"Tok tok tok"
"Mika.."
Ibu mengetuk pintu kamar Mika, Mika pun membukakan pintu untuk Sang Ibu.
"Belum tidur Nak?"
"Belum kok, ada apa Ibu?"
"Maaf ya kalo Ibu mengganggu"
"Tidak apa-apa"
Ibu sangat ramah dan penyayang kepada Mika. Dengan sifatnya tersebut, beliau membujuk Mika untuk segera menikah meskipun niat dibalik itu sangatlah tidak pantas.
Dalam hati, Ibu sangat sedih bahwa niatnya menikahkan Mika karena ingin keluar dari kemiskinan dan melunasi hutang-hutang suaminya.
Dia menjual Mika kepada seorang konglomerat pengusaha properti, walaupun usianya jauh 10 tahun lebih tua dari Mika tapi pria tersebut dapat dipercaya, katanya.
Meski begitu, Ibu tetap merelakan Mika kepada pria tersebut supaya keluar dari masalah yang membebani ekonomi keluarga.
Ibu pun menjelaskan dengan sejujur-jujurnya kepada Mika. Namun, tetap saja, yang bisa dia lakukan hanya patuh dan rela selama hutang-hutang ayahnya lunas dan ekonomi keluarganya kembali pulih.
Hati ibu semakin hancur karena banyak menyembunyikan fakta yang menyakitkan kepada Mika. Apalagi, Mika bisa langsung menerima segala perkataannya tanpa penolakan sedikit pun.
"Kenapa Ibu menangis?"
"Ibu gak kuat, Mika.. Ibu gak kuat.."
"Tidak apa-apa Ibu. Mika kan sudah besar, Mika pasti bisa menjalaninya, walaupun masih ragu sih, hehe"
"Ooh Mika.. Maafkan Ibu.." Ibu semakin menangis.
"Maafkan Ibu ya Mika. Ayahmu benar-benar egois, sampe memaksamu menikah dengan orang yang tidak kamu kenal demi melunasi hutang-hutangnya", lanjutnya.
"Iya, sampe kapan ibu mengulang-ulang ucapan itu.. Yang penting hutang ayah lunas kan Ibu? Jarang sekali ada orang yang sebaik itu, padahal hutang ayah banyak banget dan hampir saja rumah ini disita bank, kan?", ucap Mika menghibur.
"Anak ini selalu berfikiran positif dan sangat baik", batin Ibu semakin teriris.
"Aku benci dengan keadaan ini", keluh Mika di dalam hati, tidak berdaya.
"Mika?"
"Iya Ibu?"
"Pernikahanmu mungkin tidak akan mewah, bisa jadi pernikahanmu akan disembunyikan. Jadi, kamu tidak usah kaget kalo tidak ada tamu undangan yang datang ya?"
"Eh?, malah lebih bagus begitu Ibu", jawab Mika tersenyum.
"Ya sudah kalo begitu. Semoga Tuhan selalu melindungimu ya anak manis. Kamu tidur yang nyenyak. Ibu akan keluar"
"Iya.. Tidur yang nyenyak juga buat ibu.."
Ibu pun keluar dan menutup pintu kamar Mika. Seketika Mika menangis, matanya berat hingga air matanya mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik. Semakin sakit karena dia menahan tangisannya. Sesenggukan.
Ibu yang masih berada di balik pintu ikut merasakan betapa sakit hati yang dirasakan Mika saat ini. Beliau pun ikut menangis.
...****************...
Hari pernikahan pun tiba. Mika sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Menghabiskan air matanya sebanyak mungkin supaya dia tidak kembali menangis nantinya.
Dia menutup rapat-rapat hati dan perasaannya supaya tidak mudah terbawa perasaan di dalam rumah tangganya. Membuang jauh-jauh rasa cinta dan sayang. Sebagai antisipasi jika calon suaminya bukan orang yang baik.
Meski begitu, perasaan Mika cukup senang karena melihat beban ekonomi keluarganya telah hilang. Dia siap menerima konsekuensinya. Dia tahu, tidak akan ada harga yang gratis begitu saja.
Pria itu dengan lantang dan berani mengucapkan Ijab qobulnya. Hanya dengan sekali tarikan nafas, ijab qobul tersebut benar dan jelas terdengar.
Seketika ucapan "sah" saling bersahutan dan menggema ke seluruh ruangan KUA. Mika tetap berekspresi datar dan bersikap dingin.
Pria itu merasa bangga dan tersenyum. Tapi, senyumannya terlihat menyembunyikan suatu rahasia yang sangat besar. Mungkin, dia seorang pria licik dan sadis.
"Mika, selamat yah kamu udah menikah", ucap Fanya dan Astha sahabat sejatinya.
"Iya, terima kasih"
"Eehh.. Kok gak happy sih?", canda Fanya.
"Gimana aku gak bahagia, nikah sama orang yang beda jauh umurnya. Dipaksa lagi, gak kenal lagi. Kan, nyebelin", batin Mika.
Acara akad nikah yang sangat sederhana tanpa resepsi setelahnya. Bahkan penampilan Mika seadanya, hanya sekedar baju kebaya dengan riasan tipis dan rambut wolfcutnya yang tergerai saja. Tidak ada tamu undangan yang hadir kecuali hanya Fanya dan Astha sahabat sejati Mika.
Dengan sahnya ijab dan qobul, berakhirlah kesulitan ekonomi keluarga Mika. Bahkan hutang-hutangnya telah dibayar lunas oleh pria tersebut.
Ayah sendiri sangat malu dan tidak berani menatap ke arah Mika. Mika pun juga tidak ingin mempedulikannya.
Ibu, Kakak, kakak ipar dan adiknya tidak berani menghibur Mika karena perasaan sedih mereka. Mereka tidak mampu melakukannya.
Setelah selesai acara ijab qobul dan tanpa foto bersama, mereka makan bersama di ruangan yang sudah disediakan. Mika makan bersama Fanya dan Astha.
Sedangkan, pria tersebut makan bersama keluarga Mika. Mika melirik, meski merasa sungkan tapi dia acuh dan tidak peduli. Dia ingin membebaskan hatinya sejenak bersama kedua sahabatnya tersebut.
"Mika, kalo kita main ke rumah barumu, bolehin yah?!", pinta Fanya.
"Pasti donk", ucap Mika percaya diri.
"Tapi, kamu gak takut Mika? Gimana kalo pria itu jahat sama kamu?", tanya Astha.
"Biarin. Aku gak takut. Aku akan bawa banyak senjata untuk jaga-jaga. Kalo dia berani melukaiku, aku siap menerimanya. Meskipun rasanya pasti sakit", canda Mika.
"Mika.. Kau itu sungguh berani. Atau, pura-pura berani? Kalo kamu benar-benar tidak tahan dengan pria itu, kamu harus langsung melarikan diri ya", pinta Fanya
"Tenang saja", balas Mika santai.
"Eh, eh dia datang", ucap Astha menepuk paha Mika dan Fanya.
"Kenapa kamu tidak makan bersama keluargamu?", tanya pria itu.
"Tidak. Aku lebih suka disini", jawab Mika
"Jangan mudah meremehkan saya ya kamu!", balas pria itu.
"Duh, dia sadis", bisik Fanya kepada Astha.
"Umm..", Mika menunduk sambil memalingkan matanya tanda dia tidak peduli dengan ucapan pria itu.
"Setelah acara ini selesai, kau akan terima akibatnya", pungkas pria itu.
Mika hanya terdiam. Fanya dan Astha bergidik ketakutan. Tubuh pria yang tinggi dan setelan jas hitamnya membuatnya terlihat keren tapi tatapannya mengerikan.
"Aigooo.. Dia itu kaya, tampan dan punya kulit mulus tapi kok galak begete. Dia pasti hanya mempermainkanmu Mika", ucap Fanya.
"Biarin! Lebih baik begitu. Biarlah dia dengan kehidupannya sendiri, aku tidak akan peduli", balas Mika.
"Semangat Mika. Kami akan selalu ada untukmu", ucap Astha.
"Terima kasih teman-teman. Hanya kalianlah yang selalu tulus dan jujur kepadaku", balas Mika.
Mika masih terus melirik melihat keluarganya. Hatinya menangis tapi matanya tidak mengeluarkan air mata. Sangat sakit dan sesak.
Dia hanya bisa terus mengepalkan tangan untuk menahan kesedihannya. Benar-benar akhir kehidupannya yang sangat mengedihkan bagi Mika.
Dia merasa, dia sudah sangat jauh dan berbeda dari keluarganya. Dia sudah tidak bisa menyatukan diri dengan keluarganya tersebut.
Ibu pun menyadari bahwa Mika melihat ke arahnya, beliau melambaikan tangan meminta Mika untuk mendekat tapi Mika acuh. Dia pun berdiri dan keluar dari gedung, tidak ingin melihat keluarganya lagi.
"Gals, aku keluar dulu ya", pinta Mika.
"Kita temenin ya?"
"Tidak, tidak usah. Sebentar kok, mau cari udara segar. Nanti, aku kembali lagi"
"Baiklah, Mika. Hati-hatinya.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Umida Jati
ramah tapi kok mencurigakan
2023-01-29
0
Zenun
katanya ya.. nyatanya gimana
2023-01-23
0
Miu Nh.
lanjut kak >>
terima kasih sudah bersedia baca. give more comment yes 💝
2023-01-15
0