HARMONIKA

Raja menyembunyikan rasa keterkejutannya atas apa yang disodorkan Naysila, yang ternyata begitu jauh diluar ekspektasinya.

Ternyata Naysila tidak sedang menyembunyikan benda berharga atau semacamnya yang merupakan milik Raja, karena dari warnanya yang merah menyala, Raja sudah bisa menyimpulkan bahwa apapun itu, sudah pasti benda berwarna norak itu bukanlah miliknya.

Raja bahkan nyaris tidak pernah memiliki benda apapun yang berwarna lain selain warna putih, sementara benda yang sempat disembunyikan Naysila itu sudah jelas-jelas berwarna merah.

Jika dilihat sepintas lalu, sepertinya benda itu terbuat dari besi, dengan kedua sisi panjangnya terdapat lubang-lubang kecil yang berjejer rapi berbentuk persegi.

"Jangan bilang bahwa suara yang aku dengar barusan berasal dari kotak kecil itu ..." desis Raja separuh sangsi.

Rasanya memang mustahil jika kotak kecil persegi panjang berbentuk aneh itu mampu mengeluarkan melody unik seperti yang barusan tertangkap oleh pendengaran Raja, namun yang ada Raja malah melihat Naysila menganggukkan kepalanya.

"Maaf jika aku sudah mengganggu Tuan Raja dengan suara yang aku ciptakan. Aku sungguh tidak mengira jika Tuan telah pulang ..."

Raja yang tidak mengindahkan permohonan maaf Naysila justru kelihatannya lebih tertarik menatap kotak kecil persegi panjang yang ada dihadapannya.

'Apa iya kotak kecil yang norak itu bisa mengeluarkan alunan nada ...?'

'Apakah benda itu seperti sebuah tape atau speaker yang didalamnya terdapat batere ...?'

Terdorong oleh rasa ingin tahu yang besar membuat Raja nekad menyodorkan jari telunjuknya, guna menyentuh sedikit permukaan benda berwarna merah norak itu kurang lebih satu detik, sebelum ia buru-buru menarik ujung jari telunjuknya kembali.

Keras.

Ternyata seperti dugaan Raja sebelumnya, bahwa kotak kecil persegi panjang itu benar-benar terbuat dari besi.

"Jadi ini ..."

"Harmonika ..."

"Harmonika ...?" ulang Raja dengan alis bertaut.

"Iya Tuan, ini harmonika, salah satu alat musik yang ..."

"Tunggu sebentar. Apa katamu tadi ...? Benda aneh ini merupakan alat musik ...?" Raja semakin dibuat takjub mendengar jawaban Naysila.

Selama ini Raja mengenal piano, drum, gitar, suling, dan masih banyak lagi macam alat musik dengan segala bentuk keunikannya, juga dengan bunyi yang ditimbulkan oleh masing-masing alat musik tersebut.

Tapi baru kali ini Raja melihat alat musik dengan bentuk tak biasa seperti yang ada dalam genggaman tangan Naysila.

"Tapi ... Bagaimana caranya kotak ini bisa menjadi alat musik ...?" tanya Raja lagi masih setia dengan rasa penasarannya.

"Caranya gampang, Tuan. Hanya dengan meniup dan menghisap lubang ini untuk menghasilkan suara dan ..."

"Tunggu. Tunggu sebentar."

Untuk yang kesekian kalinya Raja kembali menyela kalimat yang terlontar dari bibir Naysila.

"Apa tadi kamu bicara tentang ... tentang meniup dan menghisap ....?" ucapan ragu dari Raja seolah berpadu sempurna dengan tatapannya yang terlihat panik.

Naysila yang tidak menyadari kepanikan Raja hanya menatap polos sambil menganggukkan kepala.

Mendapati hal itu, Raja yang terkejut setengah mati sontak menatap ujung jari telunjuknya dengan bergidik.

"J-jadi ... Itu artinya aku ... A-aku ... Aku baru saja menyentuh ..."

Mengambang.

Naysila yang pada akhirnya paham dengan kepanikan Raja sontak terhenyak.

'Astaga ... Benar juga. Tadi Tuan Raja telah menyentuh harmonika yang aku mainkan, dan sudah pasti hal itu akan menjadi sesuatu yang sangat fatal untuk pria maha sempurna ini ...'

Naysila baru saja membathin tentang Raja dan kebiasaan anehnya, manakala Raja telah membalikkan tubuhnya secepat kilat, berjalan cepat kearah yang berlawanan dengan wajah yang memerah oleh amarah yang bercampur kepanikan.

"Tuan Raja ... Maaf, maafkan aku ..."

Naysila buru-buru mengantongi harmonika miliknya sebelum akhirnya memutuskan untuk memburu langkah Raja yang terayun cepat kearah pintu kamar, seolah tahu persis apa yang pastinya akan dilakukan Raja setelah ini.

Pria itu pasti berniat mencuci tangannya dengan sebersih-bersihnya, hanya karena dia telah menyentuh ujung harmonika milik Naysila ... Dengan ujung jari telunjuknya ...!

"Apa kau bilang? Maaf? Setelah ujung jariku menyentuh benda yang ada bekas mulutmu di sana ... Sekarang dengan entengnya kau meminta maaf ...?!"

Kenyataannya meskipun dengan nada suara Raja yang dongkol setengah mati, namun tak sedikit pun membuat pria itu menjeda langkahnya yang terayun secepat peluru, seolah ia takut jika ia tidak segera mencuci ujung jarinya maka dia bisa mati mengenaskan!

"Tapi kan Tuan sendiri yang ingin menyentuhnya ..."

"Lalu kenapa kamu tidak menghentikan aku? Hah? Apa kamu sengaja ...?"

"Apaaa ...?" sepasang mata Naysila terbelalak menerima tuduhan tanpa dasar itu.

"He-eh, mengaku saja. Kamu pasti sengaja kan? Kamu pasti sengaja ingin aku menyentuh harmonika jelek itu yang sudah jelas-jelas di sana ada bekas mulutmu!" tuduh Raja semakin tak terbantahkan.

"T-tapi ..."

"Sudah! Diam!"

Hardikan Raja cukup ampuh membuat Naysila benar-benar terdiam.

"Sudah jelas-jelas salah, bukannya minta maaf malah berani berdebat ..."

"Baiklah, maaf ..." lirih Naysila tepat didepan pintu kamar mereka.

Tangan Naysila dengan cekatan meraih handle pintu dan membukanya, sementara Raja langsung menghambur kedalam.

Tepat seperti dugaan Naysila sejak awal, pria itu pun langsung menuju kearah kamar mandi, masih diikuti Naysila dari belakang.

"Biar aku bantu membasuhnya ..." ujar Naysila lagi begitu mereka berada tepat didepan wastafel.

Meskipun dengan wajah yang terlipat menahan kesal, namun kali ini Raja tak lagi menyanggah ucapan Naysila.

Pria itu diam saja manakala Naysila telah bergerak cepat.

Hal pertama yang Naysila lakukan adalah bergerak kebelakang punggung Raja guna membebaskan tubuh kekar pria itu dari kungkungan jas berwarna hitam.

Selesai dengan urusan jas, Naysila kembali berputar tepat dihadapan Raja.

Dengan kedua jemarinya yang lentik Naysila mulai membuka satu persatu kancing kemeja Raja, kemudian meloloskan kemeja yang juga berwarna hitam tersebut dari tubuh pria itu.

Pemandangan tubuh bagian atas Raja yang na ked sehingga menampilkan ruas tubuh yang dipenuhi otot-otot yang keras telah membuat Naysila diam-diam menelan ludah, meskipun ekspresi wajahnya terlihat datar seolah bersikeras ingin mengesankan bahwa ia sama sekali tak melihat sesuatu yang menawan didepan hidungnya.

"Ulurkan tanganmu, Tuan ..." ucap Naysila perlahan.

Raja pun patuh.

Masih tanpa suara dengan wajah yang juga masih terlipat ia menyodorkan tangannya kearah Naysila yang menyambutnya dengan lembut, dan membawanya kebawah guyuran air yang mengucur dari mata keran secara otomatis.

Tidak hanya ujung jari, karena dengan handwash antiseptik yang tersedia Naysila juga telah membasuh keseluruhan pergelangan tangan Raja secara menyeluruh dengan teliti, hingga dirasa cukup bersih.

Raja diam saja sembari memperhatikan dan menikmati proses cuci tangan yang sedang dilakukan Naysila dengan begitu cekatan.

Detik berikutnya Naysila terlihat membungkuk, guna meraih sebuah handuk berwarna putih yang terlipat dan tersusun rapi pada rak yang ada dibawah wastafel, kemudian ia kembali meraih tangan Raja, dan menaruhnya keatas handuk bertekstur lembut tersebut guna mengeringkan tangan yang sudah sangat steril itu.

"Sudah selesai." ucap Naysila sambil tersenyum puas menatap Raja, namun yang ditatap malah mendengus.

Sepertinya rasa kesal dihati Raja atas kejadian harmonika pada beberapa saat yang lalu belum juga hilang.

"Huh."

Mendapati wajah merenggut itu tak sedikit pun mengenyahkan senyum di bibir Naysila yang terlanjur mengembang.

Mau tak mau Naysila memang seolah semakin terbiasa menghadapi sikap Raja yang cukup aneh untuk standar manusia normal.

"Apakah setelah ini, Tuan mau mandi?" tanya Naysila kemudian.

"Tentu saja aku akan mandi. Bagaimana bisa aku tidur tanpa mandi terlebih dahulu?" nada dingin pada suara Raja seolah tak lagi membuat Naysila terkejut.

Tentu saja ... Karena seorang Raja Adiguna memang selalu seperti itu. Dingin dan ketus, bahkan tak jarang bersikap aneh sampai kekanak-kanakan, namun lagi-lagi ... Naysila mulai terbiasa dengan semuanya ... Seiring berjalannya waktu ...

...

Bersambung ...

🧕 : Jangan lupa di Like dan support lainnya yah ... Terima kasih ... 🤗

Terpopuler

Comments

Eka ELissa

Eka ELissa

sbr tuan mu emng gtu dri cono nya😁😁😁😁😁

2022-11-20

2

Nanik Puspita

Nanik Puspita

lanjutkan kakakkkk

2022-11-20

1

👁️‍🗨️eHa🦄

👁️‍🗨️eHa🦄

sambung

2022-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!