Rayuan Sang Penggoda

Rayuan Sang Penggoda

Apa Suamiku Selingkuh?

“Mas, kamu di mana? Hari ini aku masakin kamu makanan spesial, aku bawain ke kantor ya.”

Seorang wanita yang baru saja selesai memasak, dengan penuh semangat menghubungi sang suami.

“....”

Namun, jawaban dari lelaki di ujung sana membuatnya kecewa. Wanita ini terdiam dan segera mematikan telponnya.

Hmmm!

Ia menghembuskan napas secara dalam, ada hal yang tidak bisa dijelaskan berkemelut di pikirannya.

“Ada apa dengan Mas Dimas akhir-akhir ini ya? Mengapa sikapnya terlihat aneh, bahkan ditelpon pun selalu mengatakan sibuk, dan ia selalu menolak untuk dibawakan makan siang ke kantor,” gumam wanita yang memiliki suara lembut bak putri Solo ini.

Tatapannya beralih pada kotak makanan yang telah disiapkan untuk dibawa ke kantor sang suami.

Semuanya sudah beres, tapi lelaki yang ia cintai itu malah menolak.

Hal ini menimbulkan rasa kecewa yang menusuk di hatinya, sakit karena merasa tidak dihargai.

Wanita yang memiliki tinggi 160 cm itu membuang napas berat, dia melangkahkan kaki ke ruang keluarga, di mana terdapat foto pernikahannya dengan sang suami.

Ia melihat ke dinding dan memperhatikan tulisan yang terdapat pada figura berlapis emas tersebut.

Karina Mustika dan Dimas Wijaya Soebono, akan hidup selamanya dalam janji pernikahan. Jika ada salah satu yang mengingkari, semuanya akan berakhir.

Wanita bernama Karina ini tersenyum pedih, saat membaca janji yang mereka ikat pada saat prosesi pernikahan.

Karina memandangi raut wajah sang suami yang terlihat sangat bahagia di acara tersebut. Namun, setelah tiga tahun berlalu, semuanya mulai berubah.

Ke mana perginya Dimas yang dulu sangat terobsesi pada dirinya?

Sudah padam kah api cinta itu?

Dring! Dring!

Jam dinding yang ada di sebelah kiri berbunyi sambil mengeluarkan mainan burung kakak tua di atasnya.

Hari ini adalah pernikahan Karina dan Dimas ... Hari ini adalah pernikahan Karina dan Dimas.

Mendengar bunyi alarm yang telah ia setting setahun yang lalu, membuat Karina terdiam. Bibirnya terbuka dan berlari kecil untuk melihat kalender.

“Astaga, hari ini tanggal 3 bulan 3. Iyaa pas, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahanku yang ke 3 dengan Mas Dimas. Aku harus ke kantornya saat ini juga, meski mungkin ia sedang sibuk!”

Karina segera bersiap untuk berangkat ke kantor sang suami.

Dengan pakaian sederhana, dan membawa sejumlah makanan yang telah disiapkan, ia pun berangkat.

“Nyonya Karina mau ke mana? Ayo saya antar."

Lelaki paruh baya yang selalu standby di pos jaga, menyambut Karina dengan sopan.

“Hmm, tidak perlu Pak Bagus. Saya naik taksi saja. Soalnya nanti saya akan menunggu Mas Dimas selesai kerja, dan pulang bersama," tolak Karina.

Wanita ini begitu ramah, meski lawan bicaranya hanyalah seorang sopir dari Keluarga Soebono.

“Tapi Nyonya, nanti Tuan akan ....” sahut lelaki paruh baya tersebut.

Dia tidak ingin dimarahi Dimas lagi, karena membiarkan Karina keluar tanpa pengawalan.

Menyadari kekhawatiran pak Bagus, akhirnya Karina setuju untuk diantar supir pribadi keluarganya.

Setengah jam kemudian mereka pun tiba di kantor Soebono Group.

"Pak Bagus pulang duluan saja ya, saya mau menunggu Mas Dimas," ucap Karina seraya turun dari mobil.

"Baik, Nyonya."

Karina bergegas memasuki gedung kantor. Perusahaan yang bergerak di bidang retail ini adalah milik orang tua Dimas.

Karina terdiam pada saat tiba di depan ruang kerja suaminya.

Dia melihat seorang wanita muda sedang duduk di kursi sekretaris, wajahnya sangat cantik, tubuhnya seksi seperti gitar spanyol, dan ditambah bibir merah merona seperti buah delima.

“Siapa wanita ini? Kenapa ia duduk di kursi Amelia?” tanya Karina dalam hati.

Wanita itu bukan sekretaris Dimas yang sebelumnya dikenal Karina.

Sementara wanita cantik yang duduk di kursi itu tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

Dia malah asik bersolek untuk mempercantik diri.

Driing!

“Sekretaris Nadia, segera bawakan makan siang ke ruangan saya.”

Sebuah pesan suara masuk dari telpon kantor, dan Karina dapat mendengar bahwa itu adalah suara Dimas, suaminya.

Karina masih terdiam di tempat, mimik wajahnya begitu heran. Selagi ia bisa mengingat, sebelumnya Dimas tidak pernah meminta sekretarisnya membawakan makanan ke ruang kerja.

Biasanya jika bukan Karina yang datang membawakan makan siang, pasti Dimas akan keluar bersama pengurus perusahaan lainnya.

Gleek!

Karina hanya bisa menelan ludah, jantungnya berdebar ketika sekretaris baru sang suami memasuki ruangan.

Perasaannya mulai tidak enak.

Terlebih, dia melihat pakaian yang dikenakan wanita itu terkesan tidak sopan, terlalu seksi untuk dikenakan seorang sekretaris.

Kancing kemeja bagian atasnya seperti sengaja dibiarkan terbuka, hingga celah pada gundukan padatnya bisa terekspos dengan bebas, semua itu masih ditambah rok ketat sejengkal di atas lutut.

Meski wanita tersebut sempat melihat Karina, tapi ia tidak peduli. Dia buru-buru masuk ke ruangan Dimas dengan senyum berseri-seri, seperti hendak bertemu dengan seorang pangeran impian.

Sampai saat ini, Karina masih memaku di tempatnya berdiri.

Apakah sekretaris baru itu yang membuat Dimas mulai berubah?

Kini sekretaris baru Dimas telah memasuki ruangan.

Saking penasarannya, Karina mencoba mengintip di celah pintu ruang kerja sang suami yang sedikit terbuka.

“Pak Dimas, ini makan siang yang sudah saya belikan untuk Bapak,” ucap sekretaris itu dengan suara yang dibuat mendesah seperti sengaja menggoda.

Dimas tidak segera menggubris, ia tetap fokus pada layar laptop yang ada di depannya.

“Terima kasih, Nadia, kau bisa meletakkan makanan itu di sana.” Dimas menunjuk sudut mejanya dengan isyarat dagu.

“Baik, Pak. Saya letakkan di sini ya.” Suara yang begitu genit kembali ia lontarkan, tapi sayang atasannya itu sama sekali tidak menggubris.

Mata Dimas tetap fokus mengarah depan, dengan jari-jari yang menari lincah di atas keyboard.

“Pak ....” Lagi-lagi Nadia memanggil Dimas dengan nada merayu.

Dimas melirik ke arah sekretarisnya. “Ada apa, Nadia? Apakah ada yang mau kau katakan lagi? Jika tidak, tolong keluarlah, saya sedang sibuk mempersiapkan project di Malaysia pekan depan.”

Merasa kesal tidak dihiraukan, Nadia sengaja menyenggol jus jeruk, hingga tumpah membasahi pakaian yang ia kenakan.

“Aaawwhh!”

Mendengar teriakan dari Nadia, Dimas menoleh ke arah sekretaris barunya.

Dimas memberikan Nadia tisu. “Gunakan ini!”

Dalam hatinya Nadia tersenyum penuh kemenangan, sebab ia telah berhasil menarik atensi Dimas.

Kini kaki Nadia sengaja dimiringkan, seolah ia sedang kehilangan keseimbangan dan akan terjatuh.

Secara otomatis Dimas beranjak dari kursi kebesarannya, lalu menahan tubuh indah sekretarisnya tersebut.

Untuk sepersekian detik, mereka saling menatap satu sama lain.

Mata indah milik Nadia yang memancarkan sorot sayu, dan berhasil membuat jantung Dimas berdebar kencang.

Prang!

Suara benda terjatuh membuat Dimas segera tersadar, dan menepis pandangannya dari Nadia.

Dia menoleh ke arah suara yang diyakini berasal dari pintu ruangannya.

“Siapa itu?”

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

sekretaris murahan nih, otaknya ngak dipakai kerja tp badan dan nafsunya yg bekerja jd sekretaris. memalukan ilmu nya sj

2024-03-11

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

sekertaris ganjen model ulat bulu kegatelan 😡😡

2022-11-24

1

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Hallo author aq mampir atas recomended novel nya author Nazwa Talita

2022-11-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!