" sedih karena nggak bisa ketemu sama sahabat kecilnya. iya kan, Ngaku aja deh." ucap Sephia Seraya Manuel pipi gadis kecil itu. tentu saja hal itu membuat Devia yang mendengarnya, seketika mengerucutkan bibirnya.
Mendengar penuturan dari istri tercintanya, membuat Melvin Andriano. Sang ayah, tersenyum kemudian mengusap kepala anak tunggalnya itu dengan sangat lembut.
" ibu, aku itu cuma kangen mau main sama dia." ucap Devia Seraya mendengus kesal. Mendengar hal itu, kedua orang tua Devia, seketika tertawa terbahak-bahak. hal itu tentu saja membuat Devia semakin merasa kesal.
Dengan sedikit menghentak-hentakkan kakinya, gadis kecil itu segera masuk ke dalam kamarnya yang terletak di lantai atas. Sementara Sephia dan Melvin Andriano yang melihat itu, hanya terkekeh pelan.
Pasangan suami istri itu segera masuk ke dalam kamarnya yang terletak di lantai bawah.
****
" Mas, Mas yakin mau melakukan rencana ini?" tanya Sephia Seraya duduk di tepi ranjang kamar mereka. Mendengar penuturan dari sang istri, membuat Melvin seketika menoleh.
" Yakin dong Sayang, anak kita itu hanya Devia. jadi sebisa mungkin, Mas akan turuti semua permintaannya." ucap Melvin Seraya tersenyum tipis.
Mendengar penuturan dari sang suami, membuat Sephia seketika menghela nafas panjang. hal itu tentu saja membuat Melvin yang melihatnya, seketika merasa kehiranan.
" Kamu kenapa sayang, kok seperti tidak senang begitu?" tanya Melvin Seraya melangkah mendekati sang istri.
Sephia yang mendengar pertanyaan dari suami tercintanya itu, seketika tersenyum tipis." Entahlah Mas, sepertinya. aku tidak rela jika anak kita harus diasuh dengan orang lain." ucap Sephia dengan lirik.
Tentu saja ucapan dari istrinya itu, membuat Melvin seketika terperangah kaget." Kamu ini bicara apa?" tanya laki-laki itu Seraya menatap sang istri dengan tatapan tak percayanya. " Bukannya Kak Velove sangat menyayangi Devia?" tanya laki-laki paruh baya itu.
Sephia yang mendengarnya, menganggukkan kepala." memang kak Velove sangat menyayangi Devia seperti anak kandungnya sendiri. Tapi entah mengapa, aku merasa tidak enak saja jika harus meninggalkan gadis kecilku terlalu lama." ucap Sephia Seraya beranjak dari duduknya.
Dengan segera, Melvin ikut bangkit dari duduknya kemudian melingkarkan tangannya ke perut ramping sang istri. Seraya sesekali, menghirup aroma tubuh yang begitu menenangkan bagi seseorang yang baru saja melakukan aktivitas yang membuatnya penat.
" percayalah sama mas, semua pasti akan baik-baik saja." ucap Melvin Seraya mengecup pipi sang istri. Mendengar ucapan dari sang suami itu, membuat Sephia seperti kau menoleh dan berbalik arah menatap sosok suaminya yang sangat gagah itu.
" Iya Mas. Aku akan coba menepis perasaan ini." ucap Sephia tersenyum tipis.
" haruslah itu sayang. lagi pula kecemasanmu itu tidak mendasar. Devia sudah sering kan menginap di sana, dan buktinya, sampai saat ini anak sayang yang kita itu masih baik-baik saja." ucap Melvin mencoba mengingatkan dan menenangkan istrinya itu.
" hmm Mas bener. mungkin aku hanya khawatir berlebihan saja. lagi pula, di kota itu nanti pasti Devia akan menemukan teman-teman sebaik di kota ini." ucap Sephia Seraya tersenyum lembut. dan setelahnya, pasangan suami istri itu kembali bercerita tentang banyak hal.
****
Sementara itu, di tempat lain. lebih tepatnya, di dalam kamar, Devia Tengah duduk termenung di atas kursi meja belajarnya. Tampaknya, gadis berusia 9 tahun itu Tengah memikirkan sesuatu.
" Semoga kita bisa bertemu ya," gumam gadis kecil itu Seraya menatap sebuah foto yang terdapat di atas meja belajarnya. Di mana, foto itu memperlihatkan Devia bersama dengan seorang laki-laki yang tengah memegangi tangan kecilnya untuk memetik sebuah bunga yang sangat indah.
" Kak Rivaldo, Devia kangen." gumam gadis kecil itu Seraya mengusap foto yang berada di tangannya itu dengan gerakan yang sangat lembut. dan dengan segera, gadis itu membawa bingkai foto yang ada di tangannya menuju ranjang.
" semoga, suatu saat kita bisa bertemu lagi." gumamnya Lirih. dan setelahnya, memejamkan mata untuk selanjutnya terbang ke alam mimpi yang begitu nyaman dan tentram.
*****
Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah rumah mewah kediaman keluarga Abbas. Terlihat tiga orang tengah duduk di ruang keluarga Seraya sesekali berbincang-bincang satu sama lain.
" Rivaldo, Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan." ucap laki-laki paruh baya yang bernama Rendy Abbas.
Mendengar ucapan dari sang papa, membuat Rivaldo seketika mendongak menatap ke arah Papanya dengan tatapan serius.
" mau bicara apa pa?" tanya laki-laki yang baru beranjak remaja itu.
"hmmm besok kamu ikut papa ya, Kita akan survei sekolah baru untukmu." ucap Rendy Seraya menatap ke arah anaknya dengan Tatapan yang serius.
Mendengar penuturan dari sang papa, seketika membuat Rivaldo membulatkan mata." Kenapa aku harus pindah? Memangnya sekolahan yang dulu kenapa?" rentetan pertanyaan, seketika meluncur dari mulut laki-laki itu.
" sekolah kamu yang dulu, sepertinya akan segera digusur. karena ternyata, tanah itu adalah milik orang lain. dan saat ini, menjadi rebutan oleh orang banyak." ucap Meita Saraswati dengan ucapan selembut mungkin.
"oh," mendapat penjelasan dari ibunya, seketika hanya membuat Rivaldo hanya ber Oh Ria saja. hal itu tentu saja membuat Meita dan Rendy yang mendengarnya, seketika Saling pandang.
" kok kamu biasa saja, nggak seperti waktu pisah sama gadis itu?" tanya Rendy dengan ekspresi wajah penasaran namun juga terlihat kejahilannya.
Mendengar nama salah satu orang yang sangat dia sayangi disebut, seketika membuat Rivaldo mendengus kesal." ya karena, di dalam sekolah itu, tidak seasik ada Devia." ucapnya dengan lirih.
Seketika jawaban dari Rivaldo itu membuat kedua orang tuanya Saling pandang." cie anak papa sekarang sudah besar ya, sudah main suka-sukaan aja." ucap Rendy menggoda anak sulungnya itu.
Rivaldo yang mendengarnya, seketika beranjak dari duduk. Kemudian, melangkah menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.
****
Selepas kepergian dari Rivaldo, Meita dan Rendy memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.
" Pah, Papa yakin mau memindahkan sekolah Rivaldo?" tanya Meita Seraya duduk di sofa samping suaminya.
Mendengar penuturan dari wanita kesayangannya, seketika membuat Rendy menoleh dan menatap wajah istri kesayangannya itu.
" Memangnya kenapa Mah,?" tanya Rendy penasaran. hal itu tentu saja membuat Meita menggelengkan kepalanya.
" nggak papa sih Pa, tanya saja, sekolahan itu terletak cukup jauh dari rumah kita." ucap Meita dengan menatap keluar ke arah jendela.
" huh Papah kira kenapa, lagi pula, Rivaldo berangkat itu dikawal oleh beberapa pengawal kan, Jadi mama nggak usah khawatir." ucap Rendy Seraya menggenggam jemari istrinya." atau kalau perlu, Papa sewa jet pribadi deh." ucapnya Seraya menaikkan salah satu alis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments