Berkat bujukan dari Rahman Fatimah kembali ke rumah. "Fatimah, syukur lah kamu kembali," ucap bunda sambil memeluk putrinya itu.
"Maafin Fatimah Bunda, tadi Fatimah sempat berkata kasar, Fatimah tidak bisa menyalahkan siapa pun di sini, akulah yang salah karena hadir di keluarga ini," ucap Fatimah memeluk bunda.
"Jangan bicara seperti itu sayang, ini memang cara Allah untuk mempersatukan keluarga kita," bunda mencium kening Fatimah.
Sarah pun memeluk adiknya itu, "Jangan pernah mengira kalau kamu berbeda, kamu sama seperti aku dan kak Rahman, kita sama-sama anak ayah dan bunda," kata Sarah sambil memeluk Fatimah.
"Maafin aku kak, aku terlalu kaget dengan kenyataan ini, maaf..," Fatimah menangis di pelukan Sarah.
"Hush..jangan nangis lagi, kamu adik kesayangan kakak, apa pun yang terjadi kamu tetap adikku," lanjut Sarah dengan tulus menenangkan adiknya.
***
Malam itu, diam-diam Rahman menemui bunda dan ayah untuk berbicara serius.
"Ayah, bunda, ada yang ingin aku sampaikan, mungkin ayah sudah tau tentang hal ini," ucap Rahman pelan.
"Hal penting apa?" tanya bunda penasaran.
"Aku berniat menjadikan Fatimah istriku setelah ia lulus SMA," tegas Rahman menatap serius kedua orangtuanya. Bunda tampak kaget mendengar kata-kata putranya itu.
"Rahman kamu bercanda ya, Fatimah itu adik kamu, dia juga masih terlalu muda," bunda melototi Rahman.
Ayah yang sudah tau tentang hal itu hanya terdiam.
"Bunda..tolong izinkan aku menjaga Fatimah hingga ujung hayat ku, aku janji akan menjaga dia," lanjut Rahman menggenggam tangan bunda.
"Banyak perempuan di Dunia ini, kenapa harus Fatimah? bagaimana mungkin kamu bisa menyukai adik kamu sendiri, bunda tidak setuju, seolah kamu ingin merusak keluarga kita," tegas bunda dengan serius.
"Apa salahnya Bun, Fatimah bukanlah adik kandung ku, tidak juga sepersusuan, tidak ada hukum apa pun yang melarang pernikahan Antara aku dan Fatimah kecuali jika ayah dan bunda tidak merestuinya.lagi pula apa bunda tidak pernah berfikir bahwa suatu saat Fatimah akan pergi jauh meninggalkan kita, untuk itu aku akan menikahi Fatimah agar ia selalu bersama kita," jelas Rahman panjang lebar.
Bunda hanya terdiam.
"Sudah Rahman, lebih baik sekarang kamu istirahat, biarkan ayah dan bunda berfikir dulu," kata Ayah pada putranya itu.
___
Keesokan harinya Rahman kembali merundingkan hal itu pada ayah dan bunda serta Sarah, karena Fatimah sudah berangkat sekolah.
" Kak Rahman, kata bunda kamu mau menikahi Fatimah, apa benar?" tanya Sarah dengan serius.
"Iya," jawab Rahman singkat.
"Kak, kamu gila yah, kita itu bersaudara, meskipun Fatimah itu anak angkat, tapi tetap aja, kita di besarkan bersama," Sarah cukup kesal dengan niat Rahman untuk menikahi Fatimah.
"Iya Sarah, apa salahnya jika aku yang menjadi imam bagi Fatimah, dengan aku menikahinya maka dia akan tetap berada di sisi kita," jelas Rahman pada Sarah.
Sarah hanya bisa diam karena terlalu kesal pada Rahman.
"Ayah dan bunda sudah pikirkan matang-matang, jika memang kamu serius menikahi Fatimah, Ayah dan bunda setuju-setuju saja, namun syaratnya adalah kamu harus ke luar negeri selama satu tahun, karena Fatimah baru lulus SMA satu tahun lagi, ayah tidak mau kamu dan Fatimah sama-sama tinggal di rumah ini sedang kamu mencintai Fatimah, pergilah sementara waktu," jelas Ayah panjang lebar.
"Baik, aku akan memenuhi syarat Ayah, besok aku akan berangkat ke Singapura," tegas Rahman menatap serius ayah dan bunda.
***
Malam hari, Rahman tampak mengemas barang-barangnya di kamar. Fatimah mengetuk pintu."Kak Rahman.." panggilnya.
"Masuk Fatimah.."
"Kak, kamu beneran mau ke luar negeri selama setahun, kenapa aku yang terakhir di kasih tahu," Fatimah menatap wajah Rahman.
"Fatimah..aku ada urusan bisnis yang tidak bisa di tinggalkan di Singapura, aku harus pergi untuk waktu yang cukup lama, kamu di sini jaga diri baik-baik ya," ucap Rahman dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Kak.. emangnya nggak bisa pulang sesekali, kakak jahat ya, pergi selama itu, apa kakak nggak kangen sama keluarga, ya..aku emang anak angkat, tapi aku susah kalau nggak ada kakak,siapa yang jagain aku kalau nggak ada kakak," Fatimah menangis sambil memukul kakaknya dengan bantal guling.
"Fatimah..Fatimah...jangan nangis," ucap Rahman pada Fatimah yang memukulinya dengan bantal guling.
"Dasar kakak jahat," gumam Fatimah yang masih kekanak-kanakan.
"Hanya satu tahun, setelah itu aku akan kembali dan aku akan menjaga kamu hingga akhir hayat ku," ucap Rahman pelan.
"Bohong ..dasar pembohong, suatu saat kakak pasti akan menikah, dan mulai sibuk dengan keluarga barumu, kamu pasti akan menikah di Singapura dan tidak kembali lagi," kata Fatimah dengan wajah cemberut.
***
Keesokan hari Fatimah dan keluarganya mengantarkan Rahman ke bandara.
Fatimah amat sedih karena ia belum pernah jauh dari kakaknya Rahman.
***
Satu tahun kemudian,,
Satu tahun sudah berlalu, hari ini adalah hari dimana Fatimah menanti kedatangan kakaknya Rahman. kini Fatimah sudah lulus SMA, dan sekarang dia mulai bisa merias dirinya. berkat bantuan dari kakaknya Sarah, Fatimah rutin melakukan perawatan kulit di rumah.
Fatimah, Sarah, Ayah, dan Bunda menanti kedatangan kakaknya di Rumah.
tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan rumah, pintu mobil terbuka, dan benar itu adalah Rahman.
Sarah dan Fatimah menyambut kedatangan sang kakak yang sudah dinantikan.
Rahman menatap wajah Fatimah, "Baru di tinggal setahun udah makin cantik," batin Rahman.
---
Seluruh anggota keluarga asyik mengobrol di ruang tamu. tiba-tiba semua terdiam dengan pertanyaan Fatimah, "Kak gimana calon istrinya, udah ketemu belum?" tanya Fatimah dengan polosnya.
Semua anggota keluarga merasa canggung mendengar kata-kata Fatimah.
"Ayah ke atas dulu ya," ucap Ayah yang meninggalkan ruang tamu.
"Bunda mau masak dulu ya, tadi masakan bunda nanggung, ini mau dilanjut dulu," ucap bunda yang juga meninggalkan ruang tamu.
Sementara Sarah hanya terdiam, ia tahu bahwa sebentar lagi Fatimah akan dinikahkan dengan Rahman.
Handphone Fatimah berbunyi. Fatimah buru-buru ke belakang untuk mengangkat telepon.
ternyata telpon dari Fatih, selama setahun terakhir ini, Fatih dan Fatimah sama-sama memendam perasaan, namun keduanya tidak berani berpacaran, mereka hanya berkomitmen untuk menikah setelah lulus kuliah.
"Assalamualaikum,ada apa Fatih," sapa Fatimah di telpon.
"Waalaikumussalam, Fatimah aku akan pergi kuliah ke Turki dalam waktu dekat ini, saling berjauhan adalah yang terbaik untuk kita saat ini, tapi aku akan tetap berkomitmen untuk melamar kamu setelah lulus kuliah," jelas Fatih dengan serius.
"Baiklah, aku akan menanti sampai saat itu tiba, hati-hati di sana, jaga diri baik-baik, Assalamualaikum," Fatimah menutup telpon karena matanya mulai berkaca-kaca mengingat laki-laki yang ia cintai akan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments