Malam hari yang begitu sunyi hanya ditemani sinar lembut rembulan dan cahaya kerlap kerlip bintang - bintang yang menghiasi langit gelap. Kesunyian malam yang menaungi Umar dan Irene yang baru pulang kerja dengan menggunakan sepeda motor milik Umar.
"Abang, Iren haus, mau minum." kata Irene lembut sambil memegang pinggangnya Umar.
"Baiklah, nanti Abang beliin ya sayang." kata Umar lembut sambil mengendarai motornya.
Tak lama kemudian, Umar melihat sebuah kios di seberang jalan. Lalu Umar menepikan dan memberhentikan sepeda motornya. Kemudian Umar dan Irene turun dari motor.
"Abang mau beli air dulu ya, kamu tunggu di sini aja ya." kata Umar lembut, lalu tersenyum manis ke Irene.
"Iya Bang." kata Irene dengan wajah berseri.
Tak lama kemudian, Umar membalikkan badannya dan melangkah kakinya menuju kios yang berada di seberang jalan.
Irene menatap punggung Umar yang sedang menyeberang jalan. Tiba - tiba ada mobil melaju dengan kecepatan tinggi menghantam tubuhnya Umar.
Brukkkk.... tubuh Umar terhempas, terlindas hingga darah segar dari tubuh Umar berceceran kemana - mana menghiasi jalanan trotoar.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un." teriak Irene terkejut sambil menutup mulutnya. Seketika airmatanya keluar begitu saja. Irene berlari kencang ke jasadnya Umar sambil menat histeris. Mukanya Umar sungguh mengenaskan hancur lebur.
"Tidak!!! " teriak Irene histeris sembari menatap nanar ke jasad suaminya, lalu pemandangan menjadi kabur, menghilang dan akhirnya gelap gulita.
"Irene! Irene! Sadar Nak! Sadar Nak! Bangun Nak!" kata mamanya Irene yang membangunkan Irene sambil mendekap erat tubuh Irene.
"Astaghfirullah." kata Irene glagapan dengan nafas yang menderu setelah membuka matanya.
"Kamu mimpi itu lagi Nak?" tanya mamanya khawatir.
"Iya Mah." kata Irene sambil menentukan kepalanya kearah wajah mamanya. "Mama ngga usah khawatir. Irene sudah bisa mengatasi ini semua." lanjut Irene yakin yang menatap lemput ke wajah mamanya.
"Yakin?" tanya mamanya Irene yang masih belum percaya.
"Yakin Mah, sebaiknya mama tidur lagi. Nanti kan masih jalan - jalan lagi." pintar Irene yang tidak ingin membuat mamanya khawatir sambil melepaskan dekapan mamanya.
"Ya udah kamu tidur juga ya." kata mamanya sambil membelai lembut puncak kepala Irene.
Mimpi buruk itu datang lagi menghampiri Irene untuk sekian kalinya. Biasanya setelah mimpi kejadian mengerikan yang menimpa suaminya, dia histeris, nangis menderu sehabis - habisnya, beristighfar dan sholat.
Tapi tidak halnya dengan hari ini, Irene sudah mampu mengontrol emosi dirinya.
"Astaghfirullah alladzim." kata Irene sambil mengusap dadanya berkali - kali, lalu ia memindahkan posisi tubuhnya ke posisi duduk bersandar di headboard tempat tidur.
Sambil duduk, Irene melihat sekeliling kamar hotel, ruangan besar itu tampak temaram.
Tak banyak yang bisa dilihat oleh Irene, hanya tempat tidur yang berukuran king size dengan sebuah nakas di sebelah kiri kanan tempat tidur. Tidak jauh dari sana, ada sebuah meja rias yang berukuran besar.
Diseberang tempat tidur ada televisi yang ditempel di tembok dan buffet yang diujung atasnya ada seperangkat alat untuk masak air elektronik yang berbentuk teko. Di samping buffet ada sebuah sofa kecil.
Namun matanya hanya bisa menangkap beberapa sudut ruangan. Semua itu karena pencahayaan di dalam ruang tersebut yang minim, hanya ada dua lampu duduk yang menyala di atas masing - masing nakas.
Dia menoleh ke arah jendela kaca besar yang ditutupin oleh tirai besar bewarna cream. Dari jendela itu ada cahaya redup yang menembus tirai. Irene beranjak turun dari tempat tidur, melangkahkan kakinya ke arah jendela.
Perlahan dia membuka tirai jendela. Sinar lampu yang menerangi dinding bagian luar hotel. Rembulan masih berada disinggah sananya dengan memberikan cahaya syahdunya dan kerlap kerlip cahaya bintang dengan formasi yang beraturan menghiasi langit malam.
Dari lantai kamar hotel, Irene terpukau oleh pemandangan kota Tokyo yang dihiasi oleh susunan yang indah cahaya lampu dari berbagai gedung - gedung pencakar langit.
"Ya Allah, buanglah kenangan buruk itu dari hidupku. Aku sudah ikhlas harus kehilangan dirinya. " batin Irene sambil memandang pemandangan kota Tokyo.
Tanpa disangka, wajah Peter yang tersenyum manis muncul dibenaknya Irene.
"Ya Allah, kenapa wajah biru muncul lagi? Apa karena aku telah jatuh cinta kepadanya?" tanya Irene dalam hati. "Haah.... " Irene menghela nafas panjang, menahan rasa sesak di dadanya.
"Kamu sedang apa Ren? Kamu tidak balik tidur lagi?" tanya mamanya Irene khawatir sambil menatap tajam ke Irene di atas tempat tidur.
Irene menoleh ke arah sumber suara tersebut, lalu berkata, "Irene sudah tidak mengantuk lagi Mah."
"Apakah kau sedang menangis Nak?"
"Tidak Mah, Mama tidur aja lagi, tidak usah khawatir sama Irene, Irene baik - baik aja Mah." kata Irene yakin.
"Baiklah. Mama tidur lagi ya, kamu jangan pikir yang macam - macam Nak."
"Iya Mah, tenang aja."
Tak lama kemudian mamanya Irene merebahkan badannya untuk terlelap di dunia mimpi lagi.
"Waktu yang sangat baik untuk sholat tahajjud. Sebaiknya aku sholat tahajjud." kata Irene sembari menutup tirai jendela, kemudian dia membalikkan badan dan melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments