Menjual Mika dengan Kebohongan Aruto

“Mika, waktunya makan malam. Turunlah! dan makanlah bersamaku."

Tidak ada respon.

“Mika?”, panggil Aruto di balik pintu kamar Mika tanpa mengetuk sambil fokus mendengarkan.

“Tidak biasanya dia diam?”, batinnya.

Aruto pun meninggalkannya. Kembali ke dapur untuk makan sendiri. Aruto masih tidak yakin untuk melepas Mika, tapi dia harus bisa memaksa dirinya sendiri. Supaya tidak merasa kerepotan mengurus istri.

Dua hari yang telah berlalu ini, Aruto telah mengetahui bahwa Mika adalah gadis yang tidak bisa berbuat apa-apa. Memasak tidak bisa, mencuci piring tidak bisa, menyapu lantai tidak mau, merapikan tidak mau, semua jenis pekerjaan rumah dia tidak handal.

Sangat berbeda dari gadis yang biasa Aruto nikahi. Aruto lengah akan syarat tersebut, biasanya dia menikahi gadis-gadis dari keluarga yang membutuhkan uang dengan syarat gadis tersebut mandiri, patuh dan bisa melakukan pekerjaan.

Tapi, saat dia melakukan perjanjian dengan keluarga Mika, dia tidak mengatakan tentang syaratnya tersebut, hanya meminta kerelaan dari orang tua untuk memutus hubungan dengan putrinya.

Akhirnya, Aruto kewalahan dalam menghadapi Mika yang tidak mandiri, suka membantah dan tidak punya rasa takut sedikitpun kepada dirinya. Jika Mika seperti itu, Mika hanya akan menyusahkan lembaga saja dan nama baik Aruto bisa tercoreng.

Aruto sudah menikahi belasan bahkan puluhan gadis dari keluarga miskin dan itu sudah menjadi hal yang biasa baginya. Juga, gadis-gadis yang Aruto nikahi semuanya sudah mandiri dan mampu mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Aruto juga memberikan kesempatan kepada gadis-gadis yang ia nikahi untuk tinggal bersamanya selama tiga hari. Meski begitu, Aruto tidak pernah menyentuh mereka sedikitpun.

Selesai makan, Aruto kembali menuju kamar Mika. Terdengar sangat sepi tanpa suara Mika sendiri, tapi samar-samar terdengar musik lagu-lagu jepang dari balik pintu kamar.

“Mika, Besok pagi, jam tujuh pagi kamu harus sudah bersiap diri”, ucap Aruto.

“Iya”, balas Mika.

“Akhirnya, aku mendengar suaranya”, Aruto merasa lega dan pergi meninggalkannya.

Aruto tinggal sendiri di rumah tanpa seorang pembantu. Hanya ada dua ajudannya yang selalu berjaga di depan rumah. Rumah yang segede gaban itu tidak ada kehidupan sedikitpun, sunyi, sepi dan memprihatinkan.

Mika masih terbaring di kasurnya, memikirkan ciuman pertama yang telah Aruto berikan kepadanya. Dia semakin bersedih saat dia memikirkan keluarganya. Memikirkan, ibu, ayah, kakak, kakak iparnya, adik dan keponakan kecilnya.

Mika merasa sangat kesepian, meskipun dia membenci keluarganya tapi dia masih sangat merindukannya. Kebencian yang seharusnya tidak pantas untuk dia rasakan karena kasih sayang keluarganya masih jauh lebih banyak dari pada dia harus secepat itu membenci keluarganya.

Kehidupannya serasa hancur jika Mika terus-terusan memikirkannya. Dia pun memejamkan mata untuk tidur dan melupakan semua itu. Dia berharap, besok pagi dia bangun dalam keadaan hilang ingatan.

Aruto termenung di ruang kerjanya yang satu ruangan dengan kamar tidurnya. Meja yang penuh dengan peralatan arsitektur dan sepasang komputer lengkap. Beberapa miniatur bangunan tertata rapi di rak dekatnya.

Aruto tidak pernah menyesali perbuatannya menikahi para gadis miskin kemudian mempekerjakan mereka ke lembaga penyalur tenaga kerja. Karena dia yakin, dengan memberikan mereka sebuah pekerjaan yang menyibukkannya akan mengobati hati para gadis tersebut supaya tidak kerepotan hidup berumah tangga bersama Aruto.

“Mika..”, keluhnya.

“Hff.. Kenapa gue harus memberikan ini kepadanya?”, Aruto merasa menyesal telah memberikan ciuman pertamanya kepada Mika. Namun dia tersipu malu. Itu adalah ciuman pertamanya yang ia libatkan kepada seorang gadis.

Esok hari pun datang, perintah yang telah Shelin berikan kepada Aruto untuk mengantarkan Mika ke lembaga, berubah menjadi dua ajudan dari Shelin tiba-tiba datang ke rumah Aruto dengan mengendarai satu mobil hitam.

“Bos, anak buah dari Shelin datang menjemput”, ucap ajudan bernama Joya melalui earphonenya.

“Apa?”, seketika Aruto kaget mendengar kabar tersebut. Dia yang masih tenang duduk di ruang tengah, langsung berlari menuju kamar Mika.

“Mana gadis itu?”, tanya ajudan dari Shelin.

“Tunggulah di ruang ini, saya akan segera memanggilkannya”, jawab Moya, satu lagi ajudan milik Aruto. Meskipun Joya dan Moya sangat berbeda dan bukan orang kembar, Aruto sangat suka memanggil mereka dengan panggilan Joya dan Moya, karena itu sangat memudahkannya.

“Baiklah, jangan lama-lama”, balas Roy

Moya berjalan menemui Aruto sedangkan Joya berjaga mengawal ajudan dari Shelin, Roy dan Davin.

“Sial, jam tujuh gue baru mau bersiap, tapi malah mereka sudah datang aja kesini. Merepotkan sekali”, kesal Aruto.

“Mika! Buka pintunya!”

Mika pun langsung membukakan pintu.

“Tumben patuh?”, sindir Aruto

“Kau menang. Aku akan patuh kepadamu. Sia-sia aku harus terus berdebat denganmu jika pada akhirnya aku akan dijual juga”, jawab Mika acuh.

“Seperti itulah dirimu”, ucap Aruto menyeringai.

Mika pun mulai keluar kamar dan menutup pintu kamarnya, dalam hati dia bersedih karena harus berpisah dengan kamar yang sangat indah baginya.

“Selamat tinggal ruangan yang tiga hari telah memberikanku kenyamanan”, ucap Mika sedih.

“Dasar, air mata buaya”, gerutu Aruto.

Mika pun berjalan mendahului Aruto dan menuruni tangga sendiri. Sampai di lantai bawah, sekilas Aruto melihat masker di meja cabinet dekat tangga tersebut. Dia sedikit punya ide.

“Pakai maskernya!”, pinta Aruto

“Untuk apa?”, tanya Mika.

“Pura-puralah sakit”, ucap Aruto

“Umm..”, balas Mika memalingkan matanya dengan acuh dan menerima masker tersebut. 

“Temuilah bukit yang dekat pemukiman warga saat kamu melakukan perjalanan bersama mereka. Jika kamu ingin kabur, pikirkanlah sendiri caranya. Aku akan menjemputmu di sana  jika kamu ingin kabur dari mereka”

“Bos, mereka tidak ingin menunggu terlalu lama”, ucap Moya memotong.

“Baiklah”, jawab Aruto singkat.

Mika memakai masker dan menemui kedua ajudan dari Shelin. Mereka kaget dan sedikit curiga dengan keadaan Mika. Namun, seketika Mika bersin dan berusaha menampakkan dirinya yang sedang sakit.

“Inilah alasan gue membatalkannya karena dia sedang sakit”, ucap Aruto santai.

“Bawa dia! dan masukkan ke dalam mobil”, perintah Roy kepada Davin tanpa basa-basi.

“Eits, tunggu sebentar. Jangan tancap gas dulu. Gue harus selesain ini dulu dengan Shelin, tunggu sebelum gue menyelesaikan urusan gue ini”

Aruto pun menelepon Shelin untuk memperjelas urusannya. Memperjelas kenapa ada paksaan dari Shelin padahal Aruto selalu suka rela memberikan gadisnya kepada mereka. Sebagai paksaan dari Shelin tersebut, Aruto meminta bayaran dua kali lipat dengan kebohongannya. Mengatakan bahwa Mika adalah gadis yang sangat patuh, rajin dan sangat mandiri. Kemampuannya luar biasa sehingga akan memberikan keuntungan besar.

Melebih-lebihkan hingga mengatakan bahwa Mika sangat spesial, tubuhnya berbeda dari para gadis yang lain. Lebih seksi, cantik dan sangat menggoda. Aruto membesar-besarkan kebohongannya dengan sangat mulus sehingga Shelin pun percaya.

"Dasar wanita singa mata duwitan. Setelah ini, gue tidak akan mau berurusan dengannya lagi!", pungkas Aruto dalam hati.

Terpopuler

Comments

who are you?

who are you?

Aruto gg 🗿

2023-02-02

0

Zenun

Zenun

berarti Aruto istrinya buanyyak banget

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!