Warisan Dewa Bumi
Seorang pria duduk bersila di sebuah ruang kosong sambil terpejam, terlihat cahaya aneh terpancar dari sekujur tubuhnya.
Pria itu terlihat seperti sedang menahan rasa sakit, terlihat tubuhnya dipenuhi luka dan dibasahi oleh keringat yang mengalir deras.
"Ha.. ha.. ha.."
Otot-ototnya membengkak seperti ingin meledak, intensitas cahaya yang keluar dari tubuhnya semakin membesar, luka-lukanya bahkan semakin besar, bahkan hingga menampakkan tulang-tulangnya.
Pria itu terengah-engah dengan gigi menggertak, ia tetap menahan rasa sakit sambil mata terpejam.
Krak..
"Argh!"
Seember darah keluar dari mulutnya, suara retak itu berasal dari jantungnya, menandakan inti bela dirinya akan hancur.
Inti bela diri merupakan sebuah inti milik seorang kultivator atau manusia yang menyimpan seluruh energi bela diri dan sumber kehidupan seseorang.
Pria itu terlihat sekarat saat suara pecahan inti bela dirinya terdengar, energi kehidupannya semakin menipis, intensitas cahaya yang keluar dari sekujur tubuhnya pun semakin mengecil.
Seiring berjalannya waktu, tubuhnya semakin melemah, nafasnya semakin lambat, perlahan-lahan cahaya itu hilang dari tubuhnya.
Suara pecah
Pada akhirnya, inti bela dirinya hancur seluruhnya, Pria itu pun mati dengan keadaan terduduk di ruang hampa.
Beberapa ribu tahun kemudian..
Di dunia yang sangat jauh..
Seorang pemuda sedang duduk di ruang kelasnya, ia termenung sambil menatap ke arah jendela dan memandangi langit siang yang cerah.
Ia lalu menghela nafas, "Apanya yang menyenangkan, setiap hari di sekolah ini semakin menyebalkan, bahkan membosankan."
Pemuda itu lalu menundukkan kepalanya ke meja, lalu ia pun tertidur.
Bunyi Bel
"Raf..Raf.."
Terdengar suara yang memanggil pemuda tersebut sambil menggerak-gerakkan kepalanya, lalu pemuda itupun terbangun dari tidurnya.
"Rafa? Apakah kau begadang lagi? Kau selalu saja tertidur di kelas."
Nama pemuda yang tertidur itu ialah Rafa dan temannya bernama Tino.
"Tino, kenapa kau selalu mengangguku?"
Rafa memandangi Tino dengan kesal, namun Tino tidak menanggapi tatapan tersebut karena sudah terbiasa.
Tino lalu berbisik ke telinga Rafa, "Hehe, aku menemukan sesuatu yang bagus kali ini."
Rafa yang mendengar itu, sedikit terkejut dan penasaran tentang apa yang dikatakan Tino.
"Lalu?" Namun Rafa hanya meresponnya dengan tatapan bosan.
"Hehe, tampaknya kau meremehkan lagi tentang apa yang ku temukan." Tino hanya terkikik pelan dengan respon Rafa.
"Baiklah, nanti aku akan ke rumahmu, kuharap itu bukan benda rongsokan seperti terakhir kali." Rafa pun setuju dengan usulan Tino pada akhirnya.
"Haha, bagus.. kalau begitu aku akan kembali ke kelas ku sekarang." Tino senang dengan persetujuan Rafa, ia pun kembali ke kelasnya.
Pelajaran berlangsung seperti biasa hingga waktu pulang.
Rafa berjalan keluar kelas hendak akan pulang, saat sampai di gerbang sekolahnya, terlihat Tino yang sedang menunggunya, ia pun menghampirinya.
"Akhirnya kau datang, aku sudah menunggumu selama 15 menit disini." Tino menyadari kedatangan Rafa dan menanggapinya dengan sedikit kesal.
"Bukankah kau tahu bahwa aku hari ini kebagian jadwal piket?" Rafa membalas.
"Lupakan itu, ayo bergegas ke rumahku, aku tidak sabar untuk memeriksanya bersamamu." Tino berbalik dan berjalan menuju rumahnya, Rafa yang berada di belakangnya pun mengikuti.
Setelah 10 menit berjalan dari sekolah, mereka berdua akhirnya sampai ke rumah Tino, dengan terburu-buru Tino langsung berjalan ke kamarnya.
"Apakah ia menemukan sesuatu yang beneran bagus? ini tidak pernah terjadi sebelumnya." Rafa hanya bergumam di hatinya.
Rafa memasuki kamar Tino, dan terlihatlah sebuah guci antik yang besar, Rafa terkejut dengan ukiran guci tersebut karena itu diukir begitu rapi dan aura kuno yang terpancar dari guci itu seolah-olah menyelimuti dirinya.
"Sepertinya kau memang menemukan sebuah barang yang bagus." Rafa terkagum setelah melihat keseluruhan guci tersebut.
"Aku mendapatkannya secara tidak sengaja dari sebuah toko kecil, jika kau saja menilainya tinggi, maka ini memang benar-benar barang yang bagus." Tino berkata sambil berbangga diri.
Rafa merupakan seorang anak dari sebuah kolektor barang kuno, ayahnya sering membeli artefak kuno yang nilainya tinggi dan dijadikan koleksi, karena itu Rafa menjadi peka terhadap keaslian artefak kuno tersebut.
"Baiklah, aku penasaran dengan apa yang tersembunyi di guci ini." Sambil mendekati guci tersebut, Rafa perlahan melihat isi guci itu.
"Ini kosong?" Namun setelah ia memeriksanya, ternyata isi didalam guci tersebut tidak ada.
"Walaupun tidak ada isinya, namun guci ini saja sudah sangat berharga menurutku." Tino menjelaskan.
Wung!
"Ini.."
Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari guci tersebut, Rafa yang masih memerhatikan isi guci itu langsung terjatuh ke belakang.
Cahaya itu keluar dan melesat kesana-kemari di kamarnya, Tino yang melihat ini panik dan langsung berlari keluar dari kamarnya meninggalkan Rafa yang terjatuh di lantai.
Rafa hendak bangun dan ikut keluar, namun saat ia akan berdiri, cahaya itu melesat langsung ke kepalanya dan memasuki pikirannya.
"ARGHH!!"
Rafa yang tiba-tiba dimasuki cahaya itu langsung berteriak, ternyata cahaya itu menyerang pikirannya.
"HAHAHAHA, RAJA INI AKHIRNYA BISA KELUAR DAN MENEMUKAN WADAH YANG BAGUS UNTUK DIMASUKI!"
Sebuah suara muncul dari pikiran Rafa, cahaya itu akhirnya menampakkan wujud seperti seorang manusia tua di pikirannya.
Rafa yang masih berteriak kesakitan berusaha melawan pengambilan tubuhnya dari cahaya itu.
"Bocah, kau berani melawan raja ini?!"
ZINGGG!
Cahaya itu bersinar semakin terang, Rafa pun semakin kesakitan, pikirannya seperti digerogoti sepuluh ribu ular kobra.
Tino yang panik kembali ke kamarnya dan melihat Rafa yang mengerang kesakitan.
"Raf?! Ada apa?!"
Tino berusaha menyadarkan Rafa yang menggeliat kesakitan, namun usahanya gagal karena cahaya itu masih menyerang pikirannya.
Cahaya itu terus mengambil alih pikiran Rafa, ia tertawa karena usahanya sebentar lagi akan berhasil.
"Hahahaha, sedikit lagi!"
Cahaya itu berteriak kegirangan karena hanya tinggal mengambil alih satu lagi yaitu jiwa Rafa, dan ini termasuk yang paling krusial.
Namun saat cahaya itu mencoba untuk mengambil jiwa Rafa, kalung yang selalu dipakai oleh Rafa bereaksi.
Itu mengeluarkan aura merah dan dengan cepat melesat ke tubuhnya.
"INI?! ARTEFAK KAISAR?! BAGAIMANA MUNGKIN DI DUNIA RENDAHAN YANG TIDAK ADA KULTIVATOR INI MEMILIKI ARTEFAK TINGKAT KAISAR?!"
Melihat aura merah itu, Cahaya itu menjauh dari jiwa Rafa karena aura itu mengejar cahaya itu dan berniat memusnahkannya.
"Sial! Siapa sebenarnya bocah ini?!
Cahaya itu masih berputar-putar di dalam pikiran Rafa dan berusaha mencari jalan keluar.
"ARGHHH!! AKU TIDAK BISA MATI DISINI!!"
Namun sudah terlambat baginya untuk mencari jalan keluar, karena aura merah itu telah melahap cahaya itu dan memurnikannya.
Setelah cahaya itu menghilang, aura merah itu tidak kembali ke kalung yang dipakai Rafa, melainkan itu langsung menembak dan memasuki pikiran dan jiwanya, namun tidak seperti cahaya tadi yang masuk secara paksa, aura merah ini secara halus bergabung dengan pikiran dan jiwanya.
Rafa yang tadinya kesakitan langsung tenang, dan tiba-tiba ia duduk dan mulai bermeditasi, Tino yang tidak tahu apapun bingung dengan sikap Rafa yang tiba-tiba duduk tenang setelah ia berteriak begitu kesakitan.
"Apa yang terjadi?"
Tino berusaha membangunkan Rafa, namun tetap tidak ada respon darinya, seolah-olah ia sudah mati, namun nafasnya masih terasa, dan tidak ada yang tidak normal dari tubuhnya.
Karena lelah, ia pun hanya menunggu hingga Rafa bangun.
Satu jam, dua jam, lima jam, sepuluh jam, namun Rafa tidak kunjung bangun, dengan cepat hari sudah mulai pagi kembali.
Rafa yang sudah bermeditasi selama lebih dari 12 jam akhirnya membuka matanya.
"Hm?"
Ia melihat sekitar, dan menemukan Tino yang tertidur di lantai karena menunggunya, tidak lama Tino pun bangun dari tidurnya dan melihat Rafa.
"Kau sudah sadar? Apa yang sebenarnya kau lakukan?"
Tino menatap Rafa dengan wajah penuh penasaran, ia benar-benar tidak tahu apa yang dialami oleh Rafa.
"Ini.. akan sulit menjelaskannya untuk sekarang, tapi nanti kau akan tau dengan sendirinya, karena.."
"Karena apa?" Tino tertegun mendengar ucapan Rafa.
"Bumi kita akan sepenuhnya berubah sebentar lagi."
~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Rio Cimol
se ember darah heheh
2022-12-20
1