Satu Rumah dengan Suami

“Ibu, kasihan Kak Mika”, ucap Qowi.

Qowi adalah adik perempuan Mika yang masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SMP. Dia yang juga seorang perempuan pun memiliki kekhawatiran seperti Mika.

“Jangan bilang seperti itu Qowi”, pinta Ibu

“Tapi Ibu, ini tidak adil untuk Kak Mika”

“Qowi, kita tidak tahu dengan takdir apa yang akan menimpa keluarga kita, bahkan takdir Kak Mika sendiri. Ibu juga tidak kuasa melindunginya”, Ibu menangis.

“Maafkan aku ibu, karena membahasnya lagi”, ucap Qowi merasa menyesal.

“Sudahlah Qowi, kita harus menerima semua ini dengan lapang dada. Ibu harap, apa yang menimpa Kak Mika tidak akan menimpamu di masa depan nanti”

“I-iya..”

“Seharusnya, ayah yang harus bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri ibu”, sahut Gian tiba-tiba ikut menimpali obrolan Ibu dan Qowi.

“Sudahlah Gian, jangan dibahas lagi!”, pinta Ibu paksa.

"Pyar!!", Gian melempar gelas tepat di dekat kakinya. Dan melanjutkan perkataannya,

“Ayah benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa dia menjual Mika demi ingin mendapatkan uangnya kembali? Apalagi, pria itu langsung memutus hubungan Mika dengan keluarga kita. Kenapa Ibu bisa langsung percaya?!"

“Gian!!”

“Sudah kakak, sudah”, balas Qowi ikut membela ibu dengan mendorong Gian pergi meninggalkan tempat. 

“Qowi, jika kamu besar nanti, jangan jadi seperti ayah ya, juga jangan jadi seperti ibu. Keluarga kita telah hancur gara-gara ulah orang tua kita sendiri”, gerutu Gian.

“Kakak, sudah. Jangan bicara kasar lagi. Aku tidak suka..”, Qowi bersedih.

“Maafkan kakak ya Qowi, kakak sendiri juga tidak mampu melindungi Mika. Kakak menyadari, bahwa kakak juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindunginya”

“Sudahlah kakak.. sudah..”

...****************...

Mika sudah berada di dalam rumah mewah milik pria yang telah menjadi suaminya. Meskipun dia sudah tinggal dua hari di sana, dia masih saja terpana dan gemetaran setiap kali kakinya menapak dan setiap kali tangannya memegang.

Mika menuruni tangga yang melingkar itu dan seketika melihat pria suaminya duduk di ruang tengah menghadap ke arahnya.

“Waktumu tinggal satu hari lagi, Mika”

Langkah Mika pun terhenti, “Tidak mau! Aku tetap ingin tinggal di sini!”, bantahnya.

“Siapa yang akan mengizinkanmu tinggal di sini?”, tanya suaminya masih santai.

“Aku!!”, jawab Mika lantang

“Dasar! Percuma saja kamu membuat keputusanmu sendiri. Pria bermobil hitam akan menjemputmu besok pagi” 

"Tidak!"

"Jangan membantah!, Lagipula, aku tidak bisa mengurusmu di sini, aku orang yang sangat sibuk. Jadi, aku harus memberikanmu kepada orang lain", suaminya mulai berdiri.

“Uumm..”, Mika menundukkan kepalanya lagi sambil memalingkan muka.

“Sudah dua kali aku melihat ekspresi itu. Dia merasa sedih tapi tidak merasa takut. Sikap acuhnya benar-benar membuatku tertantang”, batin suaminya.

“Apa kamu tau siapa namaku?"

“Tidak!!”

“Akan kuberitahu siapa namaku”

"Jangan!!"

"Kenapa?"

“Karena kita berdua tidak saling kenal. Ngapain aku harus tau namamu segala? Percuma aku mengetahui namamu, jika kamu tidak mau menerimaku dengan tulus”

“Gadis ini, setiap kali aku bertanya dia mudah sekali menjawabnya. Padahal aku sudah sedikit memperlihatkan wajah galak untuk menakutinya”, batinnya.

“Mika..”, dia mulai berjalan mendekati Mika.

“Mika.. Mika.. Mika..”

“Mika!!”, ucap suaminya tegas dan langsung mengangkat dagu Mika.

“Apa kamu takut jika aku menyebutkan namaku?”

“Tidak!!”

“Kalau begitu, dengarkan baik-baik. Namaku adalah, A-”

“Jangan!!” Belum selesai melanjutkan ucapannya, Mika langsung mendorong suaminya hingga jatuh ke belakang.

“Jika kamu berani mengatakan siapa namamu, aku akan membunuhmu!!”, bantah Mika dan kembali pergi ke kamarnya di lantai atas.

“Apa? Mem-membunuhku? Mikaaa!!!!”, teriak suaminya semakin kesal.

Suaminya berdiri dan kembali duduk di singgasananya. Dia tidak habis pikir bisa bertemu gadis seperti Mika. Gadis berani dan mudah sekali membantah ucapannya.

Pria tinggi dua jengkal dari Mika adalah seorang pria konglomerat bernama Aruto Dhiswa. Pria tampan nan sadis. Dia biasa menikahi para gadis miskin untuk membantu perekonomian keluarganya.

Aruto tidak memiliki ketertarikan sedikit pun kepada wanita. Karena dia begitu sibuk dan akan merepotkan jika harus mengurus istri. Sehingga, setelah dia menikahi istrinya, dia memberikannya kepada lembaga penyalur tenaga kerja untuk diberikan pekerjaan.

Meski dia mencampuradukan kebaikannya dengan keburukannya, Aruto adalah seorang pembisnis handal dengan menekuni bidang properti dan desain arsitektur. Pria pekerja keras dan profesional. Kemandiriannya tanpa memiliki sebuah perusahaan mampu membuatnya meraup pundi-pundi kekayaan dengan sangat mudah.

Namun sekarang, perasaannya sedikit tergugah dan penasaran dengan Mika. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya sehingga membuat Aruto kesal sendiri. Biasanya dia santai dalam menghadapi para gadis, sehingga membuatnya mudah untuk melepaskannya. Tapi, dia akan menguji Mika kembali.

Aruto segera mengambil ponselnya dan menelepon contact person penyalur tenaga kerja. Dia menyampaikan, bahwa dia membatalkan mereka untuk mengambil Mika esok pagi. Lembaga tersebut sangat menyayangkan, tapi mereka pun hanya bisa patuh.

Mika mengunci kamarnya dan berdiam diri mendengarkan lagu-lagu anime sambil berbaring melihat langit-langit kamarnya.

“Kamar ini sangat bagus, aku suka”,  ucap Mika

“Dia sebenarnya orang baik atau orang jahat sih? Ah! Terserah! Yang penting, aku cukup bahagia menikmati kesendirian di kamar ini”

“Kerling-kerling..”, Ponselnya pun berbunyi.

Fanya dan Astha melakukan panggilan video kepada Mika. Mika langsung menjawab panggilan tersebut. 

“Halo Mika.. Apa kabarmu?”, tanya Fanya dan Astha melambaikan tangan.

“Baik, sangat baik!”, balas Mika berani.

“Syu-syukurlah”

“Tapi, besok sepertinya aku mau dijual sama dia?”, balas Mika menyeringai palsu.

“Di-dijual? Bagaimana mungkin? Dia kan sudah membelimu masak mau dijual lagi, kayak barang aja”, sahut Fanya tidak percaya.

“Kenapa?”

“Mika! Kok kamu santai banget sih. You are so weird! Kenapa kamu bisa sesantai itu menanggapinya? Haaah? Gak mungkin kalo suamimu bakal ngejual kamu”

“Emang kenapa? Gue tuh udah lelah kalo harus mengeluh dan menangis terus. Dia juga gak mau ngurusin gue.”

“Aigoo Mika.. Mika..”

Ternyata, diam-diam Aruto menempelkan telinga kanannya di pintu kamar Mika. Samar-samar mendengarkan Mika yang sedang bicara sendiri.

“Gadis itu sangat aneh. Dia sama sekali tidak takut sama gue.”

“Apa jangan-jangan, dia psikopat?”, Aruto mulai kesal sendiri.

“Dok dok dok”

“Dok dok dok”

Aruto mengetuk pintu dengan kasar, Mika tidak mempedulikannya.

“Dok dok dok!!”, semakin keras, bahkan Aruto berani menggerak-gerakkan gagang pintu dengan sangat cepat.

“Mika, ada yang mengetuk pintu kamarmu”, ucap Astha

“Paling dia”

“Bukain dulu donk pintunya, sebelum dia ngamuk”, pinta Astha

“Baiklah.. Kalo gitu gue tutup yang teleponnya”, pungkas Mika

“Hati-hati di rumah ya Mika.. Kami selalu mendoakannmu di sini. Semoga kamu selalu Save and safety!! Hihihi..”, canda Fanya

Mika pun berjalan menuju pintu kamarnya, mulai memutar kunci, perlahan namun pasti, “Ceklek”.. berhenti sejenak, kemudian. “Ceklek”.. lalu “ceklek” kembali untuk mengunci.

“Mika! Jangan mempermainkanku! Buka pintunya!!”

Aruto masih bersiap memegang pegangan pintu, bersiap membuka saat Mika benar-benar memutar kunci pintunya. Namun, Mika kembali mengunci pintunya.

“Mika!!”

“Ahahaha..”, Mika tertawa.

“Mika! Buka pintunya!”

“Katakan saja apa maumu?”

“Lancang kamu ya?! Kamu tidak tahu sedang bicara sama siapa?”

“Emang aku bicara sama siapa? Aku tidak mengenalnya, jadi aku berhak untuk mengabaikannya. Pergilah!”

Terpopuler

Comments

Umida Jati

Umida Jati

tuh si ibu belain suaminya

2023-01-29

0

Zenun

Zenun

bagus Mika

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!