APA BEDANYA

Hari masih pagi, namun Raja sudah terlihat tampan dengan setelan jas berwarna putih, duduk didepan meja makan sambil menikmati roti tawar dan segelas susu low fat.

Duduk tepat disebelahnya ada Naysila, yang juga tengah menikmati menu sarapan pagi yang sama persis.

Sesungguhnya Naysila tidak terbiasa minum susu apalagi di pagi hari. Tapi sebagai istri Raja Adiguna, mau tak mau ia harus membiasakan diri, menyukai apapun yang pria itu suka meskipun sudah jelas-jelas dirinya tidak suka.

Naysila tidak bisa berbuat apa-apa selain tunduk pada nasib yang memenjarakannya, sambil berharap waktu satu tahun akan cepat berlalu, sehingga dirinya bisa terbebas dari penjara yang membelenggu kehidupannya.

"Malam nanti ibu mengundangku makan malam." Raja membuka suara, sambil menyeka mulutnya dengan tissue.

Rupanya pria itu telah selesai dengan kegiatan sarapannya, disaat Naysila sibuk melamunkan nasibnya.

"Apakah itu artinya Nyonya Dian juga mengundangku ...?" tanya Naysila sambil mengangkat wajahnya.

"Sesungguhnya kamu tidak diundang."

Wajah Naysila bersemu merah menerima ucapan polos Raja yang terlontar begitu saja.

'Baguslah ... Setidaknya aku tidak perlu berhadapan dan menerima perlakuan buruk dari nenek sihir itu ...'

Sisi bathin Naysila yang lain justru merasa lega, mengetahui jikalau dirinya tidak perlu terlibat dengan acara makan malam yang sudah pasti tak ada faedahnya sama sekali untuk dirinya.

Memang bukanlah hal yang mengejutkan bagi Naysila mendapati sikap Dian Melinda selama ini yang menyebalkan dan amat sangat tidak menyukainya.

Wanita paruh baya yang sangat gemar bersolek itu bahkan sudah tidak menyukai kehadiran Naysila sejak awal Naysila menjadi perawat bagi Rafly Adiguna, dan menjadi semakin tidak menyukai Naysila begitu mendengar dengan telinganya sendiri seperti apa isi surat wasiat Rafly Adiguna yang mengharuskan putra semata wayangnya untuk menikahi Naysila.

"Dasar ular betina licik. Kamu sengaja datang ke rumah ini berkedok Perawat Lansia, ternyata kamu telah membawa misi besar untuk mendapatkan putraku Raja ..."

Itu adalah sebait kalimat yang Naysila terima saat Dian Melinda berpura-pura memeluk tubuhnya dihadapan Rafly Adiguna, usai prosesi akad nikah dadakan antara dirinya dan Raja di kamar vvip rumah sakit dua bulan yang lalu.

Tidak hanya berbisik tajam, Dian Melinda bahkan nekad mencubit keras pinggang Naysila diam-diam, yang hanya bisa meringis kesakitan namun tak kuasa untuk bersuara apalagi mengaduh.

"Nay ..."

"Aku mengerti, Tuan. Jadi itu sama artinya bahwa aku tidak perlu pergi ke acara makan malam ..."

"Sok tau. Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk tidak pergi ...?"

Naysila terhenyak saat Raja tiba-tiba memotong ucapannya yang belum selesai. "T-tapi tadi Tuan bilang ..."

"Kalau aku pergi maka kamu juga harus pergi."

"T-tapi Tuan, Nyonya Dian tidak ..."

"Ibuku memang tidak ingin kamu datang, dan ibuku juga tidak menyukaimu. Tapi semua itu bukan berarti aku harus mendengarkan dia untuk hal ini. Lagipula ... Kenapa kamu selalu melupakan satu hal penting dalam otakmu, bahwa didalam hidupmu ... bukan ucapan ibuku atau siapa pun itu yang harus kau dengarkan, melainkan aku."

Naysila kembali terhenyak untuk yang kedua kalinya.

'Pria ini ... Maksudnya apa, coba ...?'

Bathin Naysila kesal, menghadapi sikap random Raja.

"Aku akan menyuruh Asisten Jo menyiapkan apapun yang kamu butuhkan untuk acara malam nanti."

"Apapun yang aku butuhkan ...?" ulang Naysila bingung.

"Iya, apapun yang kamu butuhkan. Seperti gaun yang tepat untuk kamu kenakan ... dan juga orang yang mampu merias wajah jelekmu itu!"

Glek.

'Lagi-lagi ...'

'Tuan Raja, kenapa kamu selalu mencari kesempatan untuk mempermalukan aku ...?'

'Apakah semenyenangkan itu menghina, mem-bully, dan membuatku malu, sehingga kamu selalu melakukannya terus-menerus tanpa mengenal lelah ...?'

'Sepertinya karena aku selalu diam dan menerima setiap hinaan keji darimu, telah membuatmu menjadi semakin bersemangat ... bahkan ketagihan!'

'Lagipula kalau memang aku sejelek itu dimatamu, lalu untuk apa kamu selalu ingin aku berada di depan matamu, tidur diatas ranjangmu, bahkan menyentuh tubuhmu, wahai Tuan Raja yang arogan ...?'

Rasanya Naysila ingin memaki bahkan memukuli pria yang sedang tersenyum mengejek dihadapannya, tapi ditahannya.

"Kamu juga sudah selesai dengan sarapanmu, bukan? Kalau begitu cepat antarkan aku kedepan."

Mendengar titah tersebut Naysila langsung bangkit dari duduknya.

"Mari aku antarkan, Tuan ..." ujar Naysila sambil menunduk takjim, kemudian dengan patuh Naysila pun mensejajari langkah Raja menuju ruang tamu, melewati barisan para maid yang berdiri sigap dengan kepala tertunduk, terlebih saat dirinya dan Raja melewati mereka.

'Kalau dipikir-pikir entah apa bedanya diriku dengan semua pelayan yang sedang berdiri berjejer rapi dengan kepala tertunduk dalam ini ...'

Dalam diam dan dengan langkah yang tetap terayun Naysila kembali membathin, sibuk membandingkan posisi dirinya dengan barisan para maid yang ada di rumah ini.

Yah ... Karena sepertinya perbedaan mereka hanya karena Naysila tidak mengenakan pakaian pelayan saja.

Selebihnya ... tak ada sedikit pun yang berbeda ...!

...

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

👁️‍🗨️eHa🦄

👁️‍🗨️eHa🦄

sambung

2022-11-25

1

Eka ELissa

Eka ELissa

sbr ya nay...raja msih blim bisa trima kmu. ...mungkin dia msih lom sdr lok sbner y udh jtuh hti dgn mu cmn...
msih lom sdr..lok km adlh sgla nya ubtuk raja...

2022-11-25

2

Maulida

Maulida

sabar nay

2022-11-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!