Pagi harinya, di kediaman keluarga Abbas, terlihat kehebohan kecil di keluarga itu. Terlihat suasana sedikit gaduh. akibat ulah dari wanita paruh baya yang tak lain adalah nyonya di rumah itu.
siapa lagi wanita itu jika bukan Meita Saraswati. Ibu dari Rivaldo Abbas. dan istri dari Rendy Abbas. sedari pagi, wanita paruh baya itu sudah heboh di dapur. Karena, anak sulungnya akan mengenyam pendidikan sekolah dasar yang terbilang lumayan jauh dari rumah.
Karena lokasi sekolah Rivaldo yang baru, terletak di ujung kota P perbatasan dengan kota O. Untuk itulah, Meita menyuruh agar semua asisten rumah tangganya mempersiapkan keberangkatan anak pertamanya itu.
" Mama, kenapa sih heboh teriak-teriak? anak kita itu mau sekolah. bukan mau camping." ujar Rendy Soraya melipat kedua tangannya di depan dada.
Mendengar ucapan dari sang suami, membuat wanita yang terlihat sangat Anggun walau di umurnya yang menginjak usia 30 itu, menatap tajam ke arah sang suami.
" Apa maksud Papa ngomong begitu?" tanya Meita dengan melayangkan tatapan tajamnya. hal itu tentu saja membuat sang suami, seketika gelagapan dibuatnya.
" bu-kan maksud Papa begitu, hanya saja,..." laki-laki paruh baya itu tidak dapat meneruskan perkataannya. dan dirinya lebih memilih untuk diam. karena memang, Sepertinya itu adalah pilihan yang terbaik. daripada melawan makhluk terkuat di bumi ini.
" lagi pula, anak kita itu mau ke sekolah yang lumayan jauh loh Pa, Jadi wajar, jika mama mempersiapkan semua barang yang dibutuhkan oleh Rivaldo. Apa itu salah?" tanya Meita di akhir kalimatnya.
Mendengar omelan sang istri, Rendy memberikan kode pada seluruh asisten rumah tangganya agar secepatnya menyingkir dari sana. karena laki-laki itu, akan mendiskusikan sesuatu. karena ini, menyangkut dengan kelangsungan hidupnya hehehe.
" iya ya sayang, Mas minta maaf deh. Mas tadi nggak bermaksud untuk bersikap seperti itu." ucapnya Seraya melingkarkan lengan kekarnya di perut ramping sang istri.
Biasanya, Meita ini akan langsung luluh jika dibujuk seperti itu dan diberi kata-kata manis oleh suaminya itu. Namun, ternyata memang ekspektasi tidak seindah realita. Karena, secara tiba-tiba, Meita menepis kasar tangan sang suami. hingga membuat, Rendy terperanglah kaget untuk beberapa saat.
" nggak usah sok manis. lebih baik, papa segera bangunkan Rivaldo. nanti dia bisa terlambat." ucap Meita tanpa menoleh ke arah belakang. di mana, suaminya berada.
Sejenak Rendy pun terdiam. karena jika sang istri sudah berkata demikian dan juga dengan nada dan gesture yang sangat asing, itu menandakan wanita paruh baya ini Tengah diliputi rasa khawatir.
" nggak usah dipikirin, semua akan baik-baik saja." bisik Rendy Seraya menepuk tahu sang istri. dan setelahnya, laki-laki paruh baya itu melangkah menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar Sang putra tercinta.
" astaga, menyeramkan sekali dia kalau marah." gumamnya dalam hati. Kemudian, masih tetap melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamar anaknya.
" Rivaldo, ayo bangun. Nanti keburu mama marah-marah lagi." ucap Rendy Seraya menyibak gorden kamar Sang putra.
Seketika itu pula, Rivaldo segera menggeliat dan mengerjap mengerjakan matanya. agar dapat menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.
"hmmm, Memangnya ini sudah jam berapa?" tanya laki-laki itu Seraya mengucapkan matanya.
" jam 05.30. Ayo segera mandi, nanti mama kamu marah-marah lagi." ucap Rendy Seraya menarik tangan Sang putra tercinta.
"hmm," Rivaldo segera bangun dari atas pemberiannya. Kemudian, masuk ke dalam kamar mandi. untuk selanjutnya, membersihkan dirinya.
" dasar, dia benar-benar menjadi fotokopianku." gumam Rendy Seraya tersenyum kecil.
Ya walaupun Rivaldo masih berusia 10 tahun, namun laki-laki itu tampaknya sudah mewarisi sifat dingin sang ayah. karena memang, Rendy dulunya adalah laki-laki yang sangat dingin. namun Lihatlah sekarang, laki-laki paruh baya itu menjadi sangat bucin dan juga sangat manis bak seekor anakan kucing yang dalam dekapan ibunya.
***
Setelah Rivaldo selesai merapikan baju seragamnya, laki-laki Tampan itu segera turun ke lantai dasar untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan sekaligus melaksanakan kegiatan sarapan pagi.
" pagi Mah, Pah," Safa Rivaldo Soraya mengecup pipi Meita. dan melakukan tos ala pria kepada Rendy.
" pagi sayang," jawab Meita Seraya tersenyum tipis. Tangannya sibuk mengolesi roti yang akan disantap oleh Putra pertamanya itu.
" kamu nanti, bawa bekal semua ini ya," ucap Meita Seraya menunjuk ke arah beberapa bekal yang telah tersaji di atas meja.
" mah Rivaldo itu mau sekolah bukan mau camping ya," ucap Rivaldo Seraya melahap sarapannya.
" sayang, sekolah kamu itu sangatlah jauh. bahkan di perbatasan kota P dan O Mama nggak mau kamu sampai kelaparan." ucap Meita dengan nada sedihnya.
" kan di sana ada kantin," ucap Rivaldo masih kekeh untuk menolak bekal dari sang mama.
" no itu nggak higienis. lebih baik, kamu membawa bekal dari rumah." ucap Meita tak terbantahkan. hal itu tentu saja membuat Rivaldo yang mendengarnya, seketika mendesah pelan.
Namun laki-laki itu juga tidak bisa membantah perkataan ibunya. Karena, Rivaldo tidak ingin menyakiti hati wanita kesayangannya.
*****
Sementara itu di tempat keluarga Melvin Andriano, suasana tampaknya juga tidak jauh berbeda dengan keluarga Abbas. Terlihat, seorang wanita paruh baya juga Tengah sibuk memasak. dengan dibantu beberapa asisten rumah tangga mereka.
" Bi tolong siapkan ini semua ya, Saya mau menyusul dan melihat keadaan anak saya." ucapnya Seraya melangkah pergi dari sana.
Tok tok tok
Terdengar suara pintu diketuk dari luar, hal itu tentu saja membuat gadis kecil yang telah bersiap-siap sedari tadi, seketika membukakan pintu.
" sayang, Apakah kamu sudah siap?" tanya Sephia Amora Seraya menyentuh kedua pundak Putri kesayangannya itu.
" Devia sudah siap Bu." ucapnya Seraya tersenyum tipis. Setelahnya, Sephia segera memeluk tubuh Putri semata wayangnya itu.
" nanti kalau kamu sudah berada di rumah bibi Velove, jangan bandel ya" ucapnya tersenyum simpul.
" Iya Bu, Ibu tenang aja. jangan nangis ya." ucap Devia tersenyum simpul.
Mendengar penuturan dari putrinya itu, bukannya membuat Sephia merasa bahagia, malah justru semakin membuat air mata wanita paruh baya itu, mengalir dengan sangat deras.
Tak lama berselang, Melvin Andriano ikut gabung dengan istri dan anaknya. suasana haru pun akhirnya terasa cukup kuat di tengah-tengah keluarga itu. Hal itu membuat Devia, merasa sangat beruntung. Karena, di balik kekurangannya, ada kelebihan yang diberikan Tuhan untuknya. Yakni, sebuah keluarga yang sangat menyayanginya.
Bahkan, Devia sama sekali tidak pernah dibentak oleh sang ibu. dan juga, tidak pernah dibully oleh teman-temannya yang ada di kota K ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments