“Kriiinggg kringg…..”
Pertanda pagi mulai datang dengan sambutan matahari yang memberikan sinar cerah pagi ini. Aku terbangun dari lelapnya tidur dan mimpi-mimpi klasik bersama mantanku. Ah, aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku. Beberapa bulan terakhir ia selalu hadir dalam mimpi dengan sejuta harapan yang membuatku senyum ketika terbangun, namun ketika sadar itu hanya mimpi membuat batinku kembali rapuh.
Sudahlah, pagi ini aku tidak ingin galau untuk mengenang mantan kekasihku. Aku ingin diriku bahagia tanpa hadirnya dia lagi di hidupku. Akan ku buka lembaran baru pagi ini dengan mengisi to do list dalam sebuah catatan kecil kesayangan.
“Nalaaaa, mandi sayang udah jam berapa ini!” Teriakan mama menghebohkan satu rumah di setiap paginya. Mama berteriak dari dapur yang berada di lantai satu dan suaranya merambat hingga sampai kamarku yang berada di lantai 2. Kadang aku berpikir, mama ini sepertinya memiliki bakat terpendam sebagai penyanyi seriosa sehingga punya suara yang kekuatannya sangat tinggi hingga mungkin berada di posisi 8 oktaf.
“Iyaa Maa, sabar!!” Teriakku dari lantai 2.
Dengan segera aku menyelesaikan catatan to do list, membuat beberapa poin tentang apa yang akan dilakukan hari ini dan tentu saja durasi serta jam merupakan komponen penting untuk segala urusan di luar rumah. Lalu, aku berjalan menuju pintu untuk meraih handuk merah dan menuju kamar mandi yang berada di sudut kamar. Tepat sampai di depan pintu kamar mandi, aku berhenti.
“Aku harus temui mama dulu supaya mama ga berpikir aku tidur lagi,” batinku.
Dengan segera aku letakkan kembali handuk di atas kasur, lalu bergegas turun melewati satu per satu anak tangga menuju dapur tempat mama sedang meracik hidangan.
“Pagi Ma, Nala udah bangun nih,” sambutku berada di sisinya sambil melihat mama sedang menuangkan beberapa potong ayam dalam wajan dan tampak sesekali minyaknya menyembur.
“Nalaa, udah jam berapa ini gegas mandi. Kuliah jam berapa sayang?” Tanya mama sembari sibuk mengaduk bumbu lainnya.
“Ma, hari ini Nala ada kelas jam 1 siang, jadi bisa santai dulu di rumah,” jawabku sambil berjalan mengambil gelas dan menuangkan air dari dispenser.
“Waduh itu siang banget, jam berapa lagi dong kamu pulang. Ingat ya sampai rumah harus jam 5 atau paling telat setengah 6 sore ya sayang,” jawab mama lagi.
“Kegiatannya hari ini ada kelas tambahan dan laboratorium sih Ma, kemungkinan Nala sampai rumah ya sekitar jam 4 sore,” jawabku sembari meletakkan gelas di atas meja dan menambahnya dengan jus jeruk yang telah tersedia di atas meja makan.
“Yaudah bagus deh, sana kamu mandi dulu setelah itu sarapan,” tambahnya.
Aku bergegas kembali menuju kamarku dan meraih handuk yang tadi aku letakkan di atas kasur lalu menuju kamar mandi.
“kring… kring… kring….”
“Aduh siapa sih pagi-pagi sudah ada yang telfon!” Gerutuku yang baru saja melangkah masuk kamar mandi, dan akhirnya aku harus kembali lagi ke atas kasur untuk meraih ponsel.
“Nalaaa, kamu dimana? Udah ditungguin anak-anak nih!” Celoteh Dini.
“Din, lo kenapa? Gue rasanya hari ini tidak ada janji untuk bimbing anak-anak,” balasku dengan raut wajah bingung dan alis mengerucut.
“Loh La, terus hari ini jadwal siapa dong? Soalnya disini belum ada yang datang dan anak-anak sudah pada rapi untuk belajar,” balasnya dengan suara tergesa-gesa
“Tenang-tenang Din, gue coba cek jadwal ya seingat gue hari ini Tita dan Ardi deh yang bimbing,” jawabku sambil terburu-buru membuka laptop untuk memastikan jadwal yang seharusnya ada di lokasi tersebut.
“Tuh kan bener Din, hari ini Tita dan Ardi. Tapi kok mereka belum datang ya. Duh, gue minta tolong banget untuk lo handle dulu ya. Gue mandi sebentar setelah itu langsung ke lokasi,” tambahku.
“Hmm, iya deh La, cepet tapi ya soalnya kan gue juga masih baru belum paham cara pengajaran anak-anak ini seperti apa, gue takut salah La,” suara Dini disana seperti memelas dan penuh kebingungan.
“Iya Din, gue langsung mandi dan siap-siap nih menuju lokasi,” balasku.
Dini, Tita dan Ardi merupakan sahabatku sejak di bangku sekolah menengah pertama. Kami berempat berasal dari salah satu provinsi di Sumatera. Ketika masuk sekolah menengah atas, aku berpisah dari mereka bertiga untuk melanjutkan sekolah di Ibukota karena papa ku yang dipindah tugaskan. Lalu, Dini, Tita, dan Ardi baru datang ke Jakarta ketika memasuki dunia perkuliahan.
Semenjak kedatangan mereka dan secara kebetulan berada di satu kampus yang sama namun beda jurusan, hidupku berwarna banget. Bagaimana bisa tidak berwarna, setiap harinya kami selalu bercerita dan berbagi kisah dari masing-masing perspektif perkuliahan. Belum lagi tentang kisah asmara satu sama lain, setiap hari rasanya penuh dengan episode cerita drama ketika menyisihkan waktu di akhir minggu untuk kumpul.
Dengan cerita yang selalu satu frekuensi sejak masa SMP itu, akhirnya kami berempat memiliki gagasan untuk membuat aksi nyata kontribusi. Tujuan kami dengan adanya kegiatan ini agar menambah nilai kebahagian satu sama lain sekaligus membuat dampak positif dari circle persahabatan ini. Berbagai ide sudah kami utarakan mulai dari buat komunitas tentang isu lingkungan, peduli desa, namun yang paling berkesan dari kami adalah memberikan edukasi pada anak-anak jalanan. Oleh karena itu, setiap minggunya kami selalu bergantian untuk mengunjungi anak-anak jalanan agar memberikan edukasi dasar untuk mereka.
Oh ya, terkecuali Dini, aku, Tita, dan Ardi sudah sering banget mengunjungi anak-anak, karena memang kesibukan kami bertiga hanya kuliah, organisasi dan pulang. Sementara Dini baru saja menyelesaikan studi 1 semesternya di luar negeri karena mengikuti program student exchange. Sehingga agenda peresmian hingga berjalannya kegiatan, Dini belum sempat mengikuti. Oleh karena itulah ia masih sangat ragu untuk melakukan pengajaran kepada anak-anak.
Drama hari ini adalah Tita dan Ardi secara mendadak belum datang padahal jadwal giliran mereka untuk mengunjungi anak jalanan. Sementara Dini yang baru saja bergabung kebingungan sebab ia belum paham bagaimana mengkondisikan anak-anak meskipun ia sudah tahu silabus dan progres anak-anak binaan ini. Untuk meminimalisir kepanikan Dini, dengan sigap aku bergegas untuk bersiap dan langsung menuju lokasi pengajaran.
Tanpa ku sadari, ternyata aku belum mengontak Tita maupun Ardi, dengan cepat aku rogoh kantong sakuku dan buka ponsel langsung menuju menu chat grup.
[Taa, Arr, kalian pada dimana ya? Dini udah di lokasi anak-anak tuh, gue baru mau jalan dari rumah] 08.30.
Setelah mengirim pesan di chat grup, dengan cepat aku memesan ojek online. Butuh waktu yang lumayan lama hingga pesananku disetujui oleh pihak ojek. Sembari menunggu ojek sampai di depan rumah, aku mencari sepatu ket lalu memasangnya, dan bergegas menuju dapur untuk pamit kepada mama.
“Nala, katanya masuk siang kok sudah siap ini,” sapa mama yang sedang merapikan meja.
“Maa, Dini sendirian di lokasi pembelajaran, terus dia bingung sendiri. Jadinya, aku mau bantu Dini dulu ya, setelahnya aku langsung jalan ke kampus kebetulan juga searah Ma,” balasku sambil mencium tangan Mama.
“Oh ya udah hati-hati ya sayang, jam pulangnya diingat ya,” jawab Mama sambil melambaikan tangan ke arahku.
"Iya Ma, Nala pergi dulu ya," balasku.
Aku langsung menuju halaman rumah dan tampak bapak ojek online sudah menungguku, aku pun langsung bergegas menuju rumah belajar.
“Kak Nalaaaaa…..” Sapa seorang anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments