4.Terungkapnya Rahasia

Azan subuh berkumandang, meski sedang Haid Fatimah terbiasa bangun sebelum subuh, ia memperhatikan pintu kamar kakaknya Rahman, "Nggak biasanya kak Rahman belum bangun jam segini, biasanya kan dia udah bangun sebelum subuh untuk sholat subuh di mesjid," batin Fatimah.

Fatimah berjalan menuju pintu kamar kakaknya, ia mengetuk pintu sambil memanggil Rahman, "Kak Rahman..kamu udah bangun?" panggil Fatimah. Namun tak ada balasan suara Rahman. Fatimah mencoba membuka pintu yang ternyata tidak di kunci.

Fatimah panik melihat kondisi kakaknya yang meriang. Fatimah langsung menemui kakaknya di kasur dan memang Fatimah merasa badan Rahman sangat panas. "Kak..kamu sakit ya, kok nggak kasih tau Bunda sih, bentar ya aku panggil ayah sama bunda," ucap Fatimah yang menggenggam tangan Rahman yang panas.

"Jangan, bunda jangan tau," Rahman menghentikan Fatimah dengan menggenggam erat tangan Fatimah.

"Kak, kamu sakit, harus berobat dong," Fatimah panik.

"Udah nggak usah," ucap Rahman yang mencoba untuk duduk. Fatimah membantu kakaknya itu duduk.

"Kakak mau kemana?" tanya Fatimah dengan nada lembut. "Aku mau wudhu, aku sholat di sini aja," kata Rahman yang tampak lesu.

"Ya udah aku bantu ya," Fatimah memapah kakaknya ke kamar mandi.

"Nggak usah Fatimah, mendingan kamu siap-siap berangkat ke sekolah,"

"Siapa yang mau sekolah sepagi ini, ayam aja belum bangun jam segini," Fatimah tetap memapah kakaknya.

"Udah sampai sini aja, emangnya kamu mau ikut ke kamar mandi?" Rahman melototi Fatimah.

"Iya..iya..aku tunggu di luar," Fatimah berdiri di depan kamar mandi.

___

Rahman solat di kamarnya meski kondisinya agak lemah. sementara Fatimah bersiap-siap ke sekolah.

Matahari mulai muncul. Fatimah menemui kakaknya di kamar sebelum ia berangkat ke sekolah,

"Kak Rahman istirahat ya," ucap Fatimah sambil mengompres kening Rahman yang amat panas. "Iya..iya..udah buruan sana sekolah, nanti keburu telat loh, nggak usah mikirin aku, nanti siang juga pasti aku udah sembuh, maaf ya hari ini kamu berangkat sendiri dulu," tutur Rahman pada adiknya.

"Ya udah aku berangkat ya, Assalamualaikum," ucap Fatimah dan mencium kening Rahman. Fatimah langsung pergi meninggalkan Rahman di kamar.

Rahman tampak kaget dengan ciuman Fatimah meski hanya di keningnya. "Fatimah...bisa nggak sih kamu membantu aku untuk menahan perasaan ku, dengan sikap kamu yang seperti ini akan membuat aku semakin mengharapkan kamu," batin Rahman yang memendam cinta pada adiknya sendiri.

***

Ayah, Bunda dan Sarah sarapan pagi. "Sarah..Rahman mana, kok pagi ini dia nggak kelihatan, tadi Fatimah berangkat sendiri ke sekolah, coba kamu panggilkan dia," pinta bunda pada Sarah.

"Iya bentar ya Bun,"

Belum sempat Sarah berdiri Rahman sudah muncul. "Nggak usah repot-repot Sarah," kata Rahman sambil duduk di sebelah bunda.

"Rahman kamu sakit ya," tanya bunda yang melihat kondisi Rahman yang lesu.

"Nggak kok Bun, tadi cuma agak sedikit pusing," Rahman melirik menu sarapan pagi itu.

"Biasalah Bun, anak muda memang begitu, nggak pernah merasa sakit meskipun dia sakit, udah nggak usah panik gitu," Ayah menepuk pundak Bunda.

"Iya Bun..nanti juga aku pasti udah bisa jalan-jalan," Rahman mulai tersenyum.

"Oh ya..ada hal penting yang harus kita bicarakan, mumpung Fatimah tidak ada di sini, kayaknya semakin dewasa semakin banyak pertanyaan Fatimah yang membuat bunda harus mencari-cari alasan untuk mengelak bahwa Fatimah bukan anak kandung kita, bunda khawatir dia akan tau yang sebenarnya," keluh bunda di depan Ayah, Sarah dan Rahman.

"Iya bunda, sekeras kerasnya kita menutupi rahasia ini, cepat atau lambat Fatimah akan tahu, entah itu dari kita atau dari orang lain," sambung Sarah yang juga mengkhawatirkan adiknya.

"Yang pasti kita harus tetap merahasiakan ini, karena kalau Fatimah tau, dia pasti akan mengasingkan diri atau bahkan dia akan mencari orang tua kadungnya," ujar Ayah untuk menenangkan suasana.

"Bunda nggak mau kehilangan Fatimah," Bunda meneteskan air mata.

Tak disangka ternyata Fatimah mendengar semuanya, ternyata ia belum berangkat ke sekolah, ia berdiri di balik pintu.

Tak dapat ia tahan air matanya tak henti bercucuran, ia tak pernah membayangkan kenyataan sepahit ini.

"Kenapa kalian menutupi rahasia sebesar ini dari aku, apa karena kalian kasihan?, atau kalian sengaja supaya aku hidup seolah tidak tau apa-apa, aku berhak tau asal ku dari mana, Ayah...Bunda.. Fatimah kecewa dengan sikap kalian yang merahasiakan ini," ucap Fatimah sambil menangis di hadapan keluarganya.

"Fatimah...nggak gitu sayang, bunda cuma menunggu waktu yang tepat untuk memberi tahu kamu tentang hal ini," bunda menatap Fatimah sambil menangis.

Fatimah dengan cepat lari meninggalkan rumah. "Fatimah..," bunda mengejar Fatimah. "Bunda, biarkan Fatimah menenangkan dirinya," ayah menenangkan Bunda.

Sementara Sarah hanya bisa menangis karena takut kehilangan adiknya. Rahman mencoba mengejar Fatimah namun Fatimah lari terlalu cepat.

***

Fatimah dengan beraninya bolos sekolah karena suasana hatinya yang sedang tidak baik. ia merenung di dekat sungai tempat ia biasa bermain saat masih kecil.

Fatimah menangis mengingat kenyataan yang begitu pahit. "Aku tau kamu di sini," ucap Rahman yang tiba-tiba muncul dan duduk di samping Fatimah.

"Kamu ngapain ke sini, udah pulang sana, harusnya kalian jangan terlalu baik sama aku," Fatimah tak henti menangis.

"Eh..aku kakak kamu loh, nggak sopan ngomong gitu," tegur Rahman.

"Aku nggak perduli , aku cuma anak pungut," cetus Fatimah yang menangis.

"Fatimah takdir mempertemukan kamu dengan keluarga Ayah, kamu jangan menyalahkan takdir, kami semua menyayangi kamu, kami nggak mau kehilangan kamu," tutur Rahman dengan pelan.

"Masalahnya aku merasa seperti orang bodoh kak, aku nggak tau aku berasal dari mana, aku pengen tau orang tua kandung ku," keluh Fatimah.

"Kalau kamu berhenti nangis, aku akan ceritakan semuanya," Rahman menatap Fatimah.

"Sekitar 15 tahun lalu, aku dan bunda melihat seorang ibu menggendong anaknya di tepi sungai ini, saat bunda memperhatikan wanita itu, ternyata itu adalah teman lama bunda, kondisi wanita itu sudah agak lemah, dan ia berkata pada bunda bahwa ia khawatir tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya yang tak lain adalah kamu, wanita itu tampak sedih seolah ia takut anaknya akan merasakan apa yang ia rasakan, bunda mengajak wanita itu ke rumah, selama seminggu kamu dan ibumu berada di rumah, namun tiba-tiba penyakit jantung ibumu kambuh dan meninggal, Ayah dan bunda memutuskan untuk mengangkat mu sebagai putri mereka, waktu itu aku masih terlalu kecil untuk mengerti keadaan itu, jadi hanya itu yang ku tahu tentang asal keluarga mu," Jelas Rahman panjang lebar.

Episodes
1 1. Menjagamu
2 2. Gadis kecil kakak
3 3.Pemilik hati
4 4.Terungkapnya Rahasia
5 5. Syarat menikahimu
6 6. Keputusan terberat
7 7. Air mata Fatimah
8 8. Perubahan Sikap Fatimah
9 9. Izin dari suami
10 10.Masakan istri
11 11. Rusaknya Harapan
12 12. Menyibukkan diri untuk melupakan masalah
13 13. Kedatangan yang tiba-tiba
14 14. Pertengkaran tak berujung
15 15. Tolong jaga Rahasia
16 16. ketika kamu memantau istri
17 17. Housekeeping imut
18 18. Istri adalah prioritas
19 19. Ketika kamu dianggap salah
20 20. Bidadari milik Rahman
21 21. Kejadian yang tiba-tiba
22 22. Cinta membuatmu menyiksa diri
23 23. Perhatian yang ku harapkan
24 24. Rasa curiga
25 25. Jebakan yang menguntungkan
26 26. Hidayah cinta di kamar 27
27 27. Malam yang gelap
28 28. Mencoba cinta?
29 29. Kedatanganmu terlambat
30 30. Ketika dia jauh
31 31. Ketika kamu di uji
32 32. Akhirnya ia kembali
33 33. Kalung cinta
34 34. Kebahagiaan sesaat
35 35. Makam
36 36. Bagai mimpi buruk
37 37. Kehilangan
38 38. Mencarimu
39 39. Foto petunjuk
40 40. Masa pemulihan
41 41. Menolak
42 42. Mencoba setuju
43 43. Saat tau ia akan menikah
44 44. Sembunyi tapi peduli
45 45. Jembatan penyatu
46 46. Memperbaiki semuanya
47 47. Bersama
48 48. Dendam bukan solusi
49 49. Dilamar
50 50. Ending
51 Katakan tidak pada Cinta
52 Yang terbaru
53 Aku bukan bidadari surgamu
54 Promosi karya Ketika Pangeran Dingin Jatuh Cinta
Episodes

Updated 54 Episodes

1
1. Menjagamu
2
2. Gadis kecil kakak
3
3.Pemilik hati
4
4.Terungkapnya Rahasia
5
5. Syarat menikahimu
6
6. Keputusan terberat
7
7. Air mata Fatimah
8
8. Perubahan Sikap Fatimah
9
9. Izin dari suami
10
10.Masakan istri
11
11. Rusaknya Harapan
12
12. Menyibukkan diri untuk melupakan masalah
13
13. Kedatangan yang tiba-tiba
14
14. Pertengkaran tak berujung
15
15. Tolong jaga Rahasia
16
16. ketika kamu memantau istri
17
17. Housekeeping imut
18
18. Istri adalah prioritas
19
19. Ketika kamu dianggap salah
20
20. Bidadari milik Rahman
21
21. Kejadian yang tiba-tiba
22
22. Cinta membuatmu menyiksa diri
23
23. Perhatian yang ku harapkan
24
24. Rasa curiga
25
25. Jebakan yang menguntungkan
26
26. Hidayah cinta di kamar 27
27
27. Malam yang gelap
28
28. Mencoba cinta?
29
29. Kedatanganmu terlambat
30
30. Ketika dia jauh
31
31. Ketika kamu di uji
32
32. Akhirnya ia kembali
33
33. Kalung cinta
34
34. Kebahagiaan sesaat
35
35. Makam
36
36. Bagai mimpi buruk
37
37. Kehilangan
38
38. Mencarimu
39
39. Foto petunjuk
40
40. Masa pemulihan
41
41. Menolak
42
42. Mencoba setuju
43
43. Saat tau ia akan menikah
44
44. Sembunyi tapi peduli
45
45. Jembatan penyatu
46
46. Memperbaiki semuanya
47
47. Bersama
48
48. Dendam bukan solusi
49
49. Dilamar
50
50. Ending
51
Katakan tidak pada Cinta
52
Yang terbaru
53
Aku bukan bidadari surgamu
54
Promosi karya Ketika Pangeran Dingin Jatuh Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!