DDSD 4 : Siap Bu Mertua

Setelah memberikan tugas kepada murid-muridnya, bu Anita bersiap-siap untuk menyusul murid-murid yang sudah berada di lab komputer.

''Kalian jangan berisik, kelas sebelah ada pelajaran. Catat dengan baik yang di dikte oleh Fitri.'' suara tegas bu Anita sebelum meninggalkan kelas.

''Baik Buuuu..''

°°

Istirahat pertama jarang yang pergi ke kantin, karena durasinya hanya 15 menit. Kebanyakan murid-murid menghabiskan waktu di dalam kelas dengan saling bercanda.

Ada yang mengobrol biasa, ada yang membuat game agar terasa seru, ada yang sedang saling memamerkan benda-benda kesayangannya, ada yang membicarakan berapa banyak pesan yang masuk di akun sosial media masing-masing. Ada juga yang sejak berduaan di pojokan, ah indahnya pemandangan ini hahahaha.

"Teman-teman!!" seru Desi sehingga membuat semua teman-temannya menoleh.

"Apa Des?"

''Maaf yak ganggu sebentar hehe ... informasi penting!'' seru Desi lagi.

''Buruaann!'' protes temannya.

''Iya sabaarrr gaees.'' balas Desi.

"Kemarin kan sudah rapat osis tuh. Nah.. untuk perlombaannya, yang diambil itu ada bulutangkis. Siapa nih yang suka?"

"Wah bagus tuh, aku maulah." ujar salah satu temannya dengan antusias.

"Yang mau ikut, kita seleksi ya, latihannya dirumahku juga boleh." ujar Desi yang di halaman rumahnya terdapat lapangan bulutangkis.

"Wahh kamu punya lapangannya, Des?"

Desi mengangguk.

"Ya, aku punya. Aku pengen ikut lomba juga."

"Dan untuk sektor tunggal tidak dimainkan karena biasanya memakan waktu yang lama, 'kan ... jadi kita sepakat mengambil sektor ganda saja." lanjut Desi.

''Oke deh, hari apa nih kita mulai seleksinya?'' tanya teman Desi lainnya.

"Siapa aja sih yang minat? setidaknya kan kita butuh tiga perempuan, dan tiga laki-laki."

Beberapa teman Desi mengangkat tangan. Sekitar sembilan murid yang memiliki minat.

''Hari Minggu ya kita mulai latihan. Soal air minum, gampanglah air di sumur bapakku tidak pernah kehabisan haha.'' seru Desi yang diikuti oleh tawanya.

Teman-temannya pun langsung tertawa juga.

''Oke siaappp.'' sahut teman-temannya yang sepakat untuk berlatih bulutangkis.

''Untuk futsal dan volley, yang sudah terbentuk aja ya ... kalau lainnya ada yang berminat, bisa seleksi lagi.'' ujar Desi mewakili teman-teman anggota osis di kelasnya.

''Gampang deh kalau itu mah, bulutangkis 'kan belum pernah, jadi kita belum pada tau siapa-siapa aja yang bisa.'' sahut teman lainnya.

''Oke siap.'' sahut Desi semangat.

Pekan olahraga tahun ini tidak ada perlombaan antar sekolah seperti tahun-tahun sebelumnya. Alasannya karena jadwalnya sangat dekat dengan gebyar SMK, sehingga pihak-pihak sekolah kejuruan fokus acara itu.

Agar tidak kosong, pihak osis pun tetap mengajukan agar tetap memperingati meskipun skala kecil, yaitu antar kelas saja. Beruntung pihak sekolah menyetujui usulan yang diajukan oleh anggota osis.

Desi sangat semangat membahas tentang hari itu. Dengan harapan semoga dirinya bisa menunjukkan permainannya dengan baik. Walaupun sangat jauh jika dibandingkan dengan legenda Liliyana Natsir, peraih emas olimpiade Rio bersama dengan pasangannya, Tontowi Ahmad. Liliyana Natsir atau yang kerap di sapa "ci Butet" itu merupakan salah satu atlit badminton yang Desi sukai.

Andaikan saja ia akrab dengan si ketua osis, sudah pasti Desi akan mengajaknya untuk bergabung dalam latihan bulutangkis. Barangkali, dengan cara seperti itu, ia bisa mengenal lebih dekat.

''Hahaha! sadar Des!'' lagi-lagi Desi mencoba untuk menyadarkan pikirannya sendiri dari khayalan itu.

''Mencintai diam-diam memang menyakitkan ya?''

''Dan anehnya, aku masih bertahan dengan rasa itu.'' bathin Desi dengan senyum getirnya.

--

Desi sering bermain bulutangkis bersama anak-anak di sekitar rumahnya. Bapaknya juga menyukai olahraga bulutangkis dan sepakbola.

Konon katanya, dulu waktu masih muda, bapak sering bermain bulutangkis bersama rekan-rekan di kampungnya dulu. Raketnya bukan raket yang sebenarnya, tetapi menggunakan sebuah papan, cock-nya pun sisa-sisa dari orang kaya yang habis bermain.

Hal sesederhana itu membuat kehidupan anak jaman dulu merasa benar-benar bahagia, tertawa riang tanpa rekayasa. Kesehatan anak-anak jaman dulu juga terjaga karena setiap hari bergerak, kemana-mana jalan kaki, palingan naik sepeda, kalau di tempat Desi menyebutnya "sepeda unto". Itu juga harus menggunakan tenaga manusia, bukan mesin.

Desi teringat dulu ketika kecil, ia pernah akan berkunjung ke rumah saudara bersama dengan bapak dan mamaknya naik sepeda. Kakinya diikat di bawah jok sepeda tersebut.

°°

Hari Minggu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Desi dan sang mamak sudah menyiapkan makanan untuk teman-temannya yang akan datang.

''Kamu mandi aja Des, nanti keburu teman-temanmu datang. Tinggal beresin, biar Mamak aja yang lanjutin.'' ujar mamak.

''Oke deh Mak, terima kasih ya Mamakku yang cantiiikk.''

Desi memeluk lalu mencium Mamaknya.

''Mambu kringetmu! wes-wes! (bau keringatmu! sudah-sudah!)" tolak mamak.

Mamak mengusapkan lengannya ke pipinya yang mendapatkan ciuman dari putrinya itu.

Hahahaha

Desi tertawa dengan melangkahkan kakinya ke dalam kamar untuk mengambil baju ganti yang sekalian akan dipakainya untuk olahraga nanti.

Untuk bermain bulutangkis, perjanjiannya harus kumpul pagi-pagi. Karena tidak nyaman jika bermain bulutangkis dengan kondisi siang hari yang mempengaruhi kondisi angin, apalagi ini di luar ruangan.

Mamak dan Desi sengaja bangun lebih awal dari biasanya. Semalam juga sudah mencicil mempersiapkan bahan yang sekiranya bakal memakan waktu lama.

''Ayo Des pasang netnya, Bapak mau ke kebun.'' ujar bapak.

''Iya Pak, sebentar.'' jawab Desi dari dalam kamarnya.

Ceklek

Desi membuka pintu kamar, mendapati bapaknya yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

''Ayo Pak di pasang sekarang.'' ujar Desi.

Bapak yang sudah membawa netnya pun langsung melangkahkan kakinya ke luar rumah.

Bapak dan anak itu mulai melepaskan gulungan net, lalu mengaitkan talinya di tiang yang terbuat dari kayu gelam dengan kuat.

''Beres! nanti teman-temanmu datang, tinggal di pakai.'' ujar bapak sambil mengusap-usapkan kedua tangannya.

''Makasih ya Pak.'' ucap Desi.

''Iya.'' jawab bapak lalu masuk ke dalam rumah.

Dan benar saja, tidak lama setelah bapaknya masuk rumah, teman-teman Desi sudah mulai berdatangan.

''Haha bener-bener tepat waktu ya.'' ujar Desi sedikit menaikkan volume suaranya.

''Ya doong.'' jawab teman Desi.

Satu persatu teman Desi sudah datang, beberapa laki-laki dan beberapa perempuan.

Kedua orangtua Desi pun juga sudah menyambut dengan ramah kedatangan teman-teman Desi. Lalu setelahnya, bapak berangkat ke kebun untuk memulai rutinitas sehari-harinya.

''Kita sarapan dulu yok.'' ajak Desi.

''Aku sudah sarapan dikit, nanti aja deh kalau habis olahraga.'' jawab salah satu temannya.

''Lainnya gimana? itu sudah disiapin, yang mau sarapan sekarang boleh, nanti juga boleh.''

''Nanti ajalah Des, kalau kekenyangan nanti malah nggak jadi olahraga.''

Semua teman Desi pun kompak makan nanti saja, mereka mengatakan sudah sarapan sedikit di rumah. Desi juga tidak memaksakan karena dia sendiri pun juga sarapan sedikit saja.

''Oke deh kalau gitu, kita pemanasan aja dulu bentar. Aku ambil air minum dulu.'' ujar Desi.

''Oke.'' jawab teman Desi bersamaan.

Desi masuk ke dalam rumah untuk mengambil satu dus air mineral yang di belikan bapaknya kemarin. Selain air mineral kemasan, Desi juga mengeluarkan dua teko berisi air mineral rebusan yang sumbernya dari sumur sendiri.

Di teras rumahnya sudah di siapkan meja untuk meletakkan minuman itu. Mamaknya kemudian menyusul, mengeluarkan dua pack roti.

''Wahh makasih Bu.'' ucap salah satu teman Desi.

''Yo ... sama-sama, semangat olahraganya.'' ujar mamak Desi.

''Siap Bu mertua.'' sahut teman Desi lainnya yang bernama Adji itu.

''Heh ngawur!!'' seru Desi yang langsung melakukan protes.

Hahahaha

Teman-teman Desi pun langsung tertawa.

''Becanda ya Bu.''

''Iyaaa.'' jawab mamak Desi lalu kembali masuk ke dalam.

Episodes
1 DDSD 1 : SAAAAAHHHHH
2 DDSD 2 : Seperti Mendapatkan Support System
3 DDSD 3 : Mamakku Yang Limited Edition
4 DDSD 4 : Siap Bu Mertua
5 DDSD 5 : Bismillah Kepilih
6 DDSD 6 : Sweetnya
7 DDSD 7 : Demi Kelas Kita
8 DDSD 8 : Kita Pasti Bisa, FIGHTING!
9 DDSD 9 : Partner Andalanku
10 DDSD 10 : Terima Kasih Sudah Berjuang Bersama
11 DDSD 11 : Malah Jadi Overthinking
12 DDSD 12 : Kita Juga Harus Bisa
13 DDSD 13 : Maaf, Des
14 DDSD 14 : Saya Pasti Akan Bertanggungjawab
15 DDSD 15 : Apa Kabar Jantung Desi?
16 DDSD 16 : Tanggungjawab Pras
17 DDSD 17 : Aku Merasa Bersalah (Bonus Visual)
18 DDSD 18 : Dari Luka Menjadi Cinta
19 DDSD 19 : Kakiku Yang Menjadi Aset Berhargaku
20 DDSD 20 : Tidak Semudah Itu, Des
21 DDSD 21 : Jadikan Itu Kenyataan
22 DDSD 22 : Jangan Pantang Menyerah
23 DDSD 23 : Tugas Mengartikan Peribahasa
24 DDSD 24 : Menghormati Keyakinan Masing-masing
25 DDSD 25 : Sudah Jadi Tontonan
26 DDSD 26 : Lupa Bilang Terima Kasih
27 DDSD 27 : Nggak Up To Date
28 DDSD 28 : Gara-gara Mantan!
29 DDSD 29 : Sungguh Aneh
30 DDSD 30 : Jatuh Cinta Di Usia Remaja
31 DDSD 31 : Momen Emas Anak Sekolah
32 DDSD 32 : Latihan
33 DSDD 33 : Penghujung Bangku Sekolah
34 DDSD 34 : Lebih Kejam Daripada Ibu Tiri
35 DDSD 35 : Akan Bahagia dan Selalu Bahagia
36 DDSD 36 : Sebuah Kebetulan
37 DDSD 37 : Wisata
38 DDSD 38 : Lama Tak Jumpa
39 DDSD 39 : Catatan Kecil
40 DDSD 40 : Pengumuman Kelulusan
41 PROMO NOVEL CIMAI
Episodes

Updated 41 Episodes

1
DDSD 1 : SAAAAAHHHHH
2
DDSD 2 : Seperti Mendapatkan Support System
3
DDSD 3 : Mamakku Yang Limited Edition
4
DDSD 4 : Siap Bu Mertua
5
DDSD 5 : Bismillah Kepilih
6
DDSD 6 : Sweetnya
7
DDSD 7 : Demi Kelas Kita
8
DDSD 8 : Kita Pasti Bisa, FIGHTING!
9
DDSD 9 : Partner Andalanku
10
DDSD 10 : Terima Kasih Sudah Berjuang Bersama
11
DDSD 11 : Malah Jadi Overthinking
12
DDSD 12 : Kita Juga Harus Bisa
13
DDSD 13 : Maaf, Des
14
DDSD 14 : Saya Pasti Akan Bertanggungjawab
15
DDSD 15 : Apa Kabar Jantung Desi?
16
DDSD 16 : Tanggungjawab Pras
17
DDSD 17 : Aku Merasa Bersalah (Bonus Visual)
18
DDSD 18 : Dari Luka Menjadi Cinta
19
DDSD 19 : Kakiku Yang Menjadi Aset Berhargaku
20
DDSD 20 : Tidak Semudah Itu, Des
21
DDSD 21 : Jadikan Itu Kenyataan
22
DDSD 22 : Jangan Pantang Menyerah
23
DDSD 23 : Tugas Mengartikan Peribahasa
24
DDSD 24 : Menghormati Keyakinan Masing-masing
25
DDSD 25 : Sudah Jadi Tontonan
26
DDSD 26 : Lupa Bilang Terima Kasih
27
DDSD 27 : Nggak Up To Date
28
DDSD 28 : Gara-gara Mantan!
29
DDSD 29 : Sungguh Aneh
30
DDSD 30 : Jatuh Cinta Di Usia Remaja
31
DDSD 31 : Momen Emas Anak Sekolah
32
DDSD 32 : Latihan
33
DSDD 33 : Penghujung Bangku Sekolah
34
DDSD 34 : Lebih Kejam Daripada Ibu Tiri
35
DDSD 35 : Akan Bahagia dan Selalu Bahagia
36
DDSD 36 : Sebuah Kebetulan
37
DDSD 37 : Wisata
38
DDSD 38 : Lama Tak Jumpa
39
DDSD 39 : Catatan Kecil
40
DDSD 40 : Pengumuman Kelulusan
41
PROMO NOVEL CIMAI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!