Setelah memberikan tugas kepada murid-muridnya, bu Anita bersiap-siap untuk menyusul murid-murid yang sudah berada di lab komputer.
''Kalian jangan berisik, kelas sebelah ada pelajaran. Catat dengan baik yang di dikte oleh Fitri.'' suara tegas bu Anita sebelum meninggalkan kelas.
''Baik Buuuu..''
°°
Istirahat pertama jarang yang pergi ke kantin, karena durasinya hanya 15 menit. Kebanyakan murid-murid menghabiskan waktu di dalam kelas dengan saling bercanda.
Ada yang mengobrol biasa, ada yang membuat game agar terasa seru, ada yang sedang saling memamerkan benda-benda kesayangannya, ada yang membicarakan berapa banyak pesan yang masuk di akun sosial media masing-masing. Ada juga yang sejak berduaan di pojokan, ah indahnya pemandangan ini hahahaha.
"Teman-teman!!" seru Desi sehingga membuat semua teman-temannya menoleh.
"Apa Des?"
''Maaf yak ganggu sebentar hehe ... informasi penting!'' seru Desi lagi.
''Buruaann!'' protes temannya.
''Iya sabaarrr gaees.'' balas Desi.
"Kemarin kan sudah rapat osis tuh. Nah.. untuk perlombaannya, yang diambil itu ada bulutangkis. Siapa nih yang suka?"
"Wah bagus tuh, aku maulah." ujar salah satu temannya dengan antusias.
"Yang mau ikut, kita seleksi ya, latihannya dirumahku juga boleh." ujar Desi yang di halaman rumahnya terdapat lapangan bulutangkis.
"Wahh kamu punya lapangannya, Des?"
Desi mengangguk.
"Ya, aku punya. Aku pengen ikut lomba juga."
"Dan untuk sektor tunggal tidak dimainkan karena biasanya memakan waktu yang lama, 'kan ... jadi kita sepakat mengambil sektor ganda saja." lanjut Desi.
''Oke deh, hari apa nih kita mulai seleksinya?'' tanya teman Desi lainnya.
"Siapa aja sih yang minat? setidaknya kan kita butuh tiga perempuan, dan tiga laki-laki."
Beberapa teman Desi mengangkat tangan. Sekitar sembilan murid yang memiliki minat.
''Hari Minggu ya kita mulai latihan. Soal air minum, gampanglah air di sumur bapakku tidak pernah kehabisan haha.'' seru Desi yang diikuti oleh tawanya.
Teman-temannya pun langsung tertawa juga.
''Oke siaappp.'' sahut teman-temannya yang sepakat untuk berlatih bulutangkis.
''Untuk futsal dan volley, yang sudah terbentuk aja ya ... kalau lainnya ada yang berminat, bisa seleksi lagi.'' ujar Desi mewakili teman-teman anggota osis di kelasnya.
''Gampang deh kalau itu mah, bulutangkis 'kan belum pernah, jadi kita belum pada tau siapa-siapa aja yang bisa.'' sahut teman lainnya.
''Oke siap.'' sahut Desi semangat.
Pekan olahraga tahun ini tidak ada perlombaan antar sekolah seperti tahun-tahun sebelumnya. Alasannya karena jadwalnya sangat dekat dengan gebyar SMK, sehingga pihak-pihak sekolah kejuruan fokus acara itu.
Agar tidak kosong, pihak osis pun tetap mengajukan agar tetap memperingati meskipun skala kecil, yaitu antar kelas saja. Beruntung pihak sekolah menyetujui usulan yang diajukan oleh anggota osis.
Desi sangat semangat membahas tentang hari itu. Dengan harapan semoga dirinya bisa menunjukkan permainannya dengan baik. Walaupun sangat jauh jika dibandingkan dengan legenda Liliyana Natsir, peraih emas olimpiade Rio bersama dengan pasangannya, Tontowi Ahmad. Liliyana Natsir atau yang kerap di sapa "ci Butet" itu merupakan salah satu atlit badminton yang Desi sukai.
Andaikan saja ia akrab dengan si ketua osis, sudah pasti Desi akan mengajaknya untuk bergabung dalam latihan bulutangkis. Barangkali, dengan cara seperti itu, ia bisa mengenal lebih dekat.
''Hahaha! sadar Des!'' lagi-lagi Desi mencoba untuk menyadarkan pikirannya sendiri dari khayalan itu.
''Mencintai diam-diam memang menyakitkan ya?''
''Dan anehnya, aku masih bertahan dengan rasa itu.'' bathin Desi dengan senyum getirnya.
--
Desi sering bermain bulutangkis bersama anak-anak di sekitar rumahnya. Bapaknya juga menyukai olahraga bulutangkis dan sepakbola.
Konon katanya, dulu waktu masih muda, bapak sering bermain bulutangkis bersama rekan-rekan di kampungnya dulu. Raketnya bukan raket yang sebenarnya, tetapi menggunakan sebuah papan, cock-nya pun sisa-sisa dari orang kaya yang habis bermain.
Hal sesederhana itu membuat kehidupan anak jaman dulu merasa benar-benar bahagia, tertawa riang tanpa rekayasa. Kesehatan anak-anak jaman dulu juga terjaga karena setiap hari bergerak, kemana-mana jalan kaki, palingan naik sepeda, kalau di tempat Desi menyebutnya "sepeda unto". Itu juga harus menggunakan tenaga manusia, bukan mesin.
Desi teringat dulu ketika kecil, ia pernah akan berkunjung ke rumah saudara bersama dengan bapak dan mamaknya naik sepeda. Kakinya diikat di bawah jok sepeda tersebut.
°°
Hari Minggu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Desi dan sang mamak sudah menyiapkan makanan untuk teman-temannya yang akan datang.
''Kamu mandi aja Des, nanti keburu teman-temanmu datang. Tinggal beresin, biar Mamak aja yang lanjutin.'' ujar mamak.
''Oke deh Mak, terima kasih ya Mamakku yang cantiiikk.''
Desi memeluk lalu mencium Mamaknya.
''Mambu kringetmu! wes-wes! (bau keringatmu! sudah-sudah!)" tolak mamak.
Mamak mengusapkan lengannya ke pipinya yang mendapatkan ciuman dari putrinya itu.
Hahahaha
Desi tertawa dengan melangkahkan kakinya ke dalam kamar untuk mengambil baju ganti yang sekalian akan dipakainya untuk olahraga nanti.
Untuk bermain bulutangkis, perjanjiannya harus kumpul pagi-pagi. Karena tidak nyaman jika bermain bulutangkis dengan kondisi siang hari yang mempengaruhi kondisi angin, apalagi ini di luar ruangan.
Mamak dan Desi sengaja bangun lebih awal dari biasanya. Semalam juga sudah mencicil mempersiapkan bahan yang sekiranya bakal memakan waktu lama.
''Ayo Des pasang netnya, Bapak mau ke kebun.'' ujar bapak.
''Iya Pak, sebentar.'' jawab Desi dari dalam kamarnya.
Ceklek
Desi membuka pintu kamar, mendapati bapaknya yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
''Ayo Pak di pasang sekarang.'' ujar Desi.
Bapak yang sudah membawa netnya pun langsung melangkahkan kakinya ke luar rumah.
Bapak dan anak itu mulai melepaskan gulungan net, lalu mengaitkan talinya di tiang yang terbuat dari kayu gelam dengan kuat.
''Beres! nanti teman-temanmu datang, tinggal di pakai.'' ujar bapak sambil mengusap-usapkan kedua tangannya.
''Makasih ya Pak.'' ucap Desi.
''Iya.'' jawab bapak lalu masuk ke dalam rumah.
Dan benar saja, tidak lama setelah bapaknya masuk rumah, teman-teman Desi sudah mulai berdatangan.
''Haha bener-bener tepat waktu ya.'' ujar Desi sedikit menaikkan volume suaranya.
''Ya doong.'' jawab teman Desi.
Satu persatu teman Desi sudah datang, beberapa laki-laki dan beberapa perempuan.
Kedua orangtua Desi pun juga sudah menyambut dengan ramah kedatangan teman-teman Desi. Lalu setelahnya, bapak berangkat ke kebun untuk memulai rutinitas sehari-harinya.
''Kita sarapan dulu yok.'' ajak Desi.
''Aku sudah sarapan dikit, nanti aja deh kalau habis olahraga.'' jawab salah satu temannya.
''Lainnya gimana? itu sudah disiapin, yang mau sarapan sekarang boleh, nanti juga boleh.''
''Nanti ajalah Des, kalau kekenyangan nanti malah nggak jadi olahraga.''
Semua teman Desi pun kompak makan nanti saja, mereka mengatakan sudah sarapan sedikit di rumah. Desi juga tidak memaksakan karena dia sendiri pun juga sarapan sedikit saja.
''Oke deh kalau gitu, kita pemanasan aja dulu bentar. Aku ambil air minum dulu.'' ujar Desi.
''Oke.'' jawab teman Desi bersamaan.
Desi masuk ke dalam rumah untuk mengambil satu dus air mineral yang di belikan bapaknya kemarin. Selain air mineral kemasan, Desi juga mengeluarkan dua teko berisi air mineral rebusan yang sumbernya dari sumur sendiri.
Di teras rumahnya sudah di siapkan meja untuk meletakkan minuman itu. Mamaknya kemudian menyusul, mengeluarkan dua pack roti.
''Wahh makasih Bu.'' ucap salah satu teman Desi.
''Yo ... sama-sama, semangat olahraganya.'' ujar mamak Desi.
''Siap Bu mertua.'' sahut teman Desi lainnya yang bernama Adji itu.
''Heh ngawur!!'' seru Desi yang langsung melakukan protes.
Hahahaha
Teman-teman Desi pun langsung tertawa.
''Becanda ya Bu.''
''Iyaaa.'' jawab mamak Desi lalu kembali masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments