"Ini adalah masjid camii yang terkenal dengan sebuah masjid terindah se Asia karena bentuk dan segala ornamen masjid ini diciptakan dengan segala bentuk keindahan. Sungguh indah yang mengagumkan." kata Pak Biwo, seorang pemandu wisata.
"Masjid ini adalah salah satu masjid tertua di Jepang yang dibangun pada tanggal 12 Mei 1938 oleh imigran Muslim dari Rusia yang bernama Bashkir Tatar. Pada tahun 1986, masjid ini mengalami kerusakan yang parah. Pada tahun 1998, masjid dibangun lagi oleh arsitek Muharrem Hilmi Sekali yang berasal dari Turki. Semua ornamen di masjid ini berdasarkan arsitektur religius Ottoman. Silahkan kalian masuk ke dalam masjid sekalian sholat zhuhur. Nanti selesai sholat zhuhur, kita berkumpul kembali lagi disini." lanjut Pak Bowo semangat.
"Papa mau sholat dulu ya." pamit papanya Irene sambil melirik Irene.
"Mama juga mau sholat dulu sekalian mau selfie." kata mamanya Irene sambil menggandeng tangan suaminya.
"Irene tunggu disini aja pa ma." kata Irene sambil melihat kagum masjid.
Kemudian papa dan mamanya Irene beserta sebagian besar rombongan turis memasuki masjid tersebut. Terkecuali 3 orang wanita yang masih berdiri di pekarangan masjid termasuk Irene.
"Kalian tidak masuk masjid?" tanya pak Bowo.
"Tidak pak," jawab mereka kompak.
"Oh, ok, pasti kalian sedang kedatangan tamu tiap bulan." ujar Pak Bowo. Sedangkan mereka hanya mengangguk pelan kepalanya serentak sebagai jawabannya.
"Kalian tunggu di sini sampai kami kembali." kata Pak Bowo, lalu ia membalikkan badan dan pergi ke dalam masjid.
Irene ambil kameranya yang berada di dalam tas ranselnya. Jepret sana jepret sini, Irene mengambil beberapa foto keindahan masjid tersebut dari luar. Walaupun berada di pekarangan masjid, Irene tidak mau menyia - nyiakan keindahan masjid itu lewat begitu saja tanpa ada kenangan.
"Bagus banget masjidnya, pantesan dijuluki masjid terindah se Asia." puji Irene sambil melihat beberapa foto yang ada di layar kameranya. "Ah, mau ambil beberapa foto lagi untuk koleksiku." sambung Irene yang suka dengan dunia photographer.
Kaki Irene mengambil beberapa langkah mundur untuk mengambil gambar kubah masjid yang sangat bagus dari jarak jauh.
"Auh... " teriak Irene yang tiba - tiba kakinya kesandung batu dan kepeleset.
Untung ada yang menangkapnya supaya dia tidak terjatuh. Serrr... ada sesuatu yang menyentuh kulitnya dengan lembut, entah itu apa yang mengalir syahdu disetiap aliran darahnya Irene ketika menatap wajah Peter yang sedang menangkap badannya dengan mata yang berbinar.
Sungguh terpesonanya Irene ketika menatap mukanya Peter yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya.
"Kamu tidak apa - apa?" tanya Peter khawatir yang menyadarkan Irene, saat itu juga Peter merasakan apa yang pernah ia rasakan ketika pertama kali ia berjumpa dengan Irene.
"I - iya aku tidak apa - apa." jawab Irene sedikit terbata - bata dengan tatapan mata yang berbinar, lalu dengan sigap dia berdiri yang masih tetap memegang erat kameranya.
"Dipertemuan ketiga kali kita ini, kau tetap cantik." bisik Peter yang menggoda di telinga kirinya Irene.
Spontan rona merah menghiasi pipinya Irene, Irene langsung menundukkan kepalanya karena malu. Selang beberapa detik, Irene mau melangkah kakinya. Tiba - tiba telapak tangan kirinya Irene ditahan oleh Peter, sedangkan tangan kanannya masih memegang erat kameranya.
"Jangan sentuh aku!" kata Irene sambil menepiskan tangan kirinya, kemudian berjalan cepat tanpa melihat Peter.
"Maaf Irene." kata Peter menyesal sambil menatap punggungnya Irene. "Kamu tidak sholat Irene?" tanya Peter yang masih tetap melihat punggungnya Irene.
Tanpa aba - aba, Irene langsung membalikkan badannya sehingga Irene dan Peter saling beradu mata. Peter tersenyum manis. Irene membalas senyumannya, karena Irene tahu bahwa senyum itu ibadah.
"Aku sedang tidak sholat, kamu kesini mau sholat?"
"Iya." jawab Peter semangat.
"Kamu muslim? "
"Iya aku muslim, bulan lalu aku memeluk agama Islam."
"Ya sudah, sana sholat, mumpung waktu sholat zhuhur belum habis."
"Ok, sampai ketemu lagi Irene."
"InsyaAllah."
Kemudian Peter berlari kecil menuju ke dalam masjid. Irene hanya bisa memandang Peter sampai Peter menghilang dari jangkauannya.
Irene menatap sosok Peter dengan mata yang berbinar mengagumi sebuah ciptaan Allah.
"MasyaAllah." ucap Irene dalam hati.
Sungguh beruntung sekali yang menjadi istrinya Peter. Rajin beribadah, muallaf plus ganteng pula. Andaikan aku menjadi isterinya.
"Hey bengong aja." kata Bu Mahgriet, mamanya Irene yang membuyarkan lamunan Irene sambil menepuk bahu Irene.
"Astaghfirullah." istigfar Irene sambil mengelus dada.
"Kamu kenapa nak?" tanya mamanya Irene heran sambil menatap khawatir ke Irene.
"Ngga kenapa - kenapa Mah, Mama nggak sholat?" sambil menatap papanya.
"Tadi sebelum wudhu mama ke toilet dulu, eh ternyata mama lagi datang bulan. Tadi siapa Ren?"
"Peter Mah."
"Teman kerja kamu?"
"Bukan Mah."
"Terus siapa kamu? Kok kelihatannya akrab?" selidik papanya Irene.
"Bukan siapa - siapa. Peter kenalan Irene waktu kemarin di airport Mah. "
"Ehmm... jangan sembarangan kenalan, jaman sekarang banyak orang yang jahat Ren."
"Klo dia orang jahat, dari kemarin Iren kehilangan kamera Mah. Kemaren dia yang memperbaiki kamera Irene." bela Irene.
"Awalnya baik, tapi ujung - ujungnya jahat Ren, itu biasanya modus sayang."
"Mama jangan su'udzon dulu, siapa tahu dia emang orang baik. Mah, Iren mau ke toilet dulu." kata Irene.
Mamanya Irene menganggukan kepalanya. Kemudian Irene berjalan cepat meninggalkan papanya menuju ke toilet masjid.
Irene berjalan cepat sambil menundukkan kepalanya. Sesampainya di teras masjid, dia membuka alas kakinya. Dia melihat sekeliling area masjid untuk mencari toilet wanita. Sebelah kanan masjid ada beberapa bahan - bahan bangunan dan beberapa tukang bangunan yang sedang mengangkut beberapa karung semen.
Berdasarkan keterangan di papan informasi, letak toilet wanita berada di sebelah kiri masjid. Dia melangkahkan kakinya ke toilet sesuai dengan arahan panah yang tertera di papan informasi.
Tidak sengaja dia melihat Peter sedang berjalan cepat ke arahnya. Peter tersenyum manis ke Irene yang membuat Irene tersipu malu, spontan Irene menundukkan kepalanya lagi sambil berjalan.
Tak jauh dari Irene dan Peter, ada seorang tukang bangunan yang membawa beberapa bambu. Tiba - tiba jalannya tukang bangunan itu sempoyongan, hingga bambu - bambu yang dia bawa bergerak sana - sini.
"Madamu ni kiwotsukero!" teriak tukang bangunan itu ketika melihat bambu - bambu itu bergerak ke arah kepalanya Irene.
Spontan Irene menoleh ke arah suara itu. Gerakan bambu - bambu itu hampir mengenai kepalanya Irene, untung ada Peter yang manahan gerakan bambu - bambu itu sambil berdiri di samping kanan Irene.
Irene melirik ke Peter yang sekarang berada di sebelah kanannya sambil menahan tiga buah bambu. Tukang bangunan itu perlahan menurunkan tiga buah bambu itu ke lantai. Peter ikut menurunkan tiga buah bambu itu ke lantai. Tukang bangunan itu berlari kecil menuju ke Peter dan Irene.
"Gomen'nasai madamu, watashi wa wazato sore orang shimasendeshita." ujar tukang bangunan itu sambil mengbungkukkan badannya.
"Hai, daijobudesu. Yurushimasu." balas Peter ramah sambil mengbungkukkan badannya.
"Arigatogozaimashita." balas orang itu ramah. "Watashi WA mata hataraku yo ni wakare O tsugeta. " lanjut tukang bangunan itu sambil mengbungkukkan badannya.
"Hai, " balas Peter ramah sambil mengbungkukkan badannya lagi.
Kemudian tukang bangunan itu balik lagi ke posisi semula, lalu mengangkat ketiga bambu itu dan berjalan pelan. Dia tersenyum saat melewati Irene dan Peter. Irene dan Peter membalas senyuman tukang bangunan itu.
"Terima kasih." ujar Irene memulai percakapan kecil mereka.
"Sama - sama."
"Kok kamu dari toilet wanita?" tanya Irene sedikit bingung.
"Toilet prianya sedang ada perbaikan. " jawab Peter. "Aku sholat dulu ya, hati - hati." lanjut Peter.
"Iya."
Tak lama dari situ, Peter berjalan cepat sambil menundukkan kepalanya memasuki sebuah ruangan untuk sholat di dalam masjid camii.
"Memiliki wajah dan postur tubuhnya yang membuat kaum hawa tergila - gila tidak membuat Peter melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim dan tidak menjadikan dia sombong." kata hati Irene sambil menatap punggungnya Peter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments