Part 3

Rayan mendapatkan teman baru. Ia tak menyangka jika pria itu mau berteman kepadanya. Ia tahu jika pria itu adalah teman masa kecilnya tapi ia hanya tak menyangka jika pria itu masih mengingat dirinya walaupun ia memakai topeng.

"Axel. Itu nama ku, apakah kau masih belum mengingatnya?" tanyanya pada Rayan dan Rayan hanya bergumam pelan.

"Kenapa kau mau berteman kepadaku! Aku hanyalah teman masa kecil mu tapi bukan berarti aku sekarang adalah teman ku. Aku hanyalah anak yang memiliki kekurangan dan belum berarti aku adalah teman masa kecil mu."

"Kau tak perlu berbohong Kepadaku. Karena aku tahu semuanya." Wow dia sangat keren karena bisa mengenali dirinya sementara ia bisa mengenali Axel setelah ia memperhatikan wajah pria itu dengan sangat lama dan penuh dengan teliti.

Dan pada saat itulah ia sadar jika Axel adalah teman masa kecilnya.

"Kau tahu kita sudah bersekolah di sini dan aku tak memiliki teman."

"Aku tahu kau memang tak ingin memiliki banyak teman."

Rayan menatap ke arah Axel dengan kening berkerut. Ia pun kemudian membuang pandangannya dan pria itu menatap ke depan dengan pandangan sayu.

"Kau terlalu banyak tahu tentang diri ku."

"Karena aku tahu jika kau adalah anak yang ceria. Tapi kau kehilangan senyuman mu saat kau mengalami masalah keluarga. Agar kau tak dinilai menjadi pria yang sok asik kau lebih baik menyembunyikan sifat asli mu."

Mungkin di depan Axel ia tak bisa berpura-pura lagi untuk kuat. Ia pun tertawa gelak khas dirinya yang dulu yang dikenal oleh Axel.

"Apakah sifat mu saat ini sudah keluar? Itu artinya kau sudah menerima takdir mu?" tanyanya pada Rayan yang membuat Rayan harus tersenyum mengejek.

"Apa hanya kepada mu saja aku bisa seperti ini. Tapi sayangnya sepertinya aku sudah terbiasa menjadi pria yang pendiam jadi aku tak merasa jika sifat ku yang ceria adalah aku yang sesungguhnya."

Rayan menepuk pundak Axel beberapa kali dan kemudian ia pun berdiri beranjak lalu pergi.

Axel begitu sangat perhatian kepadanya dan ia tak bisa menampik hal itu. Tapi Rayan hanya menerima perhatian Axel seperlunya saja.

Sementara itu Axel tak mau berhenti mengejar Rayan. Ia menganggap jika Rayan adalah orang yang sangat baik dan sahabat terbaiknya.

"Hoy! Kau meninggalkanku, teman masa kecil mu ini?" teriak Axel pada pria itu hingga membuat Rayan pun berhenti berjalan.

Ia menoleh ke belakang dan tersenyum miring. Kemudian melanjutkan jalannya dengan dikepung oleh Axel yang tak sabar ingin mengobrol lebih lama lagi dengan Rayan.

Keduanya berjalan sambil beriringan membuat banyak orang terheran-heran, pasalnya mereka sangat dekat dan juga seperti seorang sahabat.

Yang membuat orang terkejut itu adalah Axel dan Rayan yang mereka nilai sangat buruk dan bahkan tak sebanding.

Rayan sering kali mengalami pembullyan oleh siswa-siswi di sini setelah aksinya menyelamatkan seorang wanita yang tak diketahuinya siapa. Setelah hari itu ia pun tak lagi melihat di mana keberadaan wanita tersebut.

Rayan juga tak peduli kepada perempuan itu. Ia hanya hidup dengan alurnya sendiri dan tak peduli pada ucapan orang lain.

"Huh dia benar-benar tak tahu malu sedang berjalan dengan pria yang sangat tampan dan berbeda dengan dirinya."

Axel yang mendengar ucapan siswa itu pun menatap ke arah perempuan itu dan menatapnya tajam.

Mereka bukannya merasa ketakutan tapi malah salting karena ditatap oleh Axel. Axel hanya bisa menarik napas panjang karena mereka semua ia nilai sudah gila.

"Sudahlah. Tidak ada yang waras di sekolah ini. Aku sangat lelah."

"Kenapa kau sangat lelah? Bukannya bagus kau banyak dipuji oleh orang-orang, tak seperti diri ku," ucap Rayan yang penuh makna.

______________

Milkita selalu diam-diam memperhatikan Rayan. Pada saat itu ia jatuh cinta kepada Rayan dan kerap memantau kegiatan Rayan. Bahkan ia kerap memberikan hadiah kepada Rayan.

Rayan tak tahu jika selama ini ia sedang diperhatikan oleh seorang wanita. Mungkin Rayan tak akan menyangka jika ada orang yang peduli kepadanya.

Seperti saat ini, Milkita dengan diam-diam mengikuti Rayan yang sedang melakukan kegiatan bermain basket.

Ia tampil dengan memukau. Di balik semua itu, orang-orang selalu mendukung Axel. Sementara itu jika ia melakukan kesalahan sedikit saja maka dia akan dibully. Terutama oleh anak cewek.

Padhala fakta membuktikan jika Rayan lah yang paling banyak memasukkan bola ke dalam ring. Tapi mereka menutup mata dan tak peduli dengan kehebatan yang dimiliki oleh Rayan.

Di mana semua orang berbondong-bondong untuk mendukung Axel, Milkita sendiri lah yang hanya mendukung Rayan.

"Axel semangat!!" teriak para siswa yang menggelegar. Hampir semua stadion mendukung Axel. Terutama para wanita.

Hanya Milkita sendiri yang mendukung Rayan. Ia tersenyum kepada Rayan.

"Rayan semangat," ucapnya pelan dan menatap ke depan. Rayan tak mendengar tapi jika ia tahu ada wanita yang menolongnya maka ia pasti akan bahagia.

Karena sejatinya Rayan adalah seorang manusia yang juga memiliki hati. Rayan adalah pria yang diam-diam haru menghilangkan sifat cerianya dan harus menjadi seorang pendiam akibat dari pengubahan karakter yang terjadi pada dirinya.

Hal itu dikarenakan Rayan yang harus dibully oleh banyak orang hingga mengakibatkan dirinya mengalami pengubahan karakter yang sangat drastis sampai Axel teman kecilnya sendiri tak menyangka dengan karakter Rayan yang sekarang.

Kali ini kalian melakukan passing yang sangat bagus. Ia mengoper bola Axel dan kemudian dengan mantan pria itu shooting ke arah ring.

Tentunya jika Axel lah yang memasukkan bola tersebut ke dalam ring maka akan seluruh stadion akan menggelegar dengan teriakan nama Axel.

"Axel! Axel!" teriak para penonton ke arah Axel.

Tapi Axel yang memiliki kepribadian yang cuek dan tak peduli kepada para wanita ia hanya mengabaikan teriakan-teriakan tersebut.

Di balik semua itu ada rasa iri di hati Rayan. Dia juga ingin diberikan dukungan oleh para penonton. Apakah ada saat ini orang yang tengah mendukungnya atau tidak, Rayan ingin sekali tahu.

"Kau tahu, teriakan mereka membuatku pusing hingga aku tak bisa bermain dengan maksimal pada hari ini," ucap Axel yang menghampiri Rayan.

Rayan pun mengerutkan keningnya heran. Kenapa Axel malah terganggu bukannya senang karena mendapatkan dukungan penuh oleh para penonton. Bahkan dukungan tak hanya datang pada kelas mereka saja tapi banyak dari kelas-kelas yang lain bahkan kakak kelas yang mendukung Axel.

"Entahlah. Tapi asal kau tahu itu sangat melelahkan. Aku tak suka dengan dukungan-dukungan mereka."

_________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!