Peter mendekati bibir wastafel. Dia membuka kran air, menjulurkan tangannya untuk menyentuh air yang mengalir, lalu membasuhkannya ke wajahnya. Pikiran - pikiran yang terpatri di dirinya terseret bersama aliran air. Sel - sel yang lelah kembali segar dari penatnya pekerjaan.
Peter menatap dirinya sendiri di sebuah cermin yang besar. Dia menerawang jauh ke peristiwa pertama dan kedua kalinya bertemu dengan wanita cantik yang bernama Irene. Dari awal pengenalan dan pertemuan kedua dengan Irene, dia selalu membayangi rupa cantik wajah Irene.
"Kenapa aku selalu mengingat paras cantiknya walaupun Irene sedikit bersikap dingin kepadaku, rona merah pipinya yang menandakan dia seorang pemalu, netra hitam pekat yang bulat sempurna, kulit sawo matangnya yang excotis, tatapan matanya yang berbinar, lesung pipinya yang menyempurnakan senyuman manisnya, dan perempuan yang pertama kali menolak bersentuhan denganku. Kenapa detak jantungku tak beraturan ketika bersamanya, seperti jantung ini mau copot?" gumam Peter.
Sudah tiga hari wajah Irene menari bebas di alam sadarnya Peter.
"Apakah aku sudah jatuh cinta kepadanya sejak jumpa pertama kali?" tanya Peter pada dirinya sendiri.
Dia menolehkan matanya ke sebuah laptop yang berada di atas tempat tidur. Ia melangkah kakinya menuju ke tempat tidur. Naik ke atas tempat tidur, duduk menyilangkan kakinya di atas tempat tidur. Matanya mengamati laptop yang sedari tadi menyala.
"Ok, aku ingin mencari jati diri Irene." gumam Peter.
Selang beberapa detik kemudian ia memecat beberapa keyboard laptopnya. Kemampuan fotografik memori yang sangat kuat dimiliki oleh Peter. Dengan mudahnya dia mampu menyimpan segala ingatan materi pembelajaran secara otodidak maupun legal. Dia salah satu orang yang jenius di dunia ini.
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, dia bisa menghacker akun media sosial yang dimiliki Irene sehingga dengan cepat dia membuka akun media sosial milik Irene.
Dia mengamati satu demi satu bagian akun media sosial Irene mulai dari profil, status, catatan dan beberapa album foto. Semua data yang ada di akun media sosial Irene dicermati oleh Peter.
"Ternyata dia seorang janda beranak satu." gumam Peter sambil menganggukkan kepalanya.
"Suaminya sudah meninggal dunia, berprofesi sebagai manajer keuangan, anaknya bernama Muhammad Zayn, orang tuanya masih lengkap, mempunyai satu orang kakak perempuan, memiliki satu kakak laki - laki. dan satu adik perempuan. Kakak perempuannya bernama Iriana, kakak laki - lakinya bernama Irgi, dan adik perempuannya bernama Ira. Yang menggunakan jilbab hanya Irene dan mamanya. Mamanya cukup gaul. Mamanya Irene bernama Mahgrid Kusuma dan papanya bernama Herman Hardian. Seorang fotografer dan manajer keuangan di perusahaan ternama si negara ini, sering ikut kajian dan seorang aktivis kemanusiaan. Ada tiga buah album foto yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya dan rambut panjangnya dengan berbagai gaya dikunci sama Irene. Kenapa ya? Sepertinya dia dulu seorang model. Dan tidak ada foto selfie. Ada sepuluh album foto hasil jepretannya. Ada empat album foto keluarga. Dan satu album foto pernikahan Irene sama mendiang suaminya. Dilihat dari album foto pernikahannya, mereka pasangan serasi. Almarhum suaminya seorang ustadz yang entah siapa namanya. Irene juga sangat akrab sama keluarga almarhum suaminya. Keluarga almarhumnya mempunyai yayasan yatim piatu dan pesantren, ayah mertuanya bernama KH. Muhammad Abdullah dan ibu mertuanya bernama Hasanah. Mereke orang betawi tulen. kayak keluarga sidoel aj hehhe." kesimpulan Peter setelah membuka semua data di akun media sosial milik Irene sambil mengangkat sudut alis tebalnya.
Tanpa Peter sadari, ketika dia mulai mengamati foto berdua antara Umar dan Irene di hari pernikahan mereka sampai mengambil kesimpulan, dia mengepalkan telapak tangannya. Ada rasa cemburu di hati Peter, tetapi alasan kecemburuannya dia sendiri tidak tahu pasti.
Kemudian Peter mematikan laptopnya ke sebuah nakas yang berada disebelah kanan tempat tidur. Dia merebahkan badannya di tempat tidur. Kepalanya mengadah ke atas menatap langit - langit kamar hotel yang mewah.
"Cinta, iya aku jatuh cinta kepada Irene." kata Peter yakin. "Oahmmmm.... " rasa kantuk yang menyerang Peter.
Kringggg... bunyi hpnya Peter yang mengagetkan Peter. Lalu dia menggetarkan tubuhnya dan mengambil hpnya yang berada di atas nakas sebelah kiri tempat tidur dan mengangkat telepon tersebut.
"Hello Bro, your Dad's is sick. Now he is in the ICU." kata Andre, adek angkat Peter terburu - buru.
"What?? Are you sure?" kata Peter kaget.
"Yes, I am sure."
"What is he sick with?"
"He was not sick, but he had an accident.
" Why did an accident? " tanya Peter khawatir.
"The escort car and the car your Dad's were surrounded, attacked and exchanged fire. Your Dad's was shot in the chest." penjelasan Andre.
"Who did that? "
"Mister Hendrix Smith, your Dad's mortal enemy."
"Has him been captured? "
"Him has fled abroad, we can not kill him, because it is too risky. Can you go home now?"
"Can not Dre."
"Can you take time off work?"
"Can not. Please take care of him, until heald because I can not go home. I always pray for the best for him."
"Ok Bro." kata Andre, lalu Andre menutup sambungan telepon tersebut.
"Daddy, I miss you." kata Peter lirih. "Ada apa lagi denganmu Daddy? Apakah semua ini karena permusuhan antara gengster?" kata Peter sambil memikirkan penyebab kecelakaan ayahnya.
William Pattinson adalah ayahnya Peter Pattinson. Pria yang sedang terbaring lemas di ruang ICU berumur 60 tahun. Walaupun sudah lanjut usia, wajahnya tidak kalah ganteng sama anaknya.
Tubuhnya masih gagah dan berotot. Pria tua itu adalah pemimpin sekaligus pemilik geng mafia terbesar di benua Eropa yang bernama eyes blue man. Semua orang mengenalinya, baik dari dunia bisnis, bangsawan maupun dunia gelap.
Dia juga salah satu pengusaha sukses di negara Inggris. Namun Peter tidak mau mengikuti jejak ayahnya. Padahal Peter diiming - imingi berbagai macam hadiah dan fasilitas baik berupa harta, wanita dan tahta jika dia mau jadi penerus jejak ayahnya.
Alasan Peter tidak mau jadi penerus ayahnya karena dulu waktu dia berumur sepuluh tahun, dia harus kehilangan adik kesayangan nya yang dibunuh oleh musuh papanya secara tragis dan juga harus kehilangan ibunya yang pergi meninggalkan dia beserta ayahnya.
Ibunya pergi karena sudah tidak nyaman dan tidak sanggup lagi bertahan di sisi ayahnya. Selain itu juga, kebanyakan wanita yang pernah jadi kekasihnya hanya melihat harta dan ketampanannya saja bukan melihat jati dirinya.
Peter lebih memilih untuk mencari keberadaan ibunya yang telah lama menghilang. Dia sengaja keluar dari kekangan ayahnya supaya leluasa mencari ibunya. Setelah lulus kuliah, dia hidup mandiri dari hasil kerjanya.
Selama bertahun - tahun, sembari bekerja, Peter mencari ibunya. Peter mendapatkan informasi bahwa ibunya berada di Indonesia. Untung ada temannya yang berasal dari Indonesia yang membantu mencari keberadaan ibunda tercinta. Karena itu, ia membujuk atasannya supaya dia bisa dimutasi ke Indonesia.
Berkat kejeniusan, bantuan temannya dan atasannya, dia akhirnya dimutasi ke Indonesia. Butuh waktu satu tahun dia berhasil menemukan ibunya yang bernama Marie Claire.
Peter mengambil handphonenya, lalu melihat jam yang tertera di layar handphonenya. Kemudian menaruh kembali handphonenya di atas nakas sebelah kiri tempat tidur.
"Masih jam setengah dua belas malam. sholat hajat dulu, berdoa minta sama Allah agar ayah cepat pulih dan minta yang terbaik untuk Daddy." kata Peter.
Lalu Peter beranjak dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi lagi untuk berwudhu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments