka masih menunggu tuan rumah itu, tetapi tidak juga muncul di depan mata. Mereka menunggu di ruang tamu, Yuoru bahkan sudah menghabiskan 3 batang rokok selagi menunggu Arata, bahkan Eiji tidak bisa lagi melarangnya.
Eiji melirik ke arah jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul 10.15, sudah hampir tiga jam mereka menunggu tetapi tak juga Arata keliatan di rumah.
" Yuoru-Sama, apakah kita kembali dulu saja? Sepertinya Hayashi-Sama belum tiba di rumah. " saran Eiji.
Yuoru mematahkan rokoknya lalu membuangnya. Yuoru berdiri seraya menoleh ke arah kanannya, seolah-olah sedang melihat sesuatu. Eiji bingung apa yang dilihat Yuoru karena di arah yang mereka lihat tidak ada siapa-siapa.
" Yuoru-Sama, ada apa di arah sana? " tanya Eiji penasaran.
Tatapan mata Yuoru yang tajam masih menatap ke arah tadi, dia makin terlihat mengerikan karena sikapnya yang kaku itu.
Sudah lebih 3 menit dia berdiam diri sambil melihat ke arah kanannya, Eiji yang tadi bertanya pun tak dijawab olehnya, jadi hanya bisa menunggu sampai Yuoru tidak memperhatikan ke arah sana lagi.
Sementara itu, Eiji melihat jam dinding lagi, jarum jam menunjukkan pukul 10.20. " Yuoru-Sama, sudah tidak ada waktu. Siang ini kita harus ke kantor pusat, karena kita baru saja mendapatkan bukti baru dari kasus Kokoro o korosu. "
Tidak mengatakan apa pun, Yuoru mengalihkan kembali pandangannya ke depan karena apa yang diperhatikannya tadi tidak ada apa-apa. Tapi dia mendengar apa yang dikatakan Eiji, Yuoru pun segera melangkah pergi dari ruang tamu menuju ke pintu utama. Eiji mengikutinya dari belakang seraya melirik ke arah yang diperhatikan Yuoru tadi.
Ternyata yang sejak tadi diperhatikan oleh Yuoru adalah Arata Hayashi yang bersembunyi di balik dinding, tatapannya sempat hampir terlihat jelas di mata Yuoru makanya Yuoru menatap tajam ke arah tempatnya bersembunyi. Saat ini dia tidak ingin menemui Yuoru karena situasinya sedang tidak bagus.
" Hufhh, hampir saja ketahuan. Si pria kaku itu, tatapannya semakin lama semakin tidak beres. " ucap syukur Arata sambil mengelus dada.
Yuoru dan Eiji masuk kembali ke dalam mobil untuk segera pergi menuju kantor pusat Raito, karena ada bukti terbaru yang ditemukan tadi malam dari kasus desa Mizu.
" Suruh Tanaka-San ke kantor pusat! " perintah singkat Yuoru.
" Hai, saya akan segera menghubungi kediaman untuk memberitahu Tanaka-San. " jawab Eiji seraya turun kembali dari dalam mobil untuk menelepon.
Sehabis menelepon kediaman, Eiji masuk kembali ke dalam mobil dan mobil pun segera bergerak menuju ke kantor pusat Raito.
Pukul 11 siang, Yuoru dan Eiji baru sampai di depan pintu utama kantor pusat. Beberapa detik kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di belakang mobil mereka. Ya, itu adalah mobil yang ditumpangi Ayuna.
Ayuna keluar dari dalam mobil dan langsung menyapa Yuoru dan Eiji. Dia membungkuk, " Komisshonā-Sama, Saito-Sama. "
" Hai, selamat datang di kantor pusat Tanaka-San! " sapa Eiji sambil tersenyum.
" Maaf, memanggil Anda secara tiba-tiba ke kantor. "
" Tidak apa-apa Saito-Sama, saya memang harus selalu ada di samping Komisshonā-Sama seperti Anda. " jawab Ayuna dengan wajah datar.
Yuoru melirik ke tubuh Ayuna, lalu kembali melirik ke depan. " Kimono futatabi. " ucapnya seraya berjalan masuk ke pintu utama.
Mendengar ucapan Yuoru, Ayuna sama sekali tidak menghiraukannya, karena semua pakaian yang dibawa dari kampung memang hanya kimono. Jadi, wajar saja kalau dia akan memakai kimono bahkan saat di kantor.
" Jangan khawatir, Tanaka-San. Yuoru-Sama hanya tidak menyukai sesuatu yang tidak biasa. " hibur Eiji.
Ayuna hanya terdiam, Karena dia sudah berada di kota, seharusnya dia menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya yang sudah modern. Eiji hanya bisa menghiburnya dengan sedikit ucapan, mereka pun segera menyusul Yuoru ke dalam kantor pusat Raito.
BERSAMBUNG .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!