Yansen mengemudi seperti orang gila. Lampu merah saja ia terobos. Tak memperdulikan umpatan dari pengendara lain. Yang ada di pikirannya saat ini hanya Alea. Ia harus segera tiba dan menemui gadis itu. Kekasihnya yang lama telah menghilang.
Karan dan Johan saling pandang, tak mengerti lagi dengan tingkah gadis yang dicintai atasannya itu.
"Apa kamu yakin itu nona Alea?" Johan benar-benar meragukannya.
"Ku sering bertemu dengannya dulu, itu memang dia. Hanya saja..." Karan merasa sedikit aneh. "kenapa dia terlihat begitu murahan."
"ssstt... bagaimana jika Pak Yansen mendengar. bisa di pecat kita." Bisik Johan.
Karan dan Johan terus memperhatikan gadis yang di yakini mereka adalah Alea. Gadis itu tengah duduk di pangkuan seorang pria gendut. Bajunya bahkan begitu terbuka, penampilannya persis seperti wanita penghibur.
Yansen memarkirkan mobilnya dengan tergesa. Merasa aneh, kenapa Alea ada di tempat seperti ini. Ini bukan tempat yang bagus bagi seorang gadis baik-baik seperti kekasihnya itu.
Ia segera masuk dan mencari keberadaan Karan.
"Karan..." Panggilnya cepat begitu melihat bawahannya itu.
"Pak." Karan dan Johan segera membungkuk hormat lalu mempersilahkan Yansen untuk duduk.
"di mana Alea?" Yansen mengabaikan Johan yang sudah menarik sebuah untuknya.
Karan dan Johan kembali saling pandang. Takut untuk menunjukkan keberadaan gadis itu. Tahu sekali, Yansen pasti akan marah besar.
"i...itu..." Karan tergagap. Menyenggol lengan Johan meminta bantuan untuk ikut bicara.
"Non Alea..." Johan pun jadi merasa gugup karena tatapan tajam Yansen.
"bicara dengan benar." Kesal Yansen.
"aaah..." Pekikan seorang gadis yang terdengar manja itu membuat Yansen langsung berpaling.
Karan dan Johan saling memegang tangan satu sama lain, tenggorokannya terasa kering dengan seketika. Yansen yang kini mengeluarkan aura hitamnya membuat kedua pria muda itu mundur perlahan.
"hahhah...nakal sekali."
"kamu suka bukan?"
Yansen mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras melihat pemandangan di depannya. Jantungnya bergemuruh hebat. Selama ini ia berpikir jika Alea dalam keadaan buruk dan menyedihkan. Tapi, kenyataan ini membuatnya berpikir ulang.
Kekasih yang selalu dia rindukan dan khawatir setiap menit itu justru kini tengah bersenang-senang dengan seorang pria hidung belang.
Prang...
Dengan marah Yansen mengambil gelas yang ada di meja lalu melemparkannya ke arah Alea dan pria itu.
Keduanya berjengit. Dengan nyalang si pria menatap Yansen. Memanggil anak buahnya untuk memberikan perhitungan.
"siapa sih, kurang aj..." Alea terpekur di tempatnya. "Ya... Yansen?"
Jelas sekali raut wajahnya yang terkejut itu. Yansen berjalan mendekati keduanya. Alea perlahan mundur, tak berani berhadapan dengan Yansen. Sementara Karan dan Johan berusaha melindungi Yansen, mereka menghajar beberapa orang yang hendak menyerangnya.
Grep...
Yansen mencekik leher pria gendut itu. Amarahnya tak terbendung, ia tumpahkan kekesalannya pada pria yang telah menyentuh tubuh Alea.
Tak peduli dengan rontaan si pria, Yansen terus saja menyeret tubuhnya hingga mendekati Alea.
Tubuh gadis itu bergetar hebat, ketakutan setengah mati. Yansen amat murka.
"jadi selama ini kamu bermain dengan pria hidung belang?" Desis Yansen.
Bruk...
Yansen lempar tubuh pria itu ke hadapan Alea.
"Yansen...aku... bisa jelaskan. maafkan aku... aku..." Alea merangkak, menyentuh kedua kaki Yansen meminta ampunan.
"Kau tahu...aku terus mencemaskan mu selama ini. aku mencari mu setiap hari. tapi..." Yansen mencengkram dagu Alea kuat, membuatnya meringis menahan sakit.
"aku terpaksa." Isak Alea.
"apa?" Yansen menghempaskan tubuhnya ke lantai.
"aku terpaksa melakukannya. hutang ayahku sangat banyak, aku hanya bisa melakukan ini untuk membayarnya." Jerit Alea. Tatapan matanya sarat akan keterpaksaan, kesedihan dan sangat tak berdaya.
Alea menangkup wajahnya, menangis sekeras-kerasnya.
"kita pergi." Bisik Karan pada Johan. Tak lupa mereka juga meminta pemilik bar untuk mengosongkan tempatnya.
Memberikan waktu pada Yansen untuk menyelesaikan semua masalahnya.
"kamu bisa minta padaku. kamu bisa minta sebanyak yang kamu inginkan. kenapa seperti ini? kamu menghilang begitu saja." Desis Yansen.
Alea menghapus airmatanya. Ia berdiri lalu menyentuh kedua tangan Yansen. Merasa tak ada penolakan, Alea pun memeluknya.
"tidak bisa Yansen. orangtua mu tak setuju dengan hubungan kita. mereka membenciku. aku tak mau menyusahkan mu dan membuatmu di usir oleh mereka." Isaknya.
Yansen bergeming. Melihat Alea yang seperti ini membuat hatinya sakit. Dia dekap tubuh itu, Yansen bisa mengerti tanpa harus mendengar lagi penjelasan yang lain.
Ia tahu Alea sudah hidup dengan keras selama ini. Dari kecil dia sudah merasakan kejamnya dunia, di besarkan oleh ayahnya yang kerjanya hanya berjudi saja.
"kita pulang."
Alea mengangguk. Tubuhnya di angkat oleh Yansen. Pria itu mengesampingkan amarahnya demi Alea, gadis pujaannya.
Karan berdecih tanpa sadar melihat Yansen yang begitu lembut memperlakukan Alea.
"kamu cemburu?" Tanya Johan, matanya berkedip polos.
"bodoh." Kesal Karan. "Kamu tak lihat, Wajah gadis itu penuh drama."
Johan hanya mengangkat bahunya tak peduli. Mereka pun segera pergi meninggalkan bar itu. Keduanya mengikuti mobil Yansen dari belakang.
...*************...
Moana tak bisa berkata apa-apa. Ia menatap wajah Rada ragu lalu melihat ke arah Sarah yang kini tengah menggenggam tangannya.
Mereka baru saja mengatakan jika pria yang telah menodainya adalah putra dari wanita yang kini duduk di hadapannya.
Tak bisa di percaya, kenapa Moana harus terlibat dengan orang-orang kaya seperti ini. Hidupnya sudahlah rumit kenapa harus mendapatkan lagi masalah.
"kamu mau kan? menikah dengannya. ibu akan buat dia bertanggungjawab asalkan jangan laporkan ke polisi." Pinta Rada untuk kesekian kalinya.
Moana kembali melihat Sarah.
"Setuju saja, sebenarnya dia pria yang baik."
"jika dia pria baik tak akan melakukan itu pada ku." Ucap Moana lirih.
Rada menghela nafas. Ia sentuh tangan Moana erat.
"dia hanya memiliki masalah, putraku pasti tak sengaja melakukannya. yang terpenting sekarang kamu tak perlu takut jika anak yang ada di dalam kandunganmu..."
Moana menarik tangannya.
"belum tentu aku hamil." Selanya.
Rada dan Sarah tahu kemungkinan Moana hamil tak sepenuhnya 100 persen. Hanya satu malam saja tak mungkin bisa membuatnya hamil. Hanya saja, mereka tak bisa membiarkan itu begitu saja.
Moana telah di nodai. Sulit bagi seorang gadis untuk menerima kenyataan itu. Masa depannya telah hancur, ia tak akan memiliki kepercayaan diri kedepannya.
"tetap saja, putraku bersalah. sudah seharusnya dia bertanggungjawab."
Sarah menyentuh bahu Moana.
"kamu bisa pikirkan baik-baik. Berikan jawaban setelah kamu yakin."
"ya, ibu tak akan memaksamu." Rada setuju dengan apa yang di katakan Sarah.
Sementara itu, Jane hanya diam. Dia tahu apa yang tengah di bahas orang-orang dewasa itu. Matanya sendu menatap Moana, ada rasa iba terhadapnya.
"Kak Moana." Jane ikut bersedih. Gadis itu memeluk Moana. "maafkan kakakku." Bisiknya.
Dada Moana terasa di himpit beban berat. Mendadak sesak ketika mendengar permintaan maaf Jane. Gadis itu bahkan menangis sekarang.
Rada memalingkan wajahnya. Melihat putri bungsunya yang seperti itu membuat matanya ikut berkaca-kaca. Jane selama ini selalu susah di atur, tak peduli dengan sekitarnya. Tapi sekarang di hadapannya dia melihat Jane menangis karena apa yang telah menimpa orang lain.
Sore menjelang, mereka pun pulang. Moana merebahkan tubuhnya dengan lemas. Pikirannya sungguh kacau.
Jika memang apa yang di katakan wanita tadi benar, lalu kenapa pria itu bisa dengan brutal menculiknya ke hotel dan melec*hkannya. Pria itu amat tak berperasaan sama sekali.
Tapi melihat betapa baiknya Rada dan Jane, ia pikir mereka adalah keluarga baik-baik.
"Moana..." Sarah duduk di tepi ranjang. "jangan berpikir aneh-aneh, kamu pikirkan masa depan mu dan orangtua mu."
Moana bangkit. Ia menunduk dalam-dalam.
"Ibu pasti akan bertanya, kenapa aku bisa menikah secepat itu sementara kepergian ku dari kampung saja baru setengah bulan."
Sarah mengelus kepalanya. Ia tahu, Moana mengkhawatirkan orangtuanya.
"Ibu yang akan jelaskan pada mereka. Setelah kamu setuju, kita akan bertemu pria itu."
Moana menatapnya sebentar lalu mengangguk. Meski berat hatinya tapi ia tak bisa berbuat banyak. Pilihannya hanya satu, menikahi pria yang telah merenggut kesuciannya daripada harus menanggung beban berat seumur hidupnya.
...**************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Tiahsutiah
yansen bodoh😏sdh tau alea wanita ga bener, masih aja mau dengn nya🙄
2022-12-27
0