Part 4 Kecelakaan

Sesampainya di klinik, aku dan Dini segera menuju meja administrasi dan bertanya kepada suster tentang kondisi kedua temanku.

“Maaf permisi Sus, saya mencari ruangan atas nama pasien Ardi dan Tita. Dimana ruangannya ya Sus?” Tanyaku dengan nafas yang masih tergesa-gesa, sebab mobil tidak bisa parkir tepat di depan klinik sehingga aku hanya diberhentikan di depan gerbang, alhasil aku dan Dini harus berlari untuk mempersingkat waktu.

“Maaf Mbak, disini yang tertera hanya nama Mas Ardi. Sebab Mbak Tita dibawa ke rumah sakit,” jawab suster tersebut.

“Untuk Mas Ardi masih berada di ruangan UGD ya Mbak,” tambahnya.

Setelah mendapatkan jawaban keberadaan Ardi dengan segera aku menghampirinya. Meskipun di kepalaku penuh dengan tanda tanya besar terkait keberadaan Tita yang berada di tempat terpisah oleh Ardi.

“Kenapa dengan Tita? Tita luka seberapa parah hingga di larikan ke rumah sakit? Mereka kecelakaan kronologisnya bagaimana?” Ucapku dalam hati dan masih banyak lagi pertanyaan yang bersemayam di kepalaku hingga tanpa terasa air mata kian mengalir membayangkan hal yang tidak terduga apabila terjadi.

Dengan langkah cepat, aku dan Dini sampai di depan ruangan unit gawat darurat (UGD). Di depan kamar tersebut, ada dokter dan juga suster.

“Mohon maaf, Mbak ini siapanya Mas Ardi ya?” Tanya suster yang masih berada di depan pintu, sementara dokter sedang memeriksa kondisi Ardi di dalam ruangan yang tertutup, sehingga aku tidak dapat melihat Ardi.

“Kami temannya Ardi Sus. Bolehkah kami mengunjunginya?” Jawabku.

“Oh maaf Mbak, hanya boleh satu orang ya. Mungkin bisa bergantian,” balasnya.

Dini seakan memberikan pertanda bahwa aku harus masuk duluan, sementara ia berjaga di depan. Lalu, aku membuka pintu UGD tersebut dan mendapati seorang dokter serta dua orang suster lainnya sedang membersihkan luka di tangan dan juga kaki Ardi. Tampak Ardi yang meringis menahan sakit.

“Di, are you ok?” Tanyaku dengan nada lirih dan tidak mampu menahan air mata yang keluar secara tiba-tiba.

“Laa, don't cry. I am ok,” balasnya. Meskipun ia tersenyum tipis, namun tetap saja ia sedang menahan perihnya luka yang ada hampir di sekujur tubuhnya.

Aku hanya diam dan melihat proses penanggulangan luka yang berada di tubuh Ardi, sesekali inginku langsung bertanya tentang Tita, namun khawatir membuatnya semakin sakit apabila diajak untuk berbicara. Sehingga aku hanya menatapnya dan mencoba tenang serta meyakinkan diri bahwa Tita tidak terjadi apa-apa.

“Hai Mbak, Mbak pacarnya Mas Ardi ya?” Tanya wanita berbaju putih dengan stetoskop di lehernya. Ia tampak menyiapkan suntikan yang siap ditancapkan ke bagian lengan Ardi.

“Iya Dok,” jawab Ardi yang secara tiba-tiba menjawab.

Aku yang baru saja membuka mulut langsung menutupnya dan hanya bisa tersenyum sambil menatap tajam mata Ardi.

“Oh pantas, Mbaknya sampe nangis gini lihat Mas Ardi, ternyata pacarnya ya,” balas dokter sambil menutup jarum suntik dan memberinya kepada suster disebelahnya.

“Ini Mas Ardi sudah selesai saya jahit, tidak ada luka yang cukup serius kok, hanya saja sepertinya kaki terkilir. Setelah ini Mas boleh pulang,” tambah dokter.

“Terima kasih ya Dok,” secara bersama-sama aku dan Ardi mengucapkan kata ini.

“Loh kok samaan. Cocok banget ya Mas dan Mbaknya. Iya sama-sama ya, lekas sembuh ya Mas,” jawab Dokter. Lalu Dokter dan suster ini bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Tidak lama kemudian, notifikasi dari ponselku berbunyi dan aku merogoh dari sakuku. Ternyata pesan tersebut dari Dini yang telah menunggu sedari tadi di luar. Aku merasa Dini juga sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Belum lagi kondisi Tita yang sampai saat ini juga aku dan Dini belum dapat kabar apapun dari Tita secara langsung.

[La, Ardi gimana?] 10.30

Segera aku membalas pesan tersebut agar Dini tidak semakin khawatir dengan kondisi Ardi saat ini.

[Ardi sudah aman nih, sudah dijahit lukanya, diperban, paling ada cedera sedikit Din. Tapi sudah diizinkan pulang oleh Dokter. Sebentar ya, nanti kita gantian. Ada yang mau aku obrolin dulu sama Ardi] 10.30

Lalu, tidak lama setelahnya Dini balik membalas pesanku.

[Ok La, aku tunggu ya] 10.31

Setelah bertukar pesan, aku memasukkan kembali ponsel ke dalam sakuku dan perlahan mendekati Ardi yang sedari tadi meringis kesakitan akibat luka yang telah dijahit.

“Di, are you ok?” Tanyaku dengan tatapan mata serius.

“Nala, aku baik-baik aja. Tenang,” balasnya.

“How about Tita?” Tanyaku dengan nada yang terbata-bata sebab tidak ingin ada kata yang menyakitkan dari mulut Ardi tentang kondisi Tita.

“Laa, Tita dibawa ke rumah sakit. Sebab ketika kejadian kecelakaan ini kami ditolongin oleh dua orang yang berbeda. Gue dibawa dengan motor sementara Tita dibawa dengan mobil. Setelahnya sampai dengan detik ini gue belum dapat kabar apa-apa lagi dari Tita,” balasnya.

“Tapi kondisi Tita gimana Di? Maksud gue, apakah dia baik-baik saja?” Tanyaku penuh dengan penasaran dan masih dengan nada lirih memastikan semua dalam kondisi tidak apa-apa.

“Seharusnya dia baik-baik saja La, mungkin hanya luka robek juga. Tapi tadi ada benturan, gue khawatir ada yang terbentur saja,” balasnya lagi.

Setelah mengetahui sedikit informasi tentang Tita, aku coba chat personal kepada Tita dan berharap ada balasan darinya.

[Ta, aku sama Dini lagi di Klinik Pratama. Di sini lagi jenguk Ardi dulu. Setelahnya, kami akan ke menghampirimu ya] 10.50

Pesan telah terkirim namun belum juga dapat balasan. Ketika aku sadar sepertinya aku telah lumayan lama berada di sisi Ardi, kini saatnya aku keluar agar dapat bergantian dengan Dini yang sedari tadi telah menunggu di luar.

“Di, aku pamit keluar ya. Nanti Dini masuk, soalnya dari tadi Dini menunggu di luar,” ucapku kepada Ardi.

“Iya La, hati-hati nabrak pintu ya,” leluconnya. Meskipun tampak masih kesakitan namun Ardi tetaplah Ardi yang penuh dengan komedi.

Aku mengayunkan kakiku, menggenggam gagang pintu dan membukanya. Setelah aku keluar dari ruangan UGD, langsung aku menghampiri Dini dan memberikan beberapa info terkait Tita.

“Dinn, gue udah dapat info tentang Tita nih dari Ardi. Menurut Ardi, harusnya Tita tidak terjadi apa-apa sebab hanya kecelakaan kecil. Tapi, yang buat Ardi khawatir juga adanya benturan,” ucapku.

“Duh Tita gimana ya. Sebentar dulu ya La, gue jenguk Ardi lalu kita langsung ke Rumah Sakit Medika,” jawabnya.

Sambil menunggu kedatangan Dini, aku kembali mengambil ponselku dan melihat beberapa notifikasi. Namun yang ditunggu-tunggu tetap saja belum memberikan respon tentang kondisinya.

“Tita kondisimu bagaimana? Apa yang terjadi sehingga lo tidak bisa balas chat gue? Tahu ga sih lo, gue khawatir banget?” Beragam pikiran sekaligus pertanyaan ada di kepala ini. Hanya doa dan harapan saja yang bisa diberikan sembari menunggu kedatangan Dini.

Terpopuler

Comments

Irma Tjondroharto

Irma Tjondroharto

sedih ya klo ada yg kecelakaan... heemmm

2023-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Senayan Cafe
2 Part 2 Salah Jadwal!
3 Part 3 Rumah Belajar
4 Part 4 Kecelakaan
5 Part 5 Masa Lalu Nala
6 Part 6 Pertemuan Kedua
7 Part 7 Momen Mengejutkan
8 Part 8 Proposal Piknik
9 Part 9 Cerita Sore
10 Part 10 Pengmas
11 Part 11 Kegiatan Desa
12 Part 12 Persahabatan Baru
13 Part 13 Tentang Firza
14 Part 14 Badminton
15 Part 15 Tamu Baru
16 Part 16 Ruang Belajar
17 Part 17 Kegiatan Rumah Belajar
18 Part 18 Tawaran
19 Part 19 Langkah Firza
20 Part 20 Insting Dini
21 Part 21 Bersama Firza
22 Part 22 Golden Hour!
23 Part 23 Firza Lagi
24 Part 24 Caramel Machiato
25 Part 25 Cinta Pertama
26 Part 26 Cerita Pojok Cafe
27 Part 27 Unknown Number
28 Part 28 Kejutan Pagi Ini
29 Part 29 Fakta Tak Terduga!
30 Part 30 Papa, Patah Hatiku!
31 Part 31 Tak Terduga
32 Part 32 Thanks Firza!
33 Part 33 Night City
34 Part 34 Teka-Teki Pemain
35 Part 35 Ketidakpastian
36 Part 36 Perasaan Ini
37 Part 37 Misi Dadakan
38 Part 38 Mission Checklist!
39 Part 39 Kejutan
40 Part 40 Rencana Temu Dira
41 Part 41 Menanti Pagi
42 Part 42 Jumpa Dira
43 Part 43 Tamparan Keras
44 Part 44 Rencana Selanjutnya
45 Part 45 Perpustakaan
46 Part 46 Maaf
47 Part 47 Rencana Lanjutan
48 Part 48 Salah Paham
49 Part 49 Penjelasan Firza
50 Part 50 Kita tuh Tanggung Banget
51 Part 51 Rumah Dira
52 Part 52 Negosiasi Keluarga Dira
53 Part 53 Pengakuan
54 Part 54 Apakah aku yang lebih dulu kenal kamu, La?
55 Part 55 Perpisahan
56 PROMOSI
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Part 1 Senayan Cafe
2
Part 2 Salah Jadwal!
3
Part 3 Rumah Belajar
4
Part 4 Kecelakaan
5
Part 5 Masa Lalu Nala
6
Part 6 Pertemuan Kedua
7
Part 7 Momen Mengejutkan
8
Part 8 Proposal Piknik
9
Part 9 Cerita Sore
10
Part 10 Pengmas
11
Part 11 Kegiatan Desa
12
Part 12 Persahabatan Baru
13
Part 13 Tentang Firza
14
Part 14 Badminton
15
Part 15 Tamu Baru
16
Part 16 Ruang Belajar
17
Part 17 Kegiatan Rumah Belajar
18
Part 18 Tawaran
19
Part 19 Langkah Firza
20
Part 20 Insting Dini
21
Part 21 Bersama Firza
22
Part 22 Golden Hour!
23
Part 23 Firza Lagi
24
Part 24 Caramel Machiato
25
Part 25 Cinta Pertama
26
Part 26 Cerita Pojok Cafe
27
Part 27 Unknown Number
28
Part 28 Kejutan Pagi Ini
29
Part 29 Fakta Tak Terduga!
30
Part 30 Papa, Patah Hatiku!
31
Part 31 Tak Terduga
32
Part 32 Thanks Firza!
33
Part 33 Night City
34
Part 34 Teka-Teki Pemain
35
Part 35 Ketidakpastian
36
Part 36 Perasaan Ini
37
Part 37 Misi Dadakan
38
Part 38 Mission Checklist!
39
Part 39 Kejutan
40
Part 40 Rencana Temu Dira
41
Part 41 Menanti Pagi
42
Part 42 Jumpa Dira
43
Part 43 Tamparan Keras
44
Part 44 Rencana Selanjutnya
45
Part 45 Perpustakaan
46
Part 46 Maaf
47
Part 47 Rencana Lanjutan
48
Part 48 Salah Paham
49
Part 49 Penjelasan Firza
50
Part 50 Kita tuh Tanggung Banget
51
Part 51 Rumah Dira
52
Part 52 Negosiasi Keluarga Dira
53
Part 53 Pengakuan
54
Part 54 Apakah aku yang lebih dulu kenal kamu, La?
55
Part 55 Perpisahan
56
PROMOSI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!