Keesokan pagi nya, di mansion ...
Seperti biasa sebelum melakukan aktivitas, Yuoru, Remi, dan Eiji sarapan terlebih dahulu. Ditambah lagi sekarang mereka memiliki anggota baru yang tinggal di mansion, yaitu Ayuna.
Yuoru selalu datang tepat waktu, kalau sudah ada Yuoru pasti Eiji juga ada. Yuoru sebagai tuan dari mansion, tentu akan duduk di kursi paling depan, sementara Eiji duduk di kursi seberang kiri Youru.
Yuoru melihat jam yang ada di dinding, sekarang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. " Di mana Remi-chan? Apakah dia tidak berangkat sekolah hari ini? " tanya Yuoru dengan tatapan datar.
Eiji menggeleng. " Sepertinya Remi-San masih berada di dalam kamarnya. Saya akan memanggilnya jika Yuoru-Sama merasa khawatir. " jawabnya seraya berdiri dari tempat duduknya.
"Īe, tidak perlu Eiji-Sama. " ucap Remi sambil berjalan bersama dengan Ayuna.
Ternyata Remi sedikit terlambat karena dia menjemput Ayuna dari kamarnya, dia terlihat sangat ingin akrab dengan asisten dari kakaknya itu. Mungkin karena Yuoru tidak dekat dengannya sebagai kakak, jadi saat melihat Ayuna yang bersikap lembut dan sopan membuatnya ingin tahu segala hal tentang Ayuna.
" Cepatlah duduk dan sarapan, jika kamu tidak ingin terlambat ke sekolah. " perintah Yuoru dengan wajah datarnya.
"Hai, oniichan. Oneesan duduk di sebelahku, ya? " tanya Remi.
" Terserah. " ketus Yuoru.
Remi langsung mengajak Ayuna untuk duduk bersamanya. Kalau Eiji duduk di seberang kiri Youru, maka Remi duduk di seberang kanan Yuoru, dan Ayuna berada tepat di sebelah kiri dari Remi.
" Duduk di sini oneesan!" ajak Remi dengan wajah senang.
Ayuna menunduk. " Hai, arigatōgo Remi-Sama. " jawabnya sambil duduk di kursi perlahan-lahan.
Karena semua sudah berkumpul, Yuoru mulai lebih dulu dengan mengambil sumpit yang ada di samping mangkuk nya. Karena dia adalah tuan rumah dan orang yang paling terhormat, maka saat dia sudah bergerak untuk makan yang lain juga harus segera makan.
" Suteki nani choushoku wa, semuanya!" ucap Remi sambil menunduk, lalu segera mengambil sumpitnya.
Reiji pun mengatakan hal yang sama, " suteki nani choushoku wa, Yuoru-Sama, Remi-San, dan Tanaka-San. "
"Hai, suteki nani choushoku wa. Komisshonā-Sama, Saito-Sama, Remi-Sama." balas Ayuna dengan nada pelan.
Lagi-lagi hanya Yuoru saja yang tidak saling merespon, ia hanya sibuk menyantap makanannya dan segera pergi dari meja makan ketika sudah selesai. Beberapa detik kemudian, Eiji juga harus pergi menyusul tuannya itu, walau sebenarnya dia belum menyelesaikan sarapannya.
Yuoru berjalan menuju ke ruang kerja nya. Eiji segera menyusulnya dari belakang dengan terburu-buru.
"Gochisōsamadeshita!"
Remi menggelengkan kepala nya seraya meletakkan sumpit di atas mangkuknya. "Huuh, setiap pagi masih saja begitu. " keluhnya.
Ayuna melirik ke arah Yuoru dan Eiji yang semakin jauh, " Kenapa, Remi-Sama? "
" Oniichan, selalu saja bersikap acuh pada orang lain. Aku sampai bingung harus bagaimana supaya dia bisa berubah. "
" Maaf, sebelumnya jika saya mengatakan ini dengan lancang. Menurut saya, setiap orang punya cara sendiri dalam bersikap. Mungkin, Komisaris-Sama dingin di mulut tapi hangat di hati. Kita tidak ada yang tahu akan pemikiran seseorang, ada baiknya jika terus berpikir positif itu juga akan membantu Komisaris-Sama untuk berpikir lebih lembut kedepannya. " saran Ayuna panjang lebar dengan nada pelan.
Mendengar ucapan Ayuna membuat Remi kembali memikirkan apa yang telah ia katakan. "Huhh, kamu benar oneesan. Tidak seharusnya aku mengatakan begitu. Aku seharusnya terus mendukung oniichan. "
Ayuna lega mendengar Remi akan terus bersikap positif pada Yuoru, walau sikap dan tindakan yang dilakukan masih acuh pada orang lain.
Ayuna meletakkan sumpit di atas mangkuk miliknya perlahan, " Gochisōsamadeshita. " Setelah mengatakan terima kasih, ia berdiri dari kursi. "Remi-Sama, saya harus menyusul Komisshonā-Sama dan Saito-Sama. " Jā, mata, Remi-Sama. " pamitnya seraya menunduk.
Remi pun menunduk juga sambil menatap Ayuna dengan wajah kebingungan. "Ah, iya. Sampai jumpa lagi, oneesan. "
Ayuna berjalan dengan langkah kecil, hal itu sudah menjadi kebiasaan ditambah lagi dia juga masih memakai kimono yang membuat langkahnya jadi pelan. Akan tetapi, seperti keunggulan untuk Ayuna, karena di perkotaan apalagi ibukota seperti itu sudah sangat jarang yang memakai pakaian tradisional. Jadi, dia terlihat istimewa. Apalagi saat ini Ayuna akan selalu bersama Yuoru sebagai sekretaris nya, pasti akan banyak yang diam-diam tertarik dengan penampilan Ayuna sebagai seorang wanita.
Kalau akan seperti itu, apa yang akan dilakukan Yuoru mengingat dirinya paling tidak suka melihat orang-orang yang ada dipihaknya terusik?
Sementara itu, Yuoru dan Eiji sedang berada di ruang kerja milik Yuoru. Mereka sedang membahas kasus pembunuhan berantai Kokoro o korosu yang akan mereka selidiki langsung dibawah pimpinan Youru sebagai Komisaris Jenderal Raito. Sebenarnya, jika melihat pangkat dari Yuoru, dia tidak perlu repot-repot turun tangan langsung untuk menyelidiki kasus yang ditangani kepolisian. Akan tetapi, Yuoru tidak bisa diam saja mengingat akan semakin banyaknya korban jika mereka terus tertunda oleh waktu.
" Menurutmu bagaimana? " tanya Yuoru datar seraya memainkan pematik di tangan kanannya.
Eiji mengerutkan kedua alisnya selagi sedang berpikir.
" Kangaeru jikan ga nai, Eiji. " ucap Yuoru kembali mendesak Eiji yang tengah berpikir.
Sontak Eiji langsung terdiam. Tentu saja yang dikatakan Yuoru benar, bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk banyak berpikir saat ini. Situasi sedang genting, pemikiran kritis memang dibutuhkan tetapi juga tidak harus terburu-buru.
Yuoru dan Eiji sedang membicarakan masalah di desa Mizu itu, Ayuna baru datang dan tidak sengaja mendengar setengah dari kasus yang dibahas oleh mereka dari depan pintu. Tak mau lama-lama berdiam diri, Ayuna pun dengan berani mengetuk pintu yang sudah terbuka lebar itu.
Tok...Tok
" Permisi, Komisshonā-Sama dan Saito-Sama. Maaf sudah mengganggu pembicaraan Anda berdua. " ucap pelan Ayuna seraya membungkuk.
" Masuklah! Kamu datang di waktu yang tepat, Tanaka-San. " perintah Yuoru.
Ayuna pun melangkah masuk ke dalam ruangan itu dan berdiri tepat di depan meja kerja Yuoru.
Yuoru berjalan santai menuju ke arah jendela dengan sebatang rokok yang sudah ada di tangan kanannya.
" Kamu pasti sudah mendengar apa yang kami bicarakan, bukan? " tanya Yuoru tajam.
Ayuna mengangguk pelan. "Hai, Komisshonā-Sama. Kurang lebih saya memang mendengar pembicaraan Anda berdua tadi. Maaf, kalau saya dengan lancang mendengarnya. " ia membungkuk dengan rasa bersalah.
Eiji merasa tidak nyaman dengan sikap Ayuna, ia mengira Yuoru akan memarahinya karena mendengar permasalahan yang sedang dibicarakan tadi.
"Itu, Tanaka-San. Tidak perlu meminta maaf. Anda memang boleh mendengarnya, karena mulai sekarang Anda akan berada disamping Yuoru-Sama terus. Dan kamu yang akan mengurus kepentingan-kepentingan di kepolisian mewakili Yuoru-Sama. " jelas Eiji.
Tidak menyangkal dengan apa yang dikatakan oleh Eiji untuk Ayuna, Yuoru malah sibuk menghisap rokoknya sambil melihat ke pemandangan di luar jendela. Padahal dia sendiri yang mengatakan bahwa saat ini tidak ada waktu untuk banyak bersantai dan berpikir, tetapi malah dia sendiri yang bersantai-santai.
" Tetap saja, saya merasa tidak sopan. " ucap Ayuna.
Mendengar Ayuna terus merasa bersalah karena merasa dia sudah tidak sopan kepada Yuoru dan Eiji, Yuoru jadi tidak memiliki keinginan untuk menghabiskan rokoknya, ia langsung membuangnya.
" Jika kamu memang sudah mendengarnya, maka saya ingin melihat apakah kamu bisa membantu menyelesaikan masalahnya. " tegas Yuoru seraya berjalan ke kursi kerjanya lalu duduk.
Ayuna menunduk. " Hai, Komisshonā-Sama. "
" Menurut saya, pembunuhan berantai di desa Mizu harus segera ditangani. Mengingat tidak tahu kapan pelaku akan menghabisi korban baru. " jelas Ayuna. " Jika Komisshonā-Sama turun langsung menangani kasus ini ke TKP, itu membuat kasus ini diketahui oleh banyak orang dan itu akan membuat pelaku semakin berkeinginan untuk membunuh lagi. "
" Jadi, ada baiknya jika menyelidiki secara tertutup dan memilih beberapa tim yang akan dibentuk untuk kasus ini. Kalau pelaku tetap tahu tentang rencana di kepolisian, maka sudah jelas kalau di antara kita ada yang membocorkan informasi tersebut. Walau belum bisa dipastikan berapa persen berhasilnya, ada baiknya mencoba dengan cara ini. Jika memang benar ada orang yang membocorkan informasi pada pelaku, maka akan mudah untuk kita menemukan pelaku nya tanpa membuat lebih banyak keributan dan tidak membuat cemas masyarakat. " sambungnya panjang lebar.
Yuoru masih belum merespon seolah dia belum cukup percaya pada rencana yang dikatakan Ayuna akan berhasil.
" Komisshonā-Sama, jangan lupakan bahwa ada Wakil Komisaris yang belum tahu tentang rencana Anda. " peringat Eiji.
" Wakari mashi ta. Tapi orang itu tidak pernah muncul saat diperlukan, menunggunya akan membuang waktu. " jawab Yuoru datar.
" Kalau Komisshonā-Sama benar-benar masih bersikeras untuk turun tangan, maka kita bisa memakai cara lain untuk mengelabui pelaku. " ucap Ayuna yakin.
Yuoru melirik ke arah Ayuna, ia melihat tatapan mata Ayuna sangat percaya diri dan seolah benar-benar ingin melakukan yang terbaik untuk membantu.
" Apa lagi yang kamu pikirkan? " tanya Yuoru.
" Jika Komisshonā-Sama bersikeras tetap ingin menyelesaikan kasus dengan tangan Anda sendiri, maka kita harus menyamar untuk mengelabui pihak-pihak yang mungkin saja orang yang berkaitan dengan pelaku. "
" Jika mereka melihat rombongan yang datang bukanlah rombongan polisi yang dikabarkan akan memeriksa TKP, tentu saja mereka akan sedikit lengah dan memberitahukan hal itu kepada pemimpin mereka. Maka saat itu, kita bisa bergerak untuk menyelidiki hal-hal yang penting dengan cepat. "
Pemikiran Ayuna membuat Yuoru sedikit tertarik dengannya, tetapi ia masih juga belum tergerak untuk mengikuti saran yang diberikan oleh Ayuna karena Yuoru tidak mudah percaya kepada orang lain, apalagi nantinya orang tersebut akan terus berada di sampingnya.
" Untuk seorang gadis dari desa, pemikiran seperti ini merupakan kejeniusan. Bisa saja dia masuk ke akademi dengan mudah. Apakah Kaisar mengirimnya hanya untuk menjadi sekretaris? " batin Yuoru sambil menatap dingin pada Ayuna.
Yuoru beranjak dari kursinya, " Tidak ada salahnya untuk percaya dengan ucapannya, bukan? " batinnya.
" Kamu sudah memikirkan sejauh itu, padahal kamu baru mendengar pembicaraan kami. Lantas, apa rencana yang kamu pikirkan? " tanya Yuoru.
Ayuna menunduk. " Saya memikirkan bahwa menyamar sebagai para medis dari kota akan mengalihkan perhatian mereka. Kita perlu dokter sungguhan, supaya kita bisa benar-benar mengecoh perhatian mereka. " jawabnya teguh.
Beberapa detik Yuoru berdiri, Eiji pun hanya diam tidak bisa menerka apa yang sedang Yuoru pikirkan.
Setelah beberapa menit, Yuoru berjalan ke luar dari ruang kerja nya seraya menghidupkan pematik yang ada di tangannya.
" Aku akan ikuti caramu. Tapi, kita akan bahas itu lagi nanti setelah Arata kembali. " ucap Yuoru sambil berjalan.
Ayuna membungkuk. " Hai, Komisshonā-Sama. Maaf, kalau setiap perkataan saya agak menyinggung dan kasar tadi. "
" Bantu bereskan berkas-berkas yang ada di rak buku, aku sudah muak melihatnya. " perintah Yuoru tanpa berhenti berjalan.
Ayuna melirik ke rak buku yang ada di depannya. "Hai, saya akan langsung membereskannya untuk Anda. "
Pembicaraan yang rumit itu akhirnya berakhir. Untuk saat ini, hanya itu cara yang bisa coba supaya menekan angka pembunuhan yang terjadi di desa Aki saat mereka menyelidiki kasus secara langsung.
Setelah meninggalkan Ayuna, Yuoru dan Eiji bergegas masuk ke dalam mobil, mereka akan berangkat menuju ke kediaman Wakil Komisaris Arata Hayashi. Dia merupakan teman Yuoru disaat masih belajar di akademi kepolisian, lebih tepatnya orang mengira bahwa mereka adalah rival. Hal itu dilakukan supaya tampak dari luar bahwa kepolisian Raito memiliki dua kubu yang terlihat jelas saling menjatuhkan, padahal itu hanya untuk mengelabui musuh dan memfokuskan tugas.
Pukul 10 pagi, Ayuna baru saja selesai membereskan dokumen yang tidak diperlukan lagi dari rak buku. Dia tidak terlihat lelah sama sekali, padahal sudah dari pagi sibuk di ruang kerja nya Yuoru. Ya, sebagai gadis yang hampir seumur hidup di desa, pastinya Ayuna sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti itu.
Dia duduk di sofa yang ada di samping jendela sambil melirik sekelilingnya yang sudah bersih kembali. " Tempat ini sunyi tetapi gelap, berbeda dengan di desa. " ucapnya dengan nada pelan.
Selagi beristirahat, Ayuna mengambil sesuatu dari bajunya. Sebuah benda yang selalu ia bawa ke mana-mana, yaitu sebuah lonceng kecil berwarna emas yang berbunyi nyaring saat bergoyang. Awalnya lonceng kecil itu ia gantung di tas miliknya, tetapi Ayuna tidak mau gantungan itu terjatuh dan hilang lagi, makanya dia berniat membawanya bersama dirinya.
Dia tidak mengatakan apa pun, tetapi saat menatap benda mati itu Ayuna terlihat sedih. Tatapan matanya sayu, seolah mengingatkannya akan sesuatu yang hilang.
Sementara itu, Yuoru dan Eiji sedang ada di kediaman Arata. Sejak pagi mereka masih menunggu tuan rumah itu, tetapi tidak juga muncul di depan mata. Mereka menunggu di ruang tamu, Yuoru bahkan sudah menghabiskan 3 batang rokok selagi menunggu Arata, bahkan Eiji tidak bisa lagi melarangnya.
Eiji melirik ke arah jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul 10.15, sudah hampir tiga jam mereka menunggu tetapi tak juga Arata keliatan di rumah.
" Yuoru-Sama, apakah kita kembali dulu saja? Sepertinya Hayashi-Sama belum tiba di rumah. " saran Eiji.
Yuoru mematahkan rokoknya lalu membuangnya. Yuoru berdiri seraya menoleh ke arah kanannya, seolah-olah sedang melihat sesuatu. Eiji bingung apa yang dilihat Yuoru karena di arah yang mereka lihat tidak ada siapa-siapa.
" Yuoru-Sama, ada apa di arah sana? " tanya Eiji penasaran.
Tatapan mata Yuoru yang tajam masih menatap ke arah tadi, dia makin terlihat mengerikan karena sikapnya yang kaku itu.
Sudah lebih 3 menit dia berdiam diri sambil melihat ke arah kanannya, Eiji yang tadi bertanya pun tak dijawab olehnya, jadi hanya bisa menunggu sampai Yuoru tidak memperhatikan ke arah sana lagi.
Sementara itu, Eiji melihat jam dinding lagi, jarum jam menunjukkan pukul 10.20. " Yuoru-Sama, sudah tidak ada waktu. Siang ini kita harus ke kantor pusat, karena kita baru saja mendapatkan bukti baru dari kasus Kokoro o korosu. "
Tidak mengatakan apa pun, Yuoru mengalihkan kembali pandangannya ke depan karena apa yang diperhatikannya tadi tidak ada apa-apa. Tapi dia mendengar apa yang dikatakan Eiji, Yuoru pun segera melangkah pergi dari ruang tamu menuju ke pintu utama. Eiji mengikutinya dari belakang seraya melirik ke arah yang diperhatikan Yuoru tadi.
Ternyata yang sejak tadi diperhatikan oleh Yuoru adalah Arata Hayashi yang bersembunyi di balik dinding, tatapannya sempat hampir terlihat jelas di mata Yuoru makanya Yuoru menatap tajam ke arah tempatnya bersembunyi. Saat ini dia tidak ingin menemui Yuoru karena situasinya sedang tidak bagus.
" Hufhh, hampir saja ketahuan. Si pria kaku itu, tatapannya semakin lama semakin tidak beres. " ucap syukur Arata sambil mengelus dada.
Yuoru dan Eiji masuk kembali ke dalam mobil untuk segera pergi menuju kantor pusat Raito, karena ada bukti terbaru yang ditemukan tadi malam dari kasus desa Mizu.
" Suruh Tanaka-San ke kantor pusat! " perintah singkat Yuoru.
" Hai, saya akan segera menghubungi kediaman untuk memberitahu Tanaka-San. " jawab Eiji seraya turun kembali dari dalam mobil untuk menelepon.
Sehabis menelepon kediaman, Eiji masuk kembali ke dalam mobil dan mobil pun segera bergerak menuju ke kantor pusat Raito.
Pukul 11 siang, Yuoru dan Eiji baru sampai di depan pintu utama kantor pusat. Beberapa detik kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di belakang mobil mereka. Ya, itu adalah mobil yang ditumpangi Ayuna.
Ayuna keluar dari dalam mobil dan langsung menyapa Yuoru dan Eiji. Dia membungkuk, " Komisshonā-Sama, Saito-Sama. "
" Hai, selamat datang di kantor pusat Tanaka-San! " sapa Eiji sambil tersenyum.
" Maaf, memanggil Anda secara tiba-tiba ke kantor. "
" Tidak apa-apa Saito-Sama, saya memang harus selalu ada di samping Komisshonā-Sama seperti Anda. " jawab Ayuna dengan wajah datar.
Yuoru melirik ke tubuh Ayuna, lalu kembali melirik ke depan. " Kimono futatabi. " ucapnya seraya berjalan masuk ke pintu utama.
Mendengar ucapan Yuoru, Ayuna sama sekali tidak menghiraukannya, karena semua pakaian yang dibawa dari kampung memang hanya kimono. Jadi, wajar saja kalau dia akan memakai kimono bahkan saat di kantor.
" Jangan khawatir, Tanaka-San. Yuoru-Sama hanya tidak menyukai sesuatu yang tidak biasa. " hibur Eiji.
Ayuna hanya terdiam, Karena dia sudah berada di kota, seharusnya dia menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya yang sudah modern. Eiji hanya bisa menghiburnya dengan sedikit ucapan, mereka pun segera menyusul Yuoru ke dalam kantor pusat Raito.
BERSAMBUNG .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments