Diam-diam Suka Dia
"Bagaimana para saksi?"
"Sudah siap?"
Penghulu yang memiliki jenggot panjang itu memastikan para saksi pernikahan untuk fokus menyaksikan momen sakral ini. Pria itu menoleh ke kanan-kiri untuk melihat respon.
''Siap.. siap.'' jawab mereka yang sudah bersiap untuk jadi saksi pernikahan.
Desi mendengar kalimat itu dari balik kamarnya, jantungnya berdebar kencang dan pikirannya menegang di kala menanti pelafalan ijab qobul yang tidak lama lagi akan dilaksanakan.
Desi berada di kamar bersama teman dan juga kakaknya. Ia akan keluar jika sudah mendengar kata sah dari para saksi.
''Ya Allah, tenangkanlah jantungku ...'' gumam Desi memohon.
''Sudah-sudah, jangan gugup. Slow aja.'' ujar kakaknya Desi sembari menaikturunkan alisnya.
Desi berdesis kesal melihat ekspresi kakaknya yang sangat suka menggodanya. Tidak mengerti kabar jantungnya yang kini hampir turun ke telapak kaki.
Mereka terdiam, acara sudah dimulai. Desi terus berdo'a di dalam hatinya supaya lelaki pujaan hatinya itu bisa lancar. Jangan sampai yang katanya akan disiram air jika gagal lebih dari tiga kali itu terjadi pada seseorang yang ia cintai.
''SAAAAAHHHHHH!!''
Suara itu menggema keras. Desi menghela nafas lega. Tak lama kemudian, ada yang membuka tirai pintu kamarnya dan memerintahkan Desi untuk segera keluar menemui sosok yang kini sudah resmi menikahinya itu.
''Ayo keluar sekarang.'' ujar wanita yang masih berdiri di tengah pintu kamar Desi.
''Iya, Mbak.'' jawab Desi.
Teman dan juga kakak Desi menggandeng tangannya. Balutan busana brukat berwarna putih itu membuatnya semakin anggun, riasan wajah yang tidak menor sesuai dengan keinginannya. Desi juga tidak mau mengenakan kebaya karena ia tidak bisa sabar jika harus berjalan pelan-pelan.
Pria yang sudah resmi menikahinya itu menatap wajah istrinya yang muncul dari balik pintu, Desi pun ikut tersenyum meskipun jantungnya berdebar kencang. Semua orang yang menyaksikan momen bahagia itu saling berbisik, hal yang sudah biasa terjadi di lingkungan.
Laki-laki itu berdiri untuk menyambut kedatangan Desi. Desi semakin mendekat, kakak dan temannya langsung melepaskan tangan masing-masing ketika Desi sudah tiba di hadapan suaminya.
''Ayo berjabat tangan.'' titah pembawa acara.
''Sudah halal lho, Des, haha!!'' seru seseorang yang berasal dari bawah tenda biru.
Desi menjabat tangan suaminya, mereka saling memasangkan cincin pernikahan. Terlihat begitu manis sekali. Suaminya itu sudah bersiap-siap untuk memberikan ciuman di kening Desi untuk pertama kalinya. Namun, tiba-tiba kepala Desi terasa pusing, perlahan pandangannya gelap.
BRUG! AWW!
''DESII!! BANGUN!!''
''HAH?''
Desi celingukan melihat kondisi sekitarnya, ia belum sadar, nyawanya masih melayang di dalam mimpi, ia langsung juga memeriksa dirinya. Ternyata ia terjatuh dari tempat tidur, untung saja ia tidur di kasur busa tanpa dipan.
''DESI BANGUN!'' suara mamak kembali terdengar dengan lantang.
''Hmm, iya Mak, sudah bangun.'' jawab Desi sedikit menaikkan suaranya yang khas bangun tidur.
Kembali hening, pasti mamak sudah kembali ke dapur.
Desi kembali celingukan, mengusap pantatnya yang terasa sedikit sakit.
''Aku mimpi ya?''
''Kenapa nanggung banget sih mimpinya?''
''Hadeeehhhh!'' gerutu Desi.
Ia langsung bergegas bangun, jam di dinding masih menunjukkan pukul 05.05 WIB.
∆∆
Seorang gadis remaja bernama Desiana Putri atau yang akrab disapa Desi, putri bungsu dari tiga bersaudara. Ia bersekolah di SMK swasta yang ada di kampungnya, usianya saat ini 16 tahun dan belum lama naik ke kelas XI (sebelas).
Desi merupakan murid yang aktif di berbagai kegiatan, ia bukan termasuk murid yang paling pandai dikelasnya, tapi, juga bukan yang terbawah, ia masih setia masuk ke dalam peringkat sepuluh besar, meskipun paling mentok di peringkat enam.
''Nanti ada rapat osis kan?'' tanya Desi kepada Siska sebelum istirahat.
''Iya Des, males banget sebenarnya kalau rapat-rapat begini.'' keluh Siska lalu mendengus kesal.
''Lah kalau males ngapain dulu minat jadi anggota osis? yang lain banyak yang minat, tapi, kamu yang dipilih, harusnya bertanggungjawab dong, Sis.'' protes Desi.
''Iyaa bos, iyaaaa ... aku cuma ngantuk kalau jam segitu.'' gerutu Siska lalu beranjak dari kursinya dan langsung menuju kantin.
Desi menarik nafas lalu meletakkan tasnya ke dalam laci, kemudian ia menyusul Siska yang sudah duluan ke kantin bersama teman lainnya.
Kantin akan selalu penuh saat jam istirahat siang seperti ini. Saat hari Senin sampai dengan Kamis, memiliki dua kali waktu istirahat yaitu jam 09.45-10.00 dan jam 12.00-12.45 WIB.
Masing-masing murid yang berada di kantin sudah pesan menu sesuai seleranya, sedangkan Desi sendiri memilih mie ayam kesukaannya.
Kantin yang satu ini sudah menjadi langganan Desi beserta teman-teman sekelasnya sehingga tidak canggung lagi bagi mereka untuk saling bercerita, tak jarang beberapa temannya yang tertawa terbahak-bahak.
°°
Pukul 14.00 WIB, seorang guru menyudahi mata pelajarannya karena tanda jam pulang sekolah sudah berbunyi.
Seluruh murid tampak sumringah ketika jam pulang, waktunya beristirahat dan bermain.
Tetapi tidak dengan Desi dan beberapa teman lainnya yang merupakan anggota osis di periode ini. Mereka sudah terjadwal akan melaksanakan rapat menjelang hari pekan olahraga nasional.
Desi, Siska, dan ketiga teman lainnya langsung ikut bergabung di ruangan lain untuk segera mengikuti rapat.
Jantung Desi berdegup kencang saat ketua osis itu masuk ke dalam ruangan. Ketua osis yang seangkatan dengannya, namun, berbeda kelas.
Sejak pertemuan pertamanya di pendaftaran, Desi merasakan ada sesuatu dihatinya. Rasa penasaran tentang laki-laki itu kian menghantui pikirannya setiap hari, apalagi keduanya berada di organisasi yang sama.
Setelah waktu terus berjalan, perasaan Desi tidak berubah, ia sering mengamati laki-laki itu secara diam-diam, mengagumi sosok itu dalam diamnya. Ntah perasaan apa yang bisa Desi simpulkan, sejauh ini ia juga tidak memiliki keberanian, terlebih dirinya adalah seorang perempuan, sangat gengsi memulai terlebih dahulu.
Prastiyo, ketua osis periode ini mulai membuka acara rapat osis. Semua mata menatap ke arahnya dan menyimak apa yang disampaikan, tak terkecuali dengan Desi. Hanya saja apa yang disimak oleh Desi pasti bercabang.
''Silahkan yang ingin memberikan usulan mengenai cabang olahraga apa saja yang akan kita pertandingkan nanti.'' ujar Pras dengan tegas, mengedarkan pandangannya pada seluruh peserta rapat.
Desi langsung berdiri sembari mengangkat tangan dengan yakin.
''Ya, silahkan.'' ujar Pras dengan tatapan datarnya, sementara jantung Desi seperti mau copot.
Seluruh peserta rapat langsung menatap Desi, menanti apa yang akan disampaikan oleh gadis itu.
''Aku memiliki usulan, berhubung pembangunan gedung untuk cabang bulutangkis sudah selesai dan siap digunakan, aku berharap cabang ini dimasukkan dalam daftar cabang yang akan diperlombakan nanti. Mengingat sebenarnya banyak yang gemar terhadap olahraga ini, dan olahraga ini juga tidak kalah tenarnya dengan sepakbola.''
''Tapi, bulutangkis membutuhkan waktu yang panjang, Des ... apalagi kalau sektor tunggal.'' sahut peserta rapat lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Authophille09
Holla kak cimaii👋 neng Scala dari "Cinta karena Perjodohan" mampir nih, bawain paket lengkap nya juga.
2022-11-22
1
Yuli Fitria
Des, aku kena prank oleh Author 😂
2022-11-21
1